Sabtu, 02 November 2024
OK Nizami Jamil, adalah contoh seorang pendidik yang komitmennya pada dunia pendidikan tidak pernah surut. Sekarang ini, meskipun sudah pensiun, tetapi dia tidak pernah meninggalkan gelanggang pendidikan. Saat ini hari-hari nya diisi dengan kegiatan pramuka. Di dunia seni budaya dan adat istiadat, dia masih tetap terlibat, seperti menjadi juri berbagai event kesenian dan kebudayaan. Juga tetap menjadi pengurus Lembaga Adat Melayu Riau ( LAMR ). Tetapi terhadap pramuka, pak Oka (begitu saya selalu menyapa beliau), jauh lebih intens dan tunak. Agaknya, setelah tidak lagi mengurus tetek bengek dunia pendidikan formal, baik dalam kapasitas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah Riau (Kanwil Dikbud Riau) yang pernah disandangnya, maupun sebagai Kormin (Kordinator Administrasi ) Kanwil Dikbud Riau dahulunya, maka mengurus pramuka menjadi gairahnya lebih bangkit.
Dunia pramuka, katanya suatu ketika kepada saya, adalah dunia pembentukan karakter generasi yang akan datang. Dunia Pramuka, adalah dunia di mana usia muda, bersentuhan langsung dengan dunia kehidupan. Banyak yang tak diajarkan di bangku sekolah, dapat diperoleh dari dunia pramuka. ?Pramuka itu mengajarkan generasi muda kita hidup mandiri ? katanya. Dan kemandirian itulah sebenarnya esensi hidup ini. Di dunia pramuka itu jugalah semangat kewirausahaan (entrepreneurship) itu dapat dibangkitkan dan dikembangkan. Disanalah kini Pak Oka mengerahkan semua hari dan waktunya. Dia menunjukkan, bagi seorang pendidik, tak ada istilah berhenti mengabdi, karena proses pendidikan itu dilakukan dimana saja, dan berlangsung sepanjang usia.
Tetapi,sebagai seorang pengabdi dan pekerja seni, Pak Oka juga tetap memberi komitmennya. Dia dan beberapa teman telah menulis banyak buku-buku tentang kesenian tradisional Riau. Terutama yang menyangkut adat istidat Melayu Riau. Pak Oka, termasuk salah seorang yang setia untuk menjaga tata cara dan norma-norma kehidupan masyarakat Melayu, agar tetap menjadi warisan tamaddun Melayu. Pak Oka dan para pemangku adat Riau inilah yang tetap terus memperbaharui nilai-nilai budaya Melayu agar tetap lestari dan terus memberi makna dalam kehidupan yang terus berubah ini.
Saya ingat, bagaimana Pak Oka dan Pak Johan Syarifuddin (mantan Bupati Bengkalis ) menemukan arsitektur Selembayung, ornamen khas Melayu yang menjadi salah satu ciri arsitektur Melayu yang dipakai di rumah-rumah dan bangunan di daerah Riau. Karena terkesan akan kreatifitas dan kemampuan mereka mengangkat filosofi budaya Melayu itu menjadi sebuah ikon budaya Melayu, maka melalui Yayasan Sagang, saya memberi penghargaan Anugerah Sagang kepada pak Oka dkk atas didikasi mereka itu. Sekarang, selembayung itu menjadi ciri khas bangunan-banguan di Riau. Menjadi ciri dan roh arsitektur bangunan yang kemudian dikembangkan secara kreatif oleh para arsitek Riau dalam menciptakan ornamen-ormanen baru dengan selembayung sebagai terasnya.
Bagi saya, Pak Oka, memang lebih saya kenal sebagai pendidik dan pekerja seni yang ulet, sabar, dan mengayomi. Seorang pendidik yang tak kenal lelah untuk membangun generasi baru yang lebih baik. Sekarang, saya dan Pak Oka sama-sama berada di jajaran Direksi PT Pengembangn Investasi Riau (BUMD milik Pemerintah Daerah Riau). Saya Direktur dan beliau salah seorang Komisaris. Saya tahu Pak Oka agak asing dengan bisnis. Tetapi sebagai seorang pendidik, beliau menjadi semacam payung dan pelindung serta pengawas yang cermat, atas proses pekerjaan bisnis. Pak Oka menjadi salah satu tonggak pengingat agar, apapun yang dilakukan, selalulah bersikap arif dan berhati-hati. Itulah bentuk kesetiaan seorang pendidik. Dimanapun dia berada. Shabas !
Catatan untuk buku autobiorafi OK Nizami Jamil (tokoh budaya, pendidikan dan pramuka di Riau) (Batam, 29 Juli 2008)