Rabu, 15 Januari 2025
MENJADI minoritas di tengah mayoritas, ternyata tak menyurutkan Green Student Journalists (GSJ) untuk maju. Ketika sebagian besar anak-anak muda sibuk dengan berbagai style dan fashion, GSJ tetap konsisten dengan berbagai permasalahan lingkungan. GSJ tetap menulis dan menulis berbagai isu dan fakta lingkungan.
Disini, kamu tidak akan menemukan anak muda dengan berbagai summer style, tapi kamu akan menemukan anak muda yang so fighters” ujar Ivit Sutia Koordinator Green Student Yups, pada awalnya GSJ dipersiapkan untuk menjadi wartawan lingkungan bagi kalangan anak-muda mengingat minimnya wartawan yang menaruh perhatian khusus terhadap lingkungan baik di Riau maupun di Indonesia. Selain itu GSJ merupakan wadah edukasi bagi anak-anak muda yang ingin belajar secara total.
“Seseorang akan belajar 10 persen dari yang dibaca, 20 persen dari yang dilihat,30 persen dari yang di dengar, 50 persen dari yang dilihat dan didengar, dan seseorang akan belajar 90 persen apabila menuliskan kembali apa yang telah di baca, dilihat dan didengarnya,” tutur Andi Noviriyanti, Direktur Eksekutif Save the Earth Foundation (SEFo) menerangkan teori psikolog Vermon dan Magnuson.
Berbekal semangat tersebut GSJ mengembangkan sayapnya dengan mengadakan open recruitmen anggota baru, sehingga selama tahun 2010 lalu GSJ telah melakukan dua kali open recruitmen. Hingga saat ini GSJ tersebar di beberapa kabupaten di Riau, diantaranya adalah di Siak dan Pelalawan. GSJ di tiap kabupaten memiliki koordinator masing-masing. Meskipun mereka tidak dapat mengikuti berbagai kegiatan dan rapat yang diadakan oleh GSJ Pekanbaru,
mereka sering mengadakan kegiatan sendiri di daerahnya masing-masing.
Setiap GSJ baru akan mendapatkan pelatihan jurnalistik, sehingga begitu seseorang masuk ke dalam GSJ maka dia akan terlatih untuk menulis berita mengenai keadaan lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Selain menulis GSJ juga belajar menjadi enterprenur dengan mendesain dan menjual T-shirt GSJ, sehingga keuntungan dari usaha tersebut bisa dipakai untuk membiayai setiap kegiatan yang diadakan oleh GSJ.
“GSJ merupakan komunitas yang sangat kreatif , dimana sekumpulan yang berjiwa muda. Selain dunia tulis menulis komunitas ini berkembang juga ke arah kegiatan lingkungan seperti aksi langsung di lapangan. Jadi selain kritis dalam tulisan mengungkapkan opini tentang lingkungan. Banyak juga kegiatan tentang lingkungan yang sudah dilakukan dengan melibatkan publik secara umum,” ujar Teresia Prahesti, Public Engagement Marketing Communication WWF-Indonesia yang sempat dimintai komentar mengenai GSJ
Secara konseptual GSJ merupakan komunitas yang fleksibel, saat mengadakan rapat misalnya,GSJ bisa melakukannya dimana saja bisa di taman kota, di perpustakaan wilayah atau pun di lobby gedung Riau Pos ketika ruang rapatnya sedang digunakan untuk kegiatan lain. Saat ini GSJ sudah memiliki banyak anggota baru, namun seperti yang diungkapkan salah seorang praktisi arsitek lingkungan Dedi Ariandi yang sering mengadakan diskusi mengenai green arsitektur bersama GSJ, jumlah GSJ yang bsar tidak akan membuat GSJ menjadi komunitas yang berkembang jika hanya sedikit yang ingin berkarya disana.
“GSJ sudah memiliki anggota yang banyak untuk itu GSJ harus lebih memperbanyak karya sesuai dengan kuantitas yang dimiliki,” kritiknya. Selain itu GSJ juga diharapkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai topik-topik lingkungan sehingga di tahun-tahun kedepan GSJ bisa berkiprah di ruang yang lebih besar.
“GSJ merupakan komunitas yang positif . Namun tetap juga harus selalu terus meningkatkan pengetahuan tentang content sebuah berita. Saya berharap GSJ bisa berkiprah lokal, nasional, regional dan global, saya akan dukung itu,” harap Haris Gunawan, Dosen Universitas Riau sekaligus salah satu pendiri CTPRC yang ternyata ikut mengikuti perkembangan GSJ sejak tahun 2010 lalu.
Sambutan dari pihak Riau Pos sendiri terhadap kegiatan GSJ ternyata cukup besar, sehingga saat ini GSJ di beri ruang yang cukup besar untuk mengekspresikan diri dengan tulisan-tulisan lingkungannya. Terbukti dengan penambahan halaman khusus untuk diisi oleh para GSJ. Hal ini tentu saja membuat GSJ makin bersemangat untuk menulis.
“Wah, senang rasanya akhirnya GSJ diberi space yang lebih besar untuk bisa menuangkan ide- ide dan tulisannya,” ujar Afra Nisa, salah seorang anggota GSJ.
Pada awal tahun ini, GSJ akan terus melakukan dan membuat kegiatan-kegiatan lingkungan sehingga menjadikan lingkungan ini lebih baik dan tetap dinikmati oleh generasi penerus nanti tanpa harus mewariskan kerusakan dan bencana.(asrul-gsj/mar)