Sabtu, 14 September 2024
TANJUNGPINANG – Budayawan Kepulauan Riau, Datuk Sri Lela Budaya Rida K Liamsi dikabarkan sedang menggagas komunitas yang mengumpulkan para saudagar Melayu. Wacana tersebut diutarakannya dalam salah satu grup privat jejaring sosial. Kabar tersebut dibenarkan oleh anggota Komisi II DPRD Kepri, Iskandarsyah yang menambahkan bahwa ada tiga syarat utama yang bisa dilakukan untuk memajukan Kepulauan Riau. ”Dalam buku yang saya buat, The Glory Of The Past (kemajuan masa lalu, red), untuk menjadikan masa depan Kepri gemilang diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA) dan regulasi yang khusus untuk Kepri,” kata dia memberikan keterangan.
Khusus untuk poin ketiga, Iskandarsyah mengaku pernah mengusulkan agar Kepri menjadi otonomi khusus. ”Sudah lama kami mengusulkan Kepri memiliki otonomi khusus ekonomi, bukan Provinsi Batam,” bebernya. Sementara, gebrakan Rida dalam merangkul saudagar Melayu mendapat sorotan yang antusias dari segenap pengusaha Melayu Kepri. Owner Supermarket Al-Baik Tanjungpinang, Muhammad Zulkamirullah menyampaikan, sudah saatnya pengusaha Melayu saling bergandeng tangan tanpa harus berpatokan dengan pemerintah. ”Saya bisa punya supermarket dan pabrik kepiting dengan 150 pekerja di Pemalang dan ini murni dari proses awal. Ayo kita bangkit,” kata zul merespon wacana Rida.
Menurut Rida, kata saudagar dinilai pas untuk menjadi label yang dikenakan oleh para pebisnis yang berlatar Melayu. ”Saudagar itu kata yang diserap dari bahasa Parsi, maknanya lebih spesifik dibanding pengusaha atau entrepreneurship. Mari kita mulai langkah ini, kita cari tanggal dan hari yang baik untuk mendeklarasikan kehadiran perhimpunan Saudagar Melayu,” bebernya menyulut semangat.
Bukan Saatnya Saling Menunding
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepri, Gusti Raisal Eka Putra berharap, instusi pemerintahan di Kepri tidak saling menunding dengan kondisi pertumbuhan ekonomi saat ini.
Disisi lain, Gusti berharap, investasi yang sudah masuk dengan mengurus perizinan di Badan Pengusahaan (BP) Batam, segera bisa beroperasi. Sehingga dapat menyerap tenaga kerja di Batam. Demikian disampaikan Kepala BI Kepri, Gusti Raisal Eka Putra, Jumat (11/8) di Batam. ”Tidak saatnya kita saling menuding. Tapi bersinergi untuk mendorong agar pertumbuhan positif. Sehingga ekonomi lebih baik lagi dan pengangguran bisa terus diturunkan,” imbau Gusti.
Gusti juga berharap, apa yang disampaikan Gubernur Kepri, Nurdin Basirun agar semua pihak bisa bersinergi, dapat dijalankan. Sinergi dimaksud terkait dengan program antarpemerintah kabupaten/kota di Kepri. ”Harus ditingkatkan sinergi. Bagaimana mendorong kinerja. Termasuk dalam menekan inflasi,” sambungnya. Menurutnya, Kepri lebih mudah bangkit melihat kebijakan pemerintah pusat. Baik kebijakan untuk Batam, Bintan, Natuna dan Lingga. ”Kalau kita lihat, Bupati Bintan sudah didukung pusat untuk menjadi sentra pertanian. Di Natuna juga terlihat komitmen pusat untuk membangunnya. Lingga juga sudah sudah diusulkan jadi sentral pertanian Kepri,” sambungnya.
Hal yang penting ke depan, disarankan sinergi antarkabupaten/kota di Kepri. Dimana saat ini dinilai belum ada sinergi antara kabupaten/kota. Tata ruang wilayah kelautan kabupaten/kota di Kepri juga belum selesai. ”Tata ruangnya belum clear. Ini katanya diajukan kepada kementerian terkait. Kalau ini dikembangkan untuk budidaya, akan mendorong pertumbuhan yang tinggi,” sambungnya. Sementara untuk Batam, jika target dan rencana BP Batam dapat direalisasikan, pihaknya optimis ekonomi cepat pulih kembali. ”Informasi dari kawan-kawan BP Batam, investasi meningkat. Mudah-mudahan dalam sisa lima bulan ini, akan meningkatkan kondisi ekonomi Batam. Tapi peningkatan investasi tidak mungkin langsung produksi. Karena ada proses,” ujar Gusti.
Gusti juga mengimbau bank-bank di Kepri ikut membantu melalui program untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun diharapkan, dalam membantu usaha, perlu inovasi dalam menjual kredit. Disarankan, pebankan juga memiliah mana saja sektor unggulan yang bisa didorong untuk mengurangi kredit bermasalah di Batam. ”Karena kredit bermasalah melebihi batas ketentuan tentu akan menjadi perhatian OJK,” imbaunya. Hal itu diakui karena kredit bermasalah saat ini di Kepri, sedang tinggi. Kondisi itu dinilai tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi Kepri yang lesu pada semester I. Perlu dukungan perbankan untuk membantu mendorong sektor unggulan agar bangkit. ”Sektor-sektor unggulan yang mungkin bisa didorong. Seperti perikanan, karena belum dimanfaatkan dengan baik,” imbuhnya.
Dibeberkan Gusti, Batam yang memiliki sektor unggulan di industri, mengalami mengalami kontraksi pada net ekspor. Hal itu disebabkan penurunan ekspor antardaerah 17,9 persen (yoy), dan berdasarkan data aktivitas pelabuhan. Penurunan terbesar ekspor antardaerah di Pelabuhan Batu Ampar dan Curah Kabil (khusus CPO) mengindikasikan menurunnya ekspor produk elektronik & olahan CPO. Sementara untuk investasi juga mengalami kontraksi terutama dari investasi bangunan. ”Realisasi proyek infrastruktur pemerintah juga masih rendah, dengan realisasi belanja modal 13,22 persen,” imbuhnya. (cr33/mbb)