Selasa, 29 April 2025
Seorang anak laki-laki berlari tergopoh-gopoh sambil menangis melapor pada Satelite. Dia memberitahu bahwa sepeda Satelite ditahan oleh Esmaeel si tetua kampung (tepatnya kampung pengungsian). Esmaeel tidak akan mengembalikan sepeda itu jika Satelite tidak datang ke tempatnya untuk menerjemahkan berita televisi. Tapi ancaman itu sama sekali tidak berlaku bagi Satelite. Dia malah mengancam balik. Dia dengan tegas mengatakan bahwa dia tidak akan datang untuk menerjemahkan berita televisi karena masih banyak tugas yang harus ia lakukan dan tugas itu bukan untuk kepentingan dirinya sendiri tapi kepentingan masyarakat lainnya dalam wilayah pengungsian itu. Jika sepeda itu tidak dikembalikan maka ia akan meninggalkan kampung. “ Pasha, go with him. Tell him i can’t translate during the day. May be a little at night. I ‘ll go from this village. Tell him all the villages in the region want me. If he doesn’t bring my bike back, i ‘ll leave this village with the dish. If they don’t return the bike, i ‘ll leave now. Go tell him!”. Tidak lama setelah itu, segerombolan anak datang membawakan sepeda Satelite. Esmaeel si tetua kampung dan rombongannya tidak bisa berbuat apa-apa pada Satelite, ancaman mereka tidak berlaku. Mereka kalah dan menyerah pada anak laki-laki berusia sebelas tahun itu.
Lalu, nun jauh di sana di hulu Kuala Kampar, pada zaman dahulu kala, saat sungai Kampar masihlah bernama Laut Ombun, hiduplah seorang janda tua lagi miskin yang berumah di ujung kampung. Ando Kasian (Janda Kasihan) namanya. Tidak beranak bersuami ia. Suatu hari mendapat seorang anak angkat Putri Ombun Puti (Putri Embun Putih). Putri Embun Putih adalah kakak dari Bujang Tan Domang yang melarikan diri dari amukan Raja Garuda yang memporak-porandakan kampung mereka. Raja Pati adalah raja yang berkuasa di wilayah yang ditempati Ando Kasian. Raja Pati sedang mencari istri dan terpautlah hatinya pada Putri Embun Putih. Tidak ada perempuan lain yang diingin Raja Pati selain putri angkat kesayangan Ando Kasian itu. Raja Pati mengutus dayang kepercayaannya Si Kembang Cina untuk menyampaikan maksud hatinya. Namun, alih-alih gembira bukan kepalang sebagaimana kecenderungan rakyat biasa saat dipinta oleh raja atau penguasa, Ando Kasian malah melakukan penolakan. Ando Kasian baru akan menerima lamaran tersebut jika Raja Pati memenuhi adat ketentuan yang berlaku sebagaimana yang diberlakukan pada rakyat biasa lainnya. Tidak ada keistimewaan untuk seorang raja sekalipun. Dan tidak ada perasaan inferior pada diri Ando Kasian walaupun ia rakyat jelata, tua dan miskin. Pada apa yang benar dan ia yakini semua harus berpegang. Keteguhan nilai si Ando Kasian dapat dilihat dari petikan berikut:
Benarlah kata nenek itu
Menyahut si Kembang Cina
Tapi kami disuruh Raja Pati
Meminang cucu nenek
Alat sudah kami bawa
Itulah hajat kami kemari)
Eeii...Aaiii....
Menyahut pula Janda Kasihan
(kalau tentang pinang-meminang)
Ada pula adat lembaganya
Tidak dapat begitu saja
Diberi tahu kami dahulu
Orang datang mau meminang
Supaya dapat kami bersiap
Entah air sejuk agak seteguk
Entah nasi agak sesuap
Akan dibentang tikar sehelai dua
Takkan orang duduk di lantai
Itulah adat yang kita pakai)
Eeii..Aaii....
Mendengar jawab begitu
Terdiamlah orang yang datang
Hilang akal akan menjawab
...........
