Senin, 14 Oktober 2024
ACEH (RP) – Puisi berjudul “Aceh Satu Hari setelah Tsunami” itu, menggelora. Ruang Anjong Mon Mata Banda Aceh, persis di sebelah pendopo gubernur, terhenyak. Semua diam. Terkenang betapa besar bencana tsunami menerjang Aceh ketika itu. Semua membayang jelas dalam bait-bait puisi milik Rida K Liamsi yang mewakili Indonesia malam tadi (15/7). Gubenur Aceh dr Zaini Abdullah, unsur Forkominda dan tokoh masyarakat juga hadir dalam iven temu sastrawan delapan negara yang ditaja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berkerja sama dengan Lapena (Institute for Culture and Society) tersebut.
Selain Rida, perwakilan negara lain juga membaca puisi. Mereka adalah Atzimba Luna Becerril (Mexico), Mr Amir Rahimi (Iran), Prof Yang Seung Yoon (Korea Selatan), Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan MA (Thailand), Raja Ahmad Aminullah (Malaysia), Anie Din (Singapura), Zefri Ariff (Brunei Darussalam) dan Hj Illiza Saaduddin Djamal (Aceh). Seperti luka yang baru tercalar, Aceh penuh luka karena tsunami terpapar dalam bait-bait puisi yang mereka bacakan dengan bahasa dan logat yang berbeda.
Zaini Abdullah menyambut gembira kehadiran ratusan sastrawan dari berbagai negara tersebut. Bukan hanya menjamu makan malam, memberikan fasilitas melalui intansi terkait, tapi juga ungkapan selamat datang dengan puluhan papan bunga serta senandung dan tarian selamat datang saat pembukaan dimulai di Anjong Mon Mata itu.
‘’Ilmu membuat hidup lebih mudah, agama membuat hidup lebih terarah dan seni membuat hidup lebih indah. Kegiatan ini diharapkan seni tumbuh kembang dengan baik di Aceh. Kami bukan hanya mengundang penyair dan sastrawan lokal, tapi juga mancanegara. Semoga kegiatan ini menjadi pembuka jalan untuk berbagi dan mengapresiasikan ungkapan manusia dari berbagai keragaman adat dan kebudayaan. Semoga menjadi jembatan untuk kita terus bersilaturahmi dan saling peduli antara satu dengan yang lain melalui seni, sastra dan khususnya puisi,’’ ungkap Zaini.
Selain membuka secara resmi temu penyair delapan negara, Zaini juga meluncurkan secara resmi 28 buku puisi karya penyair-penyair yang hadir. Buku itu dari berbagai negara. Di antaranya, Nyanyian Sukma, karya Rosni Idham (Malaysia), Jejak Seoul, karya Maman S Mahayana (Jakarta), Bayang Ibu, karya Deknonng Kemalawati (Aceh), Surat dari Awan, karya Siti Zainon Ismail (Malaysia), Perempuan Bulan, karya Kunni Masrohanti (Riau), Dari Negeri Daun Gugur, karya Ahmadun Yosi Herfanda (Jakarta), beberapa antologi puisi seperti Puisi Putih Sang Kekasih, Hujan di Atas Kertas, Kebenaran Tanpa Rasa Takut dan masih banyak lainnya.
Ratusan sastrawan ini akan mengikuti berbagai agenda hingga Senin (18/7). Di antaranya, seminar sastra lintas negara, pembacaan puisi, bedah buku puisi, ekspresi seni, ziarah sastra dan sebagainya.
‘’Kami senang tuan-tuan datang ke tanah kami. Semoga pertemuan ini menjadi inspirasi bagi kita semua dan semakin hiduplah kesusasteraan di Indonesia dan berbagai negara yang hadir malam ini,’’ ungkap Helmi Hass, sang koordinator acara.
Dikatakan Helmi Hass, peserta yang datang dari berbagai negara dengan jumlah berbeda. Satu negara atau daerah ada yang mengirim lebih dari dua orang, bahkan tujuh orang. Dari Riau sendiri selain Rida, juga hadir penyair Kazzaini Ks, Fakhrunnas MA Jabbar, Mosthamir Thalib, Aris Abeba dan Kunni Masrohanti.
‘’Pertemuan sastrawan seperti ini memang seharusnya sering dilaksanakan agar kesusateraan di Indonesia semakin semarak. Di berbagai daerah punya cara dan gaya yang berbeda untuk memeriahkan dunia kesusasteraan tersebut. Di Riau juga punya cara yang berbeda,’’ ungkap Rida.(kun)