(Suara Karya | 24-01-1985)

Proyek Melayunologi Dipusatkan Di Tanjungpinang

Tulisan Sabtu, 05 Mei 2012
Proyek Melayunologi Dipusatkan Di Tanjungpinang

TANJUNGPINANG, (Suara Karya) - Dua seminar tentang kebudayaan Melayu akan diselenggarakan di Riau, sebagai langkah awal menghimpun masukan bagi persiapan berdirinya proyek Melayunologi di Riau. Demikian Suara Karya di Tanjungpinang menyatakan baru-baru ini di Tanjungpinang.

Proyek melayunologi itu sendiri sudah ramai dibicarakan di Riau sejak pertengahan tahun 1984. Menurut sementara kalangan di Pekanbaru, dipilihnya Riau sebagai tempat proyek itu, karena daerah inilah yang dianggap paling tepat dan masih memperlihatkan dengan jelas akar-akar kebudayaan Melayu yang masih murni terutama akibat peranan Riau dahulunya sebagai salah satu pusat peradaban Melayu di Semenanjung Asia.

Sebelum ini, yang juga diteliti untuk pusat proyek Melayunologi itu adalah Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Sebagai tanda Riau serius dan menanggapi rencana proyek tersebut, maka diadakan berbagai kegiatan pengumpulan masukan, termasuk seminar-seminar.

Wan Ghalib, ketua pelaksana seminar di Pekanbaru kepada wartawan baru-baru ini mengatakan, seminar tersebut akan diadakan bulan Januari ini juga, terutama setelah ada persetujuan dari Departemen Dalam Negeri. Mendagri Soepardjo Rustam telah menyambut baik rencana seminar tersebut dan berharap seminar itu bisa menampilkan identitas budaya Melayu yang jelas sebagai bagian dari budaya nasional.

Seminar di Pekanbaru itu bersifat lokal dan akan mengetengahkan lima kertas kerja utama dan sejumlah kertas kerja penunjang. Namun belum disebut siapa-siapa tokoh atau lembaga yang akan menyampaikan kertas kerja tersebut.

Seminar Nasional

Seminar kedua yang bersifat nasional direncanakan diselenggarakan di Tanjungpinang, Ibukota Kabupaten Kepulauan Riau, sekitar akhir Maret. Barkir, Kakandepdikbud Kepulauan Riau mengatakan, pelaksana tekhnis seminar ini adalah Depdikbud sendiri dengan kerjasama Pemda Riau. Direncanakan seminar tersebut akan dihadiri juga kalangan ahli dari negeri-negeri Rumpun Melayu Asean, baik sebagai peserta aktif maupun peninjau.

Menurut Barkir, seminar itu diadakan bulan Maret karena dikaitkan dengan rencana peresmian gedung Pusat Informasi Kebudayaan Melayu (PIKM) yang kini sedang dibangun. Proyek Depdikbud tahun 83/84 seharga Rp226,- juta lebih itu mulai dikerjakan September 1984 dan kini sudah 60 persen selesai.

Kelak PIKM ini akan merupakan salah satu sumber informasi utama bagi pemahaman budaya Melayu umumnya dan budaya Riau dan budaya Riau khususnya. Selama ini semua studi tentang kebudayaan Melayu di Riau mengalami banyak hambatan karena sulitnya memperoleh sumber informasi dan kurang terawatnya sisa-sisa peninggalan budaya yang ada.

”Sebagai persiapan, sekretariat seminar sudah ditetapkan”, lanjut Bakir meskipun belum dapat memastikan apa dan siapa yang akan ditampilkan dalam seminar tersebut. (RK).