Senin, 14 Oktober 2024
Bendang petang muara Carang
Terbayang Tun Abdul Jamil sang Laksamana
tegak segak bercekak pinggang
Menunjuk lurus ke laut lepas
menggengam keris menantang lawan
: Barang tahu semua Melayu
Betalah yang membangun Ulu Riau
Mengeruk lumpur, merambah bakau
Membangun kota , mendirikan istana
Untuk Sultan Johor Abdul Jalilsyah mulia
Memindahkan tuah darah sang sapurba
Ke pulau bintan pusat ingatan
Dari sinilah datang laksamana hang tuah
Ke negeri ini juga bermakam laksamana Hang Nadim
Menyerap semangat ratu iskandarsyah
Membangun tapak sejarah di jazirah Melaka
Maka jangan hasad , jangan fitnah
Menghapus jejak beta dari jalan sejarah
Muara Carang menggeliat tenang
Tempat berhimpun perahu dagang
Wangkang cina , selob eropa
Pinis Bugis , pencalang Jawa
Bercocok insang memenuh kuala
: inilah negeri baru pengganti johor
Dari sinilah bendera Melayu terus berkibar
Mengirim rempah , timah , tembikar
Mengajarkan cerita dan ilmu berkhabar
Menyebar syair dan ilmu berzikir
Mengekal jejak Melayu sampai ke akhir
Di hulu Carang bermula Riau
Sejarah di ditulis , azam diderau
Disini jejak Melayu berkuasa . Bangkit tumbuh timbul tenggelam
Melayu bertahta , bugis berkinja
Bersumpah setia, seiya sekata
Membawa negeri ke ujung dunia
: saudara ku , dari sini gelegak marwah Raja Haji Fisabilillah. Dari sini darah pahlawan Mahmud Riayatsyah
Dari sini Melayu menjunjung titah, melayar bahtera, mengarak tuah : takkan melayu kehilangan marwah.
Di muara Carang aku terbayang
Laksamana Tun Abdul Jamil bercekak pinggang
