Senin, 14 Oktober 2024
BALAI Bahasa Provinsi Riau mendatangi para siswa, guru dan juga anak-anak muda yang berbakat dengan dunia baca dan tulis-menulis hingga hampir di seluruh kabupaten yang ada di Riau. Dengan menggelar program Bengkel Sastra dan Gerakan Indonesia Menulis, para peserta dipertemukan langsung dengan para sastrawan Riau untuk dapat memahami, mengetahui dan juga mempraktikkan langkah-langkah dalam mengakrabi dunia tulis menulis.
Bengkel Sastra adalah salah satu kegiatan yang ditawarkan oleh Balai Bahasa Provinsi Riau untuk meningkatkan kreativitas dan apresiasi sastra masyarakat dalam hal ini siswa dan guru di Riau. Seperti yang disampaikan Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Agus Sri Danardana, kegiatan tersebut berfokus pada pemberian pelatihan penulisan kreatif atau pelatihan pementasan seni kreatif yang mencakupi puisi, prosa, drama, dan esai.
Dalam program ini, terdapat dua bentuk kegiatan yaitu berupa Bengkel Musikalisasi puisi dan bengkel penulisan kreatif bagi guru. Ada pun tujuan dari program ini, kata Danar sapaan akrab Kepala Balai Bahasa adalah untuk menambah porsi bagi pembelajaran sastra di sekolah karena diakui selama ini, porsi itu sangat sedikit sehingga banyak siswa mengaku tidak memiliki waktu atau kesempatan yang cukup untuk mengembangkan kreativitas dan apresiasinya terhadap sastra.
MENUTUP: Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Agus Sri Danardana ketika menutup acara Bangkel Sastra di Dumai beberap waktu lalu.Jefri Al Malay/Riau Pos.
“Ya, setidaknya kami dari Balai Bahasa menawarkan sebuah program guna meningkatkan apresiasi sastra bagi peserta, menumbuhkan rasa kecintaan peserta terhadap sastra, memasyarakatkan musikalisasi puisi bagi siswa dan penulisn kreatif bagi guru, sekaligus dapat pula menjalin tali silaturahmi antar peserta,” ucap Agus Sri Danardana.
Program yang sudah berlangsung sejak bulan Maret 2015 lalu ini sebenarnya menurut Danardana merupakan program yang sudah dilakukan Balai Bahasa sejak 2006 lalu yang melibatkan para sastrawan sebagai instruktur. Biasanya kegiatan ini berpusat di Pekanbaru, dilaksanakan di Kantor Balai Bahasa. Namun tahun ini, kegiatan serupa dilaksanakan di lima Kabupaten kota di Riau. dimulai dari Kabupaten Kuantan Singigi, Indragiri Hulu, Dumai, Pekanbaru dan Rokan Hilir.
MUSIKALISASI: Proses pengenalan dalam bengkel sastra musikalisasi puisi oleh komposer Riau Mat Rock kepada para peserta.
“Sejak 2006, kantor Balai Bahasa se-Sumatera selalu menggelar Festival Musikalisasi Puisi Tingkat SLTA Se-Sumatera setiap tahunnya. Nah, tahun 2015 ini, festival akan diselenggarakan di Jambi. Atas dasar itulah bengkel sastra pada 2015 ini difokuskan pada pelatihan pementasan seni kreatif bagi siswa SLTA di Provinsi Riau. Artinya, hasil kreatifitas berupa musikalisasi yang dihasilkan siswa akan dinilai, dicari yang terbaik untuk mewakili Riau nantinya,” jelas Danar.
Sedangkan program Gerakan Indonesia Menulis berfokus pada meningkatkan minta baca dan juga kepenulisan. Antara baca dan menulis merupakan dua hal yang tentu saja tidak dapat dipisahkan. Jika kurang minat baca, tentu saja dunia kepenulisan juga akan ikut melemah atau tidak bergairah.
Di Indonesia, kata Danar, kita akui minat baca masyarakat terbilang rendah. Hal ini menjadi penyebab utama rendahnya tradisi menulis dalam kehidupan masyarakat, karena membaca adalah referensi untuk menulis. Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, Balai Bahasa Provinsi Riau kian menggencarkan berbagai kegiatan yang dapat mendorong minat membaca dan menulis pada masyarakat. Salah satu kegiatan yang ditaja Balai Bahasa Provinsi Riau adalah Gerakan Indonesia Menulis.
“Program ini sudah pernah dilakukan sebelumnya dengan tajuk Gemar Membaca, Rajin Menulis pada tahun 2013-2014 lalu. Di tahun ini, tajuknya diganti dengan Gerakan Indonesia Menulis. Tujuannya tak lain untuk memotivasi para pelajar, pendidik, dan masyarakat umum untuk menulis,” jelas Danar lagi.
Dalam kegiatan ini, peserta dibekali petunjuk praktis menulis esai dan karya kreatif berupa prosa dan puisi oleh narasumber atau praktisi yang sudah berpengalaman dalam dunia tulis-menulis di Riau ini.
Peserta juga dibekali beberapa beberapa langkah penulisan yang dikemas dalam tiga kegiatan, pertama adalah pembekalan, tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan dan proses kreativitas. Kedua, pelatihan. Peserta dilatih teknik penulisan kreatif, seperti teknik penulisan esai, prosa, dan puisi. Ketiga, praktik menulis. Peserta diminta menuliskan beberapa bentuk karya kreatif dan kemudian memamerkan hasil kreasinya di depan kelas. Para narasumber kemudian langsung mengevaluasi tulisan-tulisan tersebut. Selanjutnya, peserta GIM ini akan diberi kesempatan untuk menyertakan hasil karya mereka dalam lomba karya tulis kreatif yang diadakan Balai Bahasa Provinsi Riau.
