Rabu, 15 Januari 2025
Innalillahi wainnailaihi rajiun. Selamat jalan mas Sapardi Djoko Damono ( SDD ) . Duka yang dalam untuk dunia sastera Indonesia, terutama dunia kepenyairan. Karena kepergian mas SDD , 19 Juli 2020 dalam usia 80 tahun, merupakan sebuah kehilangan, kepergian sosok penyair yang karya-karyanya sangat mempengaruhi dunia kepenyairan Indonesia dan bahkan kawasan nusantara ini . Karya-karyanya telah memberi warna tersendiri dan membawa banyak pengikut, mereka yang menamakan dirinya Sapardian. Karya-karya yang menyebabkan masyarakat ramai tiba-tiba menjadi heboh dan menyukai puisi.
Puisinya Aku Ingin Mencintai, misalnya telah menjadi bagian dari keseharian. Dikutip oleh anak-anak muda yang sedang jatuh cinta, dilekatkan dalam buku-buku catatan dan dijadikan pengantar untuk surat-surat cinta . Memenuhi dinding-dinding medsos dan menjadi bumbu percakapan yang penuh gairah. Buku puisi, Duka Mu Abadi, menjadi antologi yang paling banyak diperbincangkan di kalangan penyair.
Saya bersahabat secara empiris dengan mas SDD, karena kami memang tidak terlalu akrab dan belum sempat berkenalan akrab secara fisik, dan tidak selalu bisa bertemu di berbagai iven sastera Indonesia.
Saya pernah bertemu dan berjabat tangan dengannya, satu waktu di TIM, beberapa tahun lalu, ketika mas SDD bersedia menjadi pembicara buku kumpulan puisi saya “Tempuling” dalam acara baca puisi tunggal saya di TIM.
Saya masih ingat sebagian kesan Mas SDD atas puisi-puisi saya itu, yang menurutnya memang agak sulit dipahami karena kami dibesarkan dalam kultur yang berbeda. Dia dibesar dalam budaya Jawa, sementara saya dalam budaya Melayu. Puisi-puisi saya yang banyak menggunakan kata-kata Melayu lama (arkais), telah menyulitkan beliau untuk memahami puisi-puisi itu.
Meski begitu mas SDD dengan senang hati, tampil di pentas gedung graha budaya TIM dan membicarakan buku kumpulan puisi saya itu. Sayang makalah singkat beliau tidak sempat saya miliki, dan mungkin beliau juga sudah lupa dimana disimpannya setelah acara tersebut.
Tapi saya bahagia karena mas SDD mau membicarakannya, meski permintaan saya itu saya sampaikan melalu sahabat saya Penyair Asrizal Nur yang menjadi pelaksana acara baca puisi tunggal saya itu.
Tapi secara empiris, saya sudah mengenal penyair SDD sejak dia menerbitkan buku-buku puisinya. Atau membaca puisi-puisinya yang dipublikasi di berbagai media. Terutama dari buku-buku puisi beliau yang saya beli. Buku puisi yang selalu saya tunggu bila ada informasi Mas SDD menerbitkan buku yang baru . Atau mencari buku-buku baru itu bila misalnya Majalah Berita Mingguan Tempo mengumumkan buku pilihan akhir tahun yang mereka tetapkan dan buku mas SDD menjadi pilihan.
Bagi saya, mas SDD adalah penyair yang sederhana, tampil khas dengan topi baretanya, dan jas longgar, tapi puisi-puisi mas SDD adalah puisi-puisi yang ditulis secara serius. Puisi-puisi yang penuh perenungan dan puisi-puisi yang memberi ingatan yang kekal dan membangkitkan semangat saya untuk menulis puisi. Inspiratif dari setiap baris yang dia tulis.
Memang ada sementara pihak menyatakan bahwa mas SDD menulis puisi-puisinya secara sederhana, terkesan seakan tidak serius dan bermain-main . Kesan begitu bahkan muncul dari beberapa statemen mas SDD sendiri dalam berbagai wawancaranya dengan berbagai media. Tapi bagi saya pernyataan mas SDD itu lebih menunjukkan kerendahan hatinya sebagai seorang penyair besar, sementara puisi-puisinya itu tetaplah puisi-puisi yang ditulis secara serius, sungguh-sungguh. Puisi yang dia tulis melalui sebuah proses perenungan, meskipun tentang setetes hujan, atau sehelai daun yang bergoyang dalam desau angin .
Sebab tak ada puisi besar yang akan lahir dari proses penulisan dan penciptaan yang santai, sederhana dan sambil lalu. Untuk meminjam kata kata penyair Sutarji Calzoum Bachri, puisi yang ditulis secara berdarah-darah.
Bahwa puisi-puisi mas SDD terkesan sederhana dengan diksi dan prasa yang mudah dipahami, itulah kehebatan nya sebagai penyair, mampu menulis puisi yang mempesona dengan diksi dan metafor yang sederhana, ringan, komunikatif, tapi bagi yang membacanya akan terasa sangat mengejutkan.
Kita tiba-tiba merasakan betapa dalam renungan yang dilakukannya untuk memilih kata-kata yang kaya , kuat dan puitis itu.
Bahwa kemudian puisi-puisi itu menjadi sangat populer, mudah dipahami dan nenyentuh hati siapapun , itulah kehebatan mas SDD sebagai seorang penyair yang sudah mempunyai gaya dan karakter kepenyairan .
Menulis puisi yang melekat di hati semua orang.Puisi puisi yang memberi ruang pada semangat kegembiraan, harapan dan kehidupan masa depan. Puisi-puisi yang tak membuat orang bersedih. Puisi-puisi yang bercakap-cakap dan berbisik dalam ruang kehidupan. Percakapan antara kayu dan api. Antara waktu dan abu.
Gaya kepenyairan yang membuat puisinya ingin dibaca berkali-kali, berulang-ulang, yang baris-baris yang mistis, ingin disimpan di dalam saku atau note di gawai. Inilah yang membuat penyair lain menjadi iri.
Selamat jalan Mas SDD. Beristirahatlah dalam damai dan dalam derai doa mereka yang ditinggalkan.
2020.