Rabu, 19 Februari 2025
KITA Adalah Puisi, demikianlah tema besar yang diusung oleh sejumlah insan seni yang terlibat dalam hari raya bagi para penyair itu. Di malam puncak perayaan yang digelar di tepian Sungai Siak tepatnya di bawah Jembatan Siak III itu bertumpah ruahlah segala bentuk ekspresi puisi.
Taman yang berada di sebelah Rumah Singgah Sultan Siak itu pun disulap menjadi layaknya taman puisi. Terlihat sejumlah bazar buku puisi oleh masing-masing komunitas, karikatur puisi oleh Sindikat Kartunis Riau, dan foto-foto dari Komunitas Fotographi Pekanbaru terpajang rapi di setiap sudut taman.
Sebuah panggung mini tempat di mana segala ekspresi puisi dicurahkan berdiri di tengah-tengah taman tersebut. Simbahan aneka warna lampu dan bendera perayaan Hari Puisi turut pula menjadi latar setting atau set dekor. Di panggung inilah secara bergiliran para penyair dan tetamu undangan yang hadir membacakan puisi-puisinya.
Pekikan, teriakan dan lantunan puisi pun akhirnya memecah malam lewat pengeras suara yang tersedia, beradu silang bunyinya dengan deru suara kendaraan yang berlalu lalang di atas jembatan Siak III.
Di malam puncak itu, hadir dan turut membacakan puisi para penyair ternama Riau, hadir Fakhrunnas MA Jabbar, Taufik Ikram Jamil, GP Ade Darmawi, Aris Abeba, Kazzaini Ks, penyair perempuan Singapura, Rohanidin, Hang Kafrawi, Marhalim Zaini, Ketua PWI Riau, Denni Kurnia, Hang Kafrawi, Murparsaulian, Jefri al Malay, Fedli Azis, TM Sum, Maimoon Nasution, Komunitas Musikalisasi Puisi Gendul dan sejumlah tamu undangan lainnya.
Ketua perayaan Hari Puisi Indonesia di Riau, Kunni Masrohanti mengatakan helat perayaan puisi yang ditaja berlangsung dan terlaksana berkat semangat dari kawan-kawan komunitas yang ada di Pekanbaru. “Semangat dan kesadaran bersama akan pentingnya merayakan Hari Puisi Indonesia yang sudah dideklarasikan di Riau ini, modal kami,” ucap penyair perempuan Riau itu.
Sejumlah komunitas yang tergabung diantaranya Komunitas Seni Rumah Sunting, Baraq Teater, Komunitas Paragraf, Komunitas Malam Puisi Pekanbaru, Komunitas Musikalisasi Gendul, Komunitas Pohon, Komunitas Rumah Kayu, LPE Riau, Komunitas Pena Terbang, Komunitas Autis, Sindikat Kartunis Riau, Komunitas Photografi Pekanbaru, Kongkrit Genggaman, Pondok Belantara, Teater Matan, River Devender. “Kesemua komunitas ini tergabung dalam satu komunitas yang kami sepakati dengan nama Komunitas Sayang Puisi Pekanbaru,” jelas Kunni.
HPI Dideklarasikan di Riau
Perayaan Hari Puisi Indonesia di Riau sebenarnya menjadi semacam kewajiban untuk dirayakan. Hal itu diucapkan Ketua Umum Dewan Kesenian Riau, KazzainIi Ks. Katanya, bagaimanapun sejarah telah tercatat, pendeklarasian HPI itu berlangsung di bumi Lancang Kuning ini.
HPI ditetapkan karena mengingat pentingnya bangsa Indonesia memiliki Hari Puisi Indonesia sebagai negara yang berkebudayaan luhur dan dilahirkan oleh puisi sebagai spirit kebangsaan. Maka pada 22 Nopember 2012 lalu, diprakarsai oleh salah seorang budayawan Riau, Rida K Liamsi sebagai salah seorang inisiator dan didukung lebih dari 40 penyair Indonesia lainnya mendeklarasikan Hari Puisi Indonesia.
“Deklarasi ketika itu, dibacakan langsung Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri didampingi 40 penyair se-Indonesia di Anjung Seni Idrus Tintin. Ketika itu, disepakati bersama, Hari Puisi Indonesia dirayakan tiap tahun tanggal 26 Juli, tanggal ini diambil dari hari lahir Chairil Anwar sebagai apresiasi dan penghargaan atas dedikasi kepenyairan beliau terhadap kebangkitan puisi moderen Indonesia,” kenang Ketua Yayasan Sagang tersebut.
Selaku ketua umum dari lembaga yang ikut menggagas penetapan HPI tersebut, Kazzaini menyatakan kerisauannya perayaan HPI 2015 tidak dapat terlaksana. Hal itu disebabkan saat ini organisasi dan lembaga seni di Riau, seolah-olah lumpuh karena kurangnya perhatian dan bantuan dari pemerintah. “Untunglah kawan-kawan seniman tidak kehabisan energi dan kreativitas sehingga mereka mampu mennggalang kekuatan yang ada untuk tetap merayakan hari puisi. Saya apresiasi sekali atas kerja kawan-kawan seniman dan memang apapun yang terjadi, seni tidak boleh mati,” ujarnya.