Berkata pula Janda Kasihan
(Mana kalian orang istana
Adat terang pusaka tahu
Kalau benar hendak meminang
Pinangan belum kami terima
Bukan kami tidak suka
Bukan kami tidak sesuai
Kami ini belum berunding
Biar berdua berunding juga
Beri tahulah pada raja kalian
Tak sesuai berunding di pondok
Pondok buruk sempit tak muat)
(Bujang Tan Domang, hal. 129-131)
Pada tanyangan Kick Andy Show tanggal 13 Maret 2015, muncul sosok Andri Riski Putra, pemuda kelahiran Medan 23 tahun silam. Andri Riski adalah penerima penghargaan Kick Andy Young Heroes 2015, Breakthrough People di bidang Pendidikan 2015, Remaja Berprestasi dan Menginspirasi (Mewakili Masyarakat Umum) oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia 2014, Penulis Buku “Orang Jujur Tidak Sekolah” diterbitkan oleh Bentang Pustaka 2014, Ketua Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Pemimpin Anak Bangsa 2012, Pendiri Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) 2012, Juara III Mahasiswa Berprestasi Fakultas Hukum Universitas Indonesia 2011, Peraih Predikat Cumlaude Universitas Indonesia 2011.
Andri Riski memperoleh semua itu karena integritas yang ia miliki. Tidak ada tawar menawar dengan ketidakjujuran pun atas nama kebaikan. Ia memprotes keras sistem pendidikan saat berlangsungnya ujian nasional yang baginya sangat buruk. Semua pihak, baik siswa maupun sekolah sudah berkongsi bersama dalam menghalalkan tradisi mencontek demi mencapai target kelulusan. Padahal, menurutnya pendidikan adalah media untuk membentuk karakter manusia menjadi lebih baik. Jika pendidikan didasarkan oleh praktik kecurangan dan ketidakjujuran, maka makna pendidikan itu sudah tidak ada artinya lagi. Sebagai bentuk nyata atas protes dan kekecewaannya terhadap sistem pendidikan yang berlaku, Andri Riski memilih tidak melanjutkan studinya ke sekolah formal melainkan memilih sekolah informal Paket C dan dengan gigih belajar secara otodidak.
Berbekal ijazah paket C ia berhasil menjadi lulusan cumlaude dari Fakultas Hukum UI dengan masa kuliah enam semester. Setelah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi Andri mendirikan Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB). Ia dan segenap relawan berusaha menanamkan pendidikan kesetaraan gratis yang berkualitas dan menanamkan prinsip kejujuran dan keberagaman. “Kami tidak butuh murid yang pintar, tapi jujur dan berintegritas”, ujarnya.
Ketiga tokoh tersebut, hanyalah sekedar menyebut contoh. Satelite adalah tokoh dalam film Turtle Can Fly (film Kurdi, 2004). Ando Kasian merupakan salah satu tokoh dalam cerita Bujang Tan Domang, Nyanyi Panjang Orang Petalangan yang dibukukan oleh Tenas Effendy. Sedang Andri Riski Putra adalah sosok nyata yang bisa kita jumpai keberadaan aslinya. Namun, setidaknya ada hal yang sama yang dimiliki oleh ketiga tokoh tersebut: nilai tawar.
Mereka tokoh-tokoh yang berkualitas, memiliki integritas, memiliki prinsip dan berpegang teguh atas itu. Satelite sosok yang bertanggung jawab. Ia akan lebih memilih mendahulukan tanggung jawab sosialnya dibandingkan melayani kepentingan pribadi sekelompok orang tertentu, walau kelompok itu pihak berkuasa sekalipun. Mengurusi anak-anak yang mencari nafkah dengan mengumpulkan ranjau-ranjau aktif baginya jauh lebih penting daripada menterjemahkan siaran televisi bagi tetua kampung. Sedang Ando Kasian, daripada menyembah-nyembah dan merendah-rendah di hadapan raja, ia lebih memilih ‘mengajarkan’ tentang adat pada raja itu.
Ando Kasian tidak serta merta memberikan apa yang ia miliki (dalam hal ini putri angkatnya) kepada raja. Jika raja memang hendak maka harus ikut aturan main. Begitu pula Andri Riski. Segala hal yang tidak jujur mesti dilawan! Mereka punya prinsip. Mereka punya pegangan. Dan mereka memiliki kualitas dan nilai tawar. Tidak memilih turut pada sesuatu yang jelas-jelas salah demi cari aman.
Hanya sekedar menyebut contoh. Barangkali pembaca punya banyak contoh lagi tentang tokoh-tokoh serupa, baik dalam film, karya sastra ataupun tokoh nyata. Atau barangkali menciptakan tokoh dengan nilai serupa dalam karya-karya. Atau barangkali lagi tokoh-tokoh bernilai tawar itu adalah kita semua. Kita semua? Barangkali! Barangkali?***
Catatan : Tokoh-Tokoh Bernilai tawar bukan Mudah di tawar!
Rusunawa Unilak-Rumbai, 25 April 2015.
Alvi Puspita. Alumnus FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Riau.