Selasa, 25 Maret 2025
Kesultanan Melayu Riau ( 1722- 1912 ) yang ibukota terakhirnya di pulau Penyengat, di muara Sungai Carang, adalah kerajaan melayu Islam. Penerus kesultanan Johor (1528-1721) . Tapi bahagian dari sejarah Indonesia. Dan berpusat di Kepulauan Riau, di wilayah strategis Selat Melaka, dan salah satu jalur perdagangan rempah Nusantara. Meskipun nasib kerajaan ini sangat tragis, diakhir kekuasaannya .
Tahun 1911, Sultan terakhirnya Abdul Rahman Muazzam Syah II ( 1885-1912 ) telah dimakzulkan oleh Belanda. Dengan pemakzulan itu, maka kesultanan ini berakhir dan sekarang hanya dikenal sebagai Propinsi Kepulauan Riau.
Mengapa Sultan Abdul Rahman Muazam Syah II ( ARM ) dimakzulkan oleh Belanda ? Apakah semata-mata karena dia menolak menandatangani kontrak politik 1910 dengan Belanda, seperti yang ditulis E Nietsher , sejarawan Belanda dalam bukunya “ Belanda di Johor dan Siak 1602-1865 “ ?
Atau ada faktor lain ?
Berdasarkan catatan sejarah yang ada, paling tidak ada 5 alasan lain , yang menjadi sebab perlawanan politik ARM dianggap berbahaya sehingga Belanda menganggap sebagai ancaman terhadap keberadaan Belanda di Indonesia. Terutama di kesultanan Risu.
Pertama, Nasionalisme , kedua Semangat Pan islam atau Othmanisme , ketiga aliansi bugis nusantara , keempat pemberontakan budaya yang dipelopori oleh Rusdiyah Club dan kelima , bangkitnya kembali feodalisme Melayu melalui doktrin Bukit Siguntang .
Kelima faktor ini , yang menjadi alasan mengapa Belanda memutuskan segera memakzulkan ARM . Sedangkan penolakan penanda tanganan kontrak politik 1910 itu, ibarat retak menunggu belah. Yang dalam pandangan Mukhlis PaEni, sejarawan dan pakar sejarah Melayu Bugis , sengaja diciptakan oleh Belanda untuk dijadikan alasan untuk mencaplok kerajaan Riau dan memakzulkan Sultannya.
Secara historikal, hakekat kelima faktor diatas tersebut adalah : Belanda mencium adanya semangat nasionalisme yang berazazkan Islam yang bangkit dari pulau kecil, Penyengat Inderasakti , yang jadi pusat pemerintahan kerajaan Riau, yang dipelopori oleh Rusdiyah Club, sebuah perkumpulan para intelektual Islam yang ada di Riau. Dan bagi Belanda semangat ini berbahaya kalau menyebar dan mempengaruhi wilayah jajahan Belanda yang lain. Karena itu Belanda perlu mendatangkan seorang Snoug Hagronye, arsitek penaklukan Aceh, untuk meminta nasehat dan saran bagaimana menghadapi permasalahan di Riau itu , yang sudah menjurus kepada pembangkangan terhadap kekuasaan Belanda .
Salah satu indikator perlawanan Abdul Rahman Syah II itu, adalah keputusannya , tahun 1900, memindahkan ibukota kerajaan Riau dari Daik Lingga, ke pulau Penyengat Inderasakti, ke depan batang hidung kantor Residen Belanda, di Tanjungpinang.
Tindakan itu dicurigai mengandung maksud tersembunyi dan bernuansa politis yang dapat mengancam keberadaan penjajah Belanda. Paling tidak dengan kedudukan yang baru itu, ARM dapat memonitor dan memata-matai apa yang dilakukan Belanda, menemukan kelemahan pertahanan Belanda yang sewaktu-waktu dapat dipakai sebagai strategi untuk menyerang Belanda, seperti yang pernah dilakukan moyangnya, Sultan Riau Mahmud Riayat Syah ( MRS ) dengan bantuan para lanun Tempasok tahun 1787 menyerang Belanda di Tanjungpinang atau pemberontakan Arong Bilawa tahun 1823, sebagai balas dendam atas tindakan semena -mena Belanda pada Engku Puteri Raja Hamidah.
