Makan Malam di Tianjin

Puisi Kamis, 29 Maret 2018
Makan Malam di Tianjin


                               : DI

Disebuah meja makan masa lalu
Di rumah tua  penuh sejarah
Kita bergenggam tangan dan berserah
Tuhan ,hanya cinta sejati yang tak pernah  mati
Hanya persahabatan tulus yang dengan  maut pun tak takut pupus
Hanya hati tanpa benci  yang tak ngeri meniti tali mati



Di piring makan malam Gamat emas terlena
Biota yang dulu diburu Cheng Ho sampai ke Lingga
Kita  mengiris dengan  pisau masa depan
Menusuknya dengan garpu rasa syukur
Menaklukkan kejal dan rasa sesal
Meluluhkan  seluruh rasa angkuh



Tuhan tak pernah menutup pintu ikhtiar
Harap  yang di ukir di tulang  tulang rasa khawatir
Kita berzikir  agar keangkuhan menyingkir
Dan kau berkata : besok takdir hadir dan Tuhan memihak orang yang berjanji takkan mungkir



Kita mengekalkan ingatan dan rasa syukur
Ketika kehidupan yang akan pergi kembali
Seperti gamat emas yang terbujur di piring
Lukisan perbukitan musim gugur
Cinta dan persahabatan membungkusnya  dalam menu  makan  malam kita
Dan menyimpannya dalam bait puisi


2014/2017