Selasa, 29 April 2025
PEKANBARU (RP) - Pameran kaligrafi kontemporer, menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan proses Anugerah Sagang tahun ini. Puluhan lukisan kaligrafi menghiasi hampir seluruh bagian dan ruang lantai I Gedung Graha Pena, tempat pelaksanaan Anugerah Sagang, Rabu (21/12/2016). Mulai dari bagian paling depan hingga paling belakang. Ada yang ditempel ke dinding, ada pula yang digantung dengan tali nilon. Pelaksanaan Anugerah Sagang sebagai pertanda dimulainya pemeran lukisan tersebut dan akan berakhir pada 27 Januari mendatang.
Karya-karya istimewa bisa dilihat langsung di tempat ini. Jutaan huruf dan kata, berhimpit memenuhi setiap lukisan yang ada. Berbagai bentuk dan rupa. Mirip tapi tak serupa. Juga dengan berbagai media dan cara. Mix media, photo paper, akrilik, oil, multiplex, silicon dan kanvas adalah beberapa media yang digunakan untuk melukiskan aksara-aksara tersebut. Banyaknya kata-kata membuat pameran ini diberi nama Populasi Aksara, yakni salah satu lukisan karya Khalil Zuhdy Lawna yang juga turut dipamerkan di sana.
Selain kHalil Zuhdy, karya yang dipemarkan juga merupakan hasil kerja kreatif 14 perupa lainnya. Mereka semua tergabung dalam Gerakan Perupa Melayu (GPM) Riau. Mereka adalah, Dantje S Moeis, Heru Budiman, Ibnu Mubarak, Indra Maha, Junaidi Syam, Junaidi, Kodri Johan, Muhammad Rafles, Rusli, Rhomi AB, Saridan dan Yudi Oktabari.
Koordinator pameran, Khalil Zuhdi mengatakan, tulisan dulunya berfungsi sebagai alat komunikasi. Sesuai dengan perkembangan seni rupa, kaligrafi dengan dahsyatnya merambah ke wilayah seni konseptual dan kontemporer. Kaligrafi sengaja diangkat dan dihadirkan dalam pameran ini mengingat masyarakat Melayu sangat akrab dengan aksara Arab. Jika aksara itu dimunculkan, keakrabanlah yang terasa dan mencuat dengan berbagai cita rasa berdasarkan emosi perupa di zamannya.
‘’Melayu dengan kekayaan khazanahnya telah memakai aksara Arab, mengesankan keakraban bahasa dengan tulisan, keakraban tulisan dengan masyarakat Melayu dalam keseharian . Aksara Arab sangat dekat dengan orang Melayu. Maka, pameran ini kita sebut dengan pameran kaligrafi kontemporer karena kaligrafi merambah wilayah seni konseptual dan kontemporer,’’ ungkap Khalil.
Di antara pameran yang dipajang, juga ada lukisan wajah presiden penyair Indonesia Soetardji Calzoum Bachri waktu muda. Wajah penyair ini dilukis dengan huruf-huruf Arab, di antara tulisan-tulisan Arab sehingga terlihat klasik tapi sangat modern dan ringan dipandang mata. Lukisan besar ini menjadi perhatian pengunjung yang datang malam itu.
‘’Melalui perjalanan sejarah yang sangat panjang dan khas, kaligrafi menemui fungsi dan variasinya. Dengan variasi tulis atau lukis serta makna dan bentuk yang dimilikinya kaligrafi dapat menjadi khusus dalam lingkungan seni rupa. Sedang seni rupa diserap dengan indra penglihatan secara terperinci masih dibagi menjadi dua kelompok seni murni dan terapan. Dalam terapan mengutamakan kegunaan prakis. Sedang seni murni sangat mengutamakan proses pengungkapan perasaan dalam pembuatannya,’’ sambung Khalil.
