Senin, 14 Oktober 2024
Oleh Lia Anggia Nasution
Jika akhirnya lesbian menjadi pilihan hidup, tentu pilihan ini akan menempatkan dirinya kian sulit untuk mendapat pengakuan dalam kehidupan sosial. Faktor masyarakat yang belum bisa menerima keberadaan lesbian, mengakibatkan lesbian memilih media lain untuk mengungkapkan tentang siapa dan mengapa dengan dirinya.
Hal yang terberat ketika menjadi seorang lesbian adalah coming out (mengakui). Bahkan Ega yang jago debat bahasa Inggris dan penerima beasiswa di kampusnya, malah mengakui belum siap untuk coming out di hadapan keluarganya bahwa dirinya lesbian.”Kalau bisa, keluarga jangan sampai tahulah kalau aku lesbian. Meski ibu pernah menanyakan hal itu kepadaku. Tahulah feeling seorang ibu kan lebih kuat. Tapi, jelasnya tudingan itu kubantah habis-habisan,” tegas Ega.
Begitupun, di dalam lubuk hatinya, Ega mengaku sangat mencintai kekasihnya.”Cinta, pastilah. Tapi untuk urusan coming out. Nanti dululah, aku masih muda dan masih banyak yang harus kukejar lagi,” sebutnya.
Bahkan, ketika disinggung apakah dirinya pernah berniat suatu saat untuk melegalkan hubungannya dengan pernikahan sesama jenis di negara lain yang lebih dulu melegalkan pernikahan seperti itu. Ega malah tertunduk.”Pengen jugalah. Tapi, untuk urusan itu belum terpikir sekarang untuk merealisasikannya, aku jalani ajalah dulu,” katanya.
Di Belanda dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat, seperti New Jersey, Connecticut dan Vermount sudah melegalkan pernikahan sesama jenis dengan mengesahkan UU Civil Union antar pasangan sesama jenis kelamin. Begitu juga dengan California yang mengizinkan domestic partnership yang meliputi hak-hak yang dimiliki pasangan homoseksual serta Massachussets yang lebih dulu mengizinkan pasangan sesama jenis untuk menikah.
Pun, begitu di komunitas belok sendiri di Medan, ada juga dikenal pernikahan dengan mengikrarkan diri di hadapan rekan sesama belok tentang hubungannya dengan pasangannya. Kenyataan ini terjadi, karena Indonesia hingga sekarang merupakan negara yang tidak membenarkan adanya pernikahan sesama jenis. Ega sendiri mengaku, beberapa rekannya banyak yang melakukan seperti itu. “Tapi bagi ku itu enggak benarlah. Cuma mengikrarkan diri di hadapan kawan. Enggak jelas itu namanya,” bilang Ega.
Kebimbangan Ega untuk coming out juga turut dirasakan lesbian lainnya yaitu Jeni dan Imel. Jeni yang merasa dirinya sudah dewasa dengan usianya 27 tahun juga belum siap untuk menyatakan dirinya lesbi kepada orangtuanya yang berada di Tanjung Balai.”Enggaklah, kasihan orangtua. Lebih baik mereka itu tak perlu tahu kalau aku lesbi,” sebut Jeni.
Sedangkan Imel dengan nada pelan menyatakan,”Nggak beranilah bilang sama orang tua, takut “ katanya.
Meski begitu, Jeni mengaku sering menggoda kekasihnya dengan mengumbar janji-janji ingin menikah.”Paling-paling, aku sering bilang kedia , kalau aku mau lamar kau dek. Atau ku pinanglah kau ya dek. Dan responnya, dia biasanya senyum aja,” ujar Jeni sambil menatap mata Imel mesra.
Namun, lain halnya dengan April. Awalnya, April selalu merahasiakan tentang siapa dirinya kepada keluarganya. Namun, tak disangka keluarganya akhirnya memergokinya sedang berhubungan intim di dalam kamar dengan pacarnya.” Jadinya, tanpa coming out pun keluarga juga udah tahu, kalau aku lesbian. Marah, pastilah marah besar pun,” ungkap April yang sekarang menjalin hubungan dengan seorang brownies (remaja) yang baru menjadi mahasiswi semester dua di satu perguruan tinggi swasta di Medan.
Dari kejadian itu, April hingga sekarang tetap dijuluki si lesbi di keluarganya.” Hingga sekarang abangku sering mengejekku lesbi. Kadang aku marah, dalam hati bersungut, kalau udah tahu enggak usah kalilah dibilang-bilang,” ujar anak Rantau Prapat ini.
Begitu pun, April mengaku memiliki pacar cowok.” Udah lama sih aku pacaran dengannya. Sejak kuliah semester satu. Tapi, tetap aja aku enggak punya rasa apa-apa dengannya, hubungan ku itu hanya untuk membahagiakan keluarga aja. Untungnya dia tak mengetahui kalau aku lesbian, padahal dia orangnya sangat baik.