Belanda beranggapan, kalau saja ARM dapat mempersenjatai benteng Bukit Punggawa dan Bukit Kursi di Penyengat dengan meriam-meriam besar dan moderen seperti meriam yang dipakai kerajaan Turki Othmani ketika menaklukkan Konstantinopel, maka dengan mudah benteng Belanda dan kantor Residen Belanda di Tanjungpinang akan dihancurkan.
Belanda mencium gelagat munculnya gerakan Othmanusme atau PAN Islam ketika ARM setuju mengirim sejumlah pembesarnya dan kerabat kerajaan pergi dan belajar ke Turki dan Mesir, dua negeri yang merupakan pusat kebangkitan Islam Internasional yang sangat ditakuti.
Belanda mencium adanya gerakan “ Mengothmani “ kan Riau. Apalagi setelah ada informasi bahwa Raja Ali Kelana (RAK) sepulangnya dari Mesir dan Saudi Arabia, telah ditunjuk sebagai Amir untuk Amirat kesultanan Turki Othmani di Timur jauh, termasuk kawasan semenanjung dan Riau.
ARM dituduh mendukung penuh berdirinya Rusdiyah Club ( RC ) sebagai pusat gerakan intelektual dan pemikiran Islam moderen di Riau di bawah pimpinan Raja Ali Kelana (adik ARM lain ibu) dan bahkan Tengku Usman , putera ARM yang baru pulang belajar dari Al Azhar, Mesir telah dijadikan Ketua RC . Pidato pengukuhan sebagai ketua RC itu sangat menakutkan Belanda karena sudah memasukkan sikap anti penjajahan dan nasionalisme Islam yang dia bawa dari Mesir. Apalagi RC kemudian dianggap menjadi arsitek dari sikap pembangkangan ARM terhadap Belanda dalam penolakan pembaharuan kontrak politik 1910 dengan Belanda.
ARM dan kelompok intekektual Riau, dituduh secara diam-diam telah melakukan perlawanan kultural dengan cara menentang pengibaran bendera Belanda di istana dan dikapal dinasnya. Bendera Belanda telah dikibarkan lebih rendah dari bendera kesultanan Riau. Peristiwa yang dikenal sebagai peristiwa bendera ini, wujud dari Perlawanan senyap Riau dan telah memaksa Residen Belanda di Tanjungpinang mengirim laporan panjang kepada Gubernur Jenderal Belanda dan menyarankan agar Penguasa di Batavia , meminta nasehat dari Dr Snoug Hagronye , penasehat perang Belanda ketika melawan Aceh.
Dr Snoug Hagronye menyarankan agar ARM segera diturunkan dari tahtanya dan RC dibubarkan. Tindak tanduk Raja Ali Kelana dan kelompoknya diawasi dan dibatasi . Belanda menuduh ARM ingin menghidupkan kembali jabatan Yang Dipertuan Muda ( YDM ) yang sangat ditakuti Belanda, dan sudah dihapus Belanda, ketika YDM XI Raja Mohd Yusuf wafat tahun 1889.
Seharusnya yang menggantikan RM Yusuf Al Ahmadi sebagai YDM XII adalah anaknya, Raja Ali Kelana ( karena itu dia memakai gelar Kelana , calon Yang Dipertuan Muda). Tapi Belanda keberatan dan menolak RAK dan bahkan meminta ARM menghapus dan menyatukan jabatan YDM ke tangan Sultan. Cukup hanya Sultan saja sebagai Penguasa di kesultanan itu.
Belanda sangat takut pada tokoh RAK dan menilai sepak terjangnya berbahaya, apalagi setelah RAK dan tokoh lainnya mendirikan RC di Penyengat , tahun 1895 dan dia dianggap sebagai tokoh di belakang layar semua sikap pembangkangan ARM , yang sudah tampak sejak mulai dilantik menjadi Sultan menygantikan Sulaiman Badrul Alam Syah II , tahun 1885.
Apalagi RAK kemudian diangkat ARM sebagai Ketua Dewan Kerajaan Riau, yang sangat menentukan arah pemerintahan kerajaan Riau. Meskipun Dewan Kerajaan itu adalah lembaga bentukan Belanda sesuai dengan kontrak politik 1905, tapi kebijakan yang dijalankan RAK dan anggota Dewan itu tidak seperti yang diharapkan Belanda.