Puisi dan Budi Pekerti
“Sesungguhnya puisi dapat memperhalus budi pekerti” ucap salah seorang budayawan seniman Riau, Fakhrunnas MA Jabbar. Helat perayaan HPI ini juga menurutnya, harus mampu mengupayakan bagaimana HPI suatu saat nanti tercantum dalam agenda Hari Besan di Indonesia. “Dan ini tentu saja diperlukan political will dari pihak pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang membidangi soal-soal budaya termasuk puisi,” jelasnya.
Dalam momen perayaan HPI ke 3 tahun ini juga, Fakhrunnas menegaskan sesungguhnya hampir tidak ada insan yang pernah lepas atau tak bersentuhan dengan puisi dalam rentang panjang kehidupannya. Di masa-masa belia dulu misalnya, tradisi jatuh cinta tak akan lengkap tanpa kata-kata indah yang berbunga-bunga, yang tak lain adalah puisi.
Sementara itu, siklus kehalusan budi itu, menurut Fakhrunnas bisa mengalir sepanjang waktu apabila ada kolaborasi yang manis diantara pihak-pihak penentu di negeri ini. Dimisalkan, para birokrat yang menyukai puisi tentu diharapkan bakal memiliki kehalusan budi dan perilaku terpuji dan lembut. Bagi para pebinis yang mencintai puisi dapat pula berperan jadi maesenas atau orang kaya yang memberikan kepedulian secara materi bagi kehidupan seni termasuk puisi.
“Sedangkan para penyair yang sepanjang waktu mencipta dan melahirkan puisi, dapat bertahan dan eksis karena karya-karya yang dilahirkan amat dibutuhkan oleh banyak orang. Namun tentu saja hal itu memerlukan lompatan-lompatan apresiatif yang terus berproses. Tidak mudah memang menjadikan puisi sebagai kebutuhan atau jadi bagian kehidupan yang tak terpisahkan dari rutinitas yang tak pernah berhenti, tapi paling tidak mari kita bergembira di perayaan HPI tahun ini dan tahun-tahun mendatang,” ujarnya semangat.
Semantara itu, Ketua PWI Riau, Denni Kurnia yang turut membacakan puisi di malam puncak perayaan HPI, berksempatan membentangkan sejumlah kenangan atas kerinduannya di masa 35 tahun yang lalu. Sebuah momen di mana seniman-seniman menggelar acara pembacaan puisi seperti yang sedang digelar.
“Ketika itu memang menurut saya, merupakan puncak kejayaan Riau sebagai basis pembaca puisi terbaik sampai ke tingkat nasional dan juga sebagai basis sastra. Seniman-seniman Riau ketika itu menurut saya hebat-hebat dan kehebatannya diakui sampai di wilayah semenanjung sana,”kenang Denni.
Dan hari ini, dalam pengamatannya, keberadaan penyair Riau tidak kalah hebatnya dengan seniman-seniman penyair dahulu hanya saja menurut Deni, kurang diketahui dan dikenal luas. “Nah, yang menurut saya, perlu diupayakan penyair hari ini. Mnejadi tugasnyalah bagaimana gelora semangat kepenyairan yang tampak pada malam perayaan ini bisa digaungkan ke level yang lebih luas,” ujarnya.
Gaung HPI di Kampung
Perayaan HPI 2015 di Riau tidak hanya meriah, di Pekanbaru. Di ceruk kampung tepatnya di Kecamatan Tasik Putri Puyu Kabupaten Kepuluan Meranti pun digelar perayaan HPI oleh sebuah komunitas yang diberi nama Komunitas Gemar Menulis.
Di waktu yang sama, Jumat (31/7), sejumlah anak muda yang terdiri dari pelajar dan umum menggelar perayaan Hari Puisi Indonesia dengan tema Meneroka Puisi Memperkaya Hati. Helat yang di taja di sebuah ruang pustaka sekolah itu juga berlangsung meriah dengan persembahaan baca dan juga musikalisasi puisi oleh anggota komunitas.
Ketua Komunitas Gemar Menulis, Jasman Bandul mengatakan melalui telepon genggamnya, selaku komunitas yang bergiat di bidang sastra, mereka berkewajiban ikut sama-sama merayakan HPI meskipun dengan cara mereka sendiri. “Apalagi mengingat deklarasi HPI berlangsung di Riau, jadi komunitas kami yang memang masih tergolong baru dibentuk ini berinisiatif untuk turut sama-sama menyemarakkannya,” ujar penulis muda Riau itu.
Merayakan hari puisi itu juga sekaligus menjadi motivasi bagi keanggotaan dari Komunitas Gemar Menulis. Karena menurut Jasman di kampungnya meski jauh dari haruk pikuk kota, tetapi potensi anak muda baik pelajar, maupun yang umum dalam hal sastra sangat kuat. “Hanya saja, tidak ada wadah untuk menyalurkannya. Itulah makanya saya bersama siswa-siswi di kampung ini membentuk komunitas kami ini. Dan pengenalan sastra terkhusus puisi kepada orang-orang di kampung, kami lakukan secara berangsur-angsur, salah satunya melalui perayaan HPI ini,” tutup Jasman.(fed)