Tapi, entahlah di dalam hati aku masih tetap mencari sosok seorang cewek,” ungkap April.
Bahkan, ketika ditanya apakah dirinya akan menikah dengan cowoknnya? April malah bingung. “Entahlah, kalau dia emang udah ngajak nikah aja. Tapi aku tetap aja enggak bisa. Mungkin pun kalau udah nikah aku tetap lesbi kali ya jadi L-Mer,” ujar cewek yang pernah mengecap kuliah di fakultas teknik di perguruan tinggi negeri di Medan ini.
Menurutnya, lesbian itu ada juga yang sudah menikah dan punya suami itu sering di sebut L-Married (L-Mer) dan ada juga lesbian yang sudah punya anak yang disebut L-Mom.”Aku sendiri pengen punya pacar lesbi yang udah lebih dewasa. Karena emang aku rindu bermanja dengan perempuan. Kalau sekarang pacaran dengan brownies kan aku yang lebih banyak memanjakannya. Tapi emang susah cari yang lebih tua. Kakak enggak mau nyoba, enak loh,” ujarnya tersenyum menggoda penulis.
Dasar play girl (cewek penggoda)! April pun tertawa terbahak mendengar jawabanku.
Kembali persoalan coming out, bagi April karena keluarganya sudah mengetahui secara tak sengaja tentang dirinya yang lesbi. Coming out bukan lagi jadi momok menakutkan. Beda dengan Ega dan Jeni.
Ega mengaku hanya bisa coming out di komunitas belok. Begitu juga dengan Jeni. Namun, banyak para lesbian yang memanfaatkan teknologi untuk coming out di dunia maya. Seperti Ega yang coming out di friendster. Selain itu tentu saja dengan memanfaatkan media blog. Menjadi lesbian yang blogger.
Blognya komunitas lesbian bisa diunduh di www.sepocikopi.com dan www.satupelangi.com. Dan banyak lesbian yang secara individu sudah memiliki blog sendiri bahkan mereka juga aktif meng up date blognya. Sebut saja seperti : www.ariegere.wordpress.com, www.rainforesto.blog.com, www.zonaedan.blog.com, www.justghara.blogspot.com, www.raintreeresto.blog.com, www.treeofheart.blogspot.com, www.rahasiabulan.blogspot.com, www.rehumanize_rie.bogspot.com, www.dluminescene.blogspot.com, dan www.mengukirsejarahcinta-blogspot.com serta masih banyak lagi blog lesbian lainnya.
Pemilik blog ariegere, rainforesto (Ade rain) termasuk penulis tetap dalam blog www.sepocikopi.com, sementara pemilik blog treeofheart (Lakhsmi) dan pemilik blog rahasia bulan (Alex) adalah kolomnis diblog www.sepocikopi.com. Para penulis diblog www.sepoci.com rata-rata dapat dikatakan komunitas lesbian intelektual. Seperti Arie Gere dalam datanya di www.sepocikopi.com menyebutkan bahwa dia seorang konsultan untuk berbagai macam entitas bisnis, berusia 26 tahun dan pernah menulis tentang perempuan lintas Medan-Sumatera (dalam tulisannya Arie Gere terkesan sangat mencintai Kota Medan). Ade Rain (35), S I Jurusan sosial politik , kerja melalang dunia dan merepotkan pejabat. Sementara Lakhsmi si pencetus www.sepocikopi.com bersama pasanganya Alex juga termasuk kalangan high class. Lakshmi (32), Managing Director di perusahaan swasta yang dipimpinnya, meraih gelar master dari Universitas di Perancis. Sedang Alex (31), editorial dan redaktur pelaksana sebuah majalah, sarjana bisnis manajemen dari Universitas di Indonesia.
Dalam beberapa blog lesbian ini, mereka langsung menyapanya dengan ungkapan coming out. Seperti blog www.whenshelovesme.wordpress.com (Dee), menyapa pembacanya dengan ‘catatan seorang perempuan yang mencintai perempuan lain’, diblog www.rainforesto.blog.com (Ade Rain) , menyapa pembacanya dengan “Ketika Kehidupan Berawal di Sini”, blog www.rahasiabulan.blogspot.com (Alex) menyapa “Selamat Datang, Aku Si Bulan itu dan Ini Rahasiaku”, di blog www.kraniumku.blogspot.com (Dian) menyapa “Di dalam kraniumku, sebuah dunia tanpa suara. Hanya perang kata-kata , seringkali sulit kutengahi. Hingga meledak. Membuncah dan kutampung di sini atau jika menyinggahi blog www.mengukirsejarahcinta.blogspot.com milik (De Ni), maka Anda akan disapa “Saat cinta tak lagi menjadi sebuah kisah biasa. Saat cinta mewarnai segala sisi kehidupan, saat cinta mengajar, mengubahkan dan membangun. Saat manis dan pahitnya cinta menguntai sejarah cinta.. Dan saat sejarah cinta harus diabadikan. (bersambung)