ARM dikatakan sedang membangun aliansi dengan kekuatan Bugis Perantau di Indonesia yang juga sedang membangkitkan kembali semangat anti Belanda sebagai balas dendam atas kekalahan mereka dalam Perang Makassar. Tahun 1606. Kekuatan para Tubaji (elit pilotik keturunan Bugis di perantauan )
ARM adalah sultan kerajaan Melayu yang berdarah Bugis. Dia cicit buyut dari Daeng Celak, YDM II ( 1728- 1755 ) . Karena itulah, ketika akan memakzulkan SARM , Belanda mengirimkan angkatan perang yang besar ke Penyengat Inderasakti , karena mendapat kabar ada kekuatan perantau Bugis yang sedang menuju Riau atas permintaan ARM untuk menghadapi Belanda .
Belanda segera menduduki istana dan gedung RC,meskipun ARM sedang pergi ke Lingga. Dan pemakzulan itupun dilakukan di gedung RC sebagai simbol Belanda sudah menaklukkan Riau dan membungkam para pembangkang tersebut.
Belanda tampaknya masih trauma dengan perlawanan orang orang Melayu dan Bugis, dan belum bisa melupakan aib ketika mereka kalah dalam perang Riau I ( 1782-1784 ) dimana kekalahan itu menurut pakar sejarah kekalahan yang sangat memalukan. Dan Perang Riau II ( 1787 ), mereka telah dihancurkan oleh lasykar Melayu yang dibantu orang-orang Iranun , dari Tempasok (Borneo Utara)
Gerakan melayu bugis baru ini, atau gerakan perantau bugis ini adalah gerakan para tubaji , gerakan intelektual keturunan melayu bugis sebagaimana dikatakan oleh Dr Mukhlis PaEni sebagi Orang orang yang mewarisi kecerdasan orang Melayu, heroisme orang Bugis , dan kearifan orang Bajau / orang Laut
Keputusan memakzulkan ARM adalah juga tindakan Belanda mencari pembenaran politik untuk melanggar dan meniadakan semua kontrak politik sebelumnya, agar mereka bisa menguasai Riau secara penuh. Dan menggunakan perjanjian politik 1784 dan 1818 sebagai dasar untuk menguasai Riau karena di dalam kedua perjanjian itu dikatakan bahwa Riau adalah negeri vassal ( pinjaman ) . Bila penguasa Riau melawan , maka hak pinjaman itu akan dicabut, dan Sultannya dimakzulkan.
Tahun 1857 dengan alasan membangkang, Sultan Riau waktu itu Sultan Mahmud Muzaffar Syah ( MMS ) , datuk ARM juga dimakzulkan. Berdasarkan laporan Residen nya yang ada di Riau, Belanda menyimpulkan kesultanan Riau sedang menjadi salah satu pusat gerakan nasionalisme anti Belanda, dan mencurigai Inggeris dan Jepang ada dibelakang gerakan ini. Karena berbagai pertemuan rahasia tokoh melayu Riau dengan tokoh melayu lainnya dilakukan di Singapura.
ARM juga dituding sedang membangun aliansi kemelayuan dengan kerajaan Melayu Islam lainya di semenanjung tanah Melayu , terutama dengan Terengganu, benteng negeri melayu yg tak dapat ditaklukkan oleh Belanda, dan Inggeris . ARM dan Melayu Terengganu dituduh menjalankan gaya politik yang islami tapi ortodoks itu merupakan kekuatan yg sangat berbahaya.
ARM dikatakan sedang meneruskan semangat pembangkangan datuknya, Sultan Mahmud Muzaffar Syah ( MMS ), yang bercita-cita membangun kembali imperium Melayu yang berpusat di Riau, dan menegakkan kembali doktrin Sumpah Setia Bukit Siguntang ( 1292), sebagai kekuatan pemersatu yang telah terbukti meujudkan imperium melayu selama hampir 8 abad (1160 - 1946)
ARM yang dimakzul bulan Februari , tahun 1911, telah menyingkir ke Singapura, mencari perlindungan Inggeris dan juga Jepang. Sementara kerabat dan keluarganya menyingkir ke Terengganu dan Pahang. dan meneruskan perlawanan dari dua tempat itu. Dia dibantu adiknya RAK dan sepupunya Raja Khalid Hiram ( RKH) dan anaknya Tengku Besar Usman dan Tengku Umar. RAK sempat pergi ke Turki, RKH ke Jepang mencari dukungan dunia Islam dan Asia Raya, tapi gagal.