Khalil juga menyebutkan, tujuan lain pelaksanaan pameran tersebut yakni sebagai sebagai langkah mengumpulkan dan mendata para perupa khususnya kaligrafi dan mengenali potensi kaligrafer yang ada di Riau. Menjadikan kaligrafi sebagai bagian dari seni rupa kontemporer sebagaimana senirupa yang berkembang dahsyat di kancah seni rupa dunia, menjadi tujuan berikutnya.
Tidak hanya itu, para perupa ini juga ingin menjadikan kaligrafi Arab Melayu sebagai objek kajian yang senantiasa harus dipropagandakan untuk terciptanya bentuk identitas lokal khazanah Melayu. ‘’14 perupa tersebut semuanya dari Riau dan sengaja kami undang untuk ikut bersama dalam pameran kali ini. Tujuannya tetap mengeksplorasi aksara tapi tidak tertutup kemungkinan menjadi ajang komersial sebagaimana pameran-pameran lainnya,’’ tambah Khalil.
Khalil yang juga merupakan pengurus inti Gerakan Perupa Melayu (GPM) bersama Masteven, Junaidi Syam, Yudi YS, Fery Abdul Jaham, Furqon Elwe dengan Sridan MSn sebagai ketua, membeberkan, terbentuknya GPM berawal dari beberapa perupa yang berkumpul dan mempunyai keinginan sama untuk membawa perupa-perupa Riau lebih mengembangkan sayap dan eksis di mata nasional maupun internasional. Tanpa wadah, keinginan itu sulit terwujud. Maka, lahirlah GPM.
Meski baru saja berdiri, sudah pasti kehadiran GPM menjadi gebrakan dan ruh serta semangat baru bagi perupa-perupa Riau. GPM menjadi badan atau wadah yang siap melaksanakan ivent rupa dengan hadir lebih professional. ‘’Bermula dari pertemuan dengan beberapa seniman seni rupa, lalu lahirlah GPM ini. Selama ini, hampir setiap tahun selalu ada pameran seni rupa di Taman Budaya atau di gedung Idrus Tintin. Sedangkan pameran ini merupakan pameran pertama GPM,’’ ungkap Khalil lagi.
Diakui Khalil, selama ini pameran yang dilaksanakan di Riau tidak melalui proses kurasi yang bagus. Belum ada curator khusus, tidak juga diulas, dikemas dan dipublis secara sempurna. Dengan lahirnya GPM, diharapkan keberadaan perupa Riau, karya-karya seni rupa akan lebih terekspos, diketahui banyak orang dengan kualitas yang luar biasa.
GPM sendiri sudah berencana melakukan berbagai kegiatan besar di tahun 2017. Salah satunya silaturrahmi perupa se-Sumatera. Tidak hanya itu, ke depannya, ivent besar, seperti mengundang secara khusus perupa ternama Indonesia, diskusi, membedah karya rupa juga akan dilakukan di Riau. Pertemuan dan pameran seni rupa serumpun yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura juga sudah menjadi pemikirian-pemikiran mereka.
‘’GPM tidak hanya mengangkat soal kaligrafi saja, tapi seni rupa secara umum. Sangat luas. Kaligrafi ini hanyak bagian kecil dari senirupa yang sengaja kita hadirkan dalam rangka turut memeriahkan Anugerah Sagang tahun ini. Makanya, ke depan sudah ada beberapa agenda yang kita susun terkait seni rupa ini,’’ kata Khalil lagi.
Sejak pameran kaligrafi diresmikan Rabu malam kemarin, lantai I Gedung Graha Pena ramai didatangi pengunjung. Sudah pasti mereka ingin melihat keindahan kaligrafi yang ditorehkan para perupa tersebut. Tidak hanya anak-anak sekolah, tapi juga masyarakat umum. Tidak hanya lukisan yang tergantung, t api juga yang berdiri tegak di tengah ruangan tersebut, semuanya menjadi perhatian mereka.(kun)