Untuk kegiatan Gerakan Indonesia Menulis ini, pelaksanaannya dibuka di Pekanbaru pada awal April lalu. Kemudian dilanjutkan di Bengkalis, Indragiri Hilir dan diakhiri di Pelalawan pada minggu ini.
Keterlibatan para seniman dan sastrawan Riau dalam kegiatan yang dilaksanakan Balai Bahasa ini sangat diperlukan, disamping dapat berbagi pengalaman juga diharapkan adanya kesempatan bagi generasi penulis Riau untuk langsung bertemu dengan para seniman dan sastrawan Riau. di beberapa tempat dari dua kegiatan ini menghadirkan pembicara diantaranya Taufik Ikram Jamil, Fakhrunnas MA Jabbar, Marhalim Zaini, Olyrinson, Harry B Qoriun, Musa Ismail, Gde Agung Lontar, Syaukani al Karim, Hang Kafrawi, Jefri al Malay, Griven H Putra, Mat Rock dan Andri S Putra (Jakarta).
Antusias Peserta
Program pembinaan seperti ini patut digalakkan guna membangkitkan kegairahan dunia tulis menulis di Riau. Hal itu disampaikan salah seorang sastrawan Riau sekaligus narasumber dalam program Gerakan Indonesia Menulis di Bengkalis, Musa Ismail.
Katanya, kegiatan seperti ini patut mendapat apresiasi positif karena adanya upaya bersama untuk membuka wawasan kepenulisan bahkan bukan tidak mungkin akan dapat melahirkan para penulis dari setiap daerah yang didatangi. “Respon peserta sangat bagus dan antusias sekali. Jelas sekali dari apa yang saya perhatikan, kegiatan seperti ini mampu memotivasi peserta untuk mengakrabi dunia tulis menulis,” ucap Musa Ismail sekaligus berprofesi sebagai guru di SMA Negeri 3 Bengkalis yang juga sedang merampungkan karya kumpulan cerpennya itu.
Hal senada juga disampaikan oleh Narasumber lainnya, Marhalim Zaini. Katanya, program seperti ini jarang dilakukan, para sastrawan datang ke daerah-daerah, berbagi ilmu dan pengalaman di hadapan para peserta yang rata-rata adalah anak-anak muda sebagai generasi penerus sastra di Riau.
“Capaian yang saya lihat adalah antusiasme peserta dalam menulis, banyak hal yang tak terduga ditemui, misalnya di Sungai Pakning (Bengkalis red), hampir semua genre ditulis oleh peserta yang rata-rata guru dan siswa, mereka saya lihat berrgairah sekali seperti haus akan sastra. Itulah, barangkali program seperti ini jarang dilakukan dan mereka berharap program ini berkesinambungan setiap tahunnya,” ujar Marhalim.
Namun demikian, dari antusiasme yang tampak lanjut Marhalim, memang ditemukan beberapa kendala seperti misalnya, minimnya apresiasi peserta terhadap karya sastra terutama karya penulis Riau. Hal itu membuktikan buku sastra penulis Riau tidak sampai ke tangan mereka dalam artian, di daerah, miskin buku sastra dan juga belum terbangunnya iklim membaca dan menulis. Sehingga antusias itu seperti terlihat euphoria namun Marhalim yakin, kalau program serupa ini dilakukan oleh banyak lembaga atau instansi seni, beliau yakin sastra di Riau ini pastilah akan bergairah.
Antusias peserta juga tidak sebatas ucapan, buktinya dari kegiatan Gerakan Indonesia Menulis kemudian para peserta membentuk sebuah komunitas yang namanya disepakati Gerakan Komunitas Sastra Riau (GKSR). Komunitas yang akan bermarkas di Balai Bahasa ini dibentuk untuk membuat gerakan-gerakan sastra. Bersatu menggerakkan sastra, menciptakan pembaca-pembaca baru, sebagai pelaksana kegiatan sastra. “Komunitas sastra di Riau ini tidak banyak, diperlukan gerakan-gerakan nyata. GKSR ini diharapkan dapat mejawab tantangan itu dengan menjalankan kegiatan mingguan, bulanan dan tahunan seperti diskusi, iven-iven sastra,” ungkap Marhalim.
Salah seroang narasumber Musikalisasi Puisi, Matrock menilai kegiatan yang ditaja Balai Bahasa tentunya memberikan penyegaran bagi siswa selaku peserta musikalisasi puisi. Karena banyak ditemui dari beberapa daerah di mana para siswa memiliki kemampuan untuk mengapresiasi karya puisi dengan mengubahnya ke dalam bentuk musikal.
Hanya saja selama ini, kemampuan itu yang tidak terasah dengan baik karena tidak ada yang mendampingi atau tidak adanya wadah untuk menampung kreatifitas para peserta tersebut.
“Yang jelas, saya perhatikan mereka (peserta red) serius dalam mengikuti pelatihan dan menghasilkan karya-karya musikalisasi puisi yang kadang tidak disangka-sangka bagus sekali,” ujar Matrock yang juga merupakan pimpinan Komunitas Blacan Aromatic tersebut.(fed)