ARM wafat tahun 1930 di Singapura, setelah berjuang dengan berbagai cara untuk merebut kembali tahta dan kerajaannya, termasuk mengusulkan cucunya Tengku Ibrahim sebagai Sultan Riau, penggantinya. Tapi Belanda terus menolak, sampai akhirnya ARM wafat di Singapura.
Tokoh pembangkang ini kemudian hampir dilupakan sejarah, terutama sejarah nasional Indonesia, meskipun dia memerintah cukup lama , sekitar 27 tahun, dan telah dimasukkan Belanda sebagai salah satu musuh besar dan berbahaya ketika itu di Hindia Belanda, meskipun ARM tidak melawan dengan senapan.
Kegagalan ARM merebut kembali tahta kesultanan Riau dari tangan Belanda, menyebabkan Penyengat lnderasakti menjadi sebuah tempat yang kehilangan pengaruh dan fungsi pemerintahannya dan kedaulatannya. Dan di era NKRI ini , hanya menjadi sebuah tempat yang dicatat sebagai bekas pusat kesultanan , dengan status sebuah kelurahan, di kecamatan Tanjungpinang Bestari.
Penyengat Inderasakti kini cuma jadi sebuah objek wisata , meskipun dahulunya sebuah pulau yang bersejarah . Dari sinilah bahasa Melayu telah dibina dan dikembangkan menjadi bahasa Melayu tinggi, dan kemudian menjadi cikal bakal bahasa kebangsaan Indonesia. Bahasa pemersatu. Dari pulau yang luasnya hanya 2 km persegi ini lah lahir ratusan buku dan manuskript yang merupakan warisan sejarah yang tak terbilang nilainya. Karya-karya yang besar yang melintasi zaman, seperti Gurindam XII, karya Raja Alu Haji. Dari pulau ini lahir dua pahlawan nasional yaitu Raja Haji Fisabilillah dan Raja Ali Haji pahlawan bahasa. Masih ada sejumlah tokoh lain yang juga sangat besar pengaruh dan jasanya, serta perlawanannya menentang Penjajah Belanda, selain ARM seperti Engku Puteri Raja Hamidah , Raja Ali Kelana, dan lainnya.
“ Kita memang dikalahkan oleh kata-kata . Oleh perjanjian dan kontrak politik. Dan Belanda memang sengaja menciptakan kondisi perlawanan dan penolakan oleh penguasa kerajaan kerajaan yang ada di Indonesia yang ketika itu ada dalam cengkaram Belanda, supaya mereka punya alasan pembenaran untuk mencaplok dan memakzulkan para Sultan ketika itu , tanpa perlu menembakkan sebutir peluru “ kata Sejarawan Mukhlis PaEni.
Sikap para Sultan dan pemikiran Melayu yang demikian, bisa dipahami , karena semua pemimpin Melayu itu punya doktrin hidup yang sama jika menghadapi penindasan dan sikap melecehkan harkat dan martabat orang Melayu: “ Biar mati tegak berdiri , daripada hidup berlutut “ . Meskipun sikap demikian itu dalam strategi politik, selalu merugikan. “ Biar bengkok jangan sampai patah “ begitu kira kira tafsir bebas dari kata kata bijak Machiavelli dalam buku politiknya yang terkenal itu.
Sekarang pulau Penyengat Inderasaki sedang diusulkan ke UNESCO untuk menjadi Warisan Dunia . Dan ARM juga sedangvdiproses untuk diajukan sebagai pahlawanan Nasional dari Kepri. Semoga berhasil.
2022
*) Disampaikan pada Seminar Sejarah dan Kemelayuan di kampus STAI Sultan Abdul Rahman Muazam Syah, Tanjungpinang , 24 November 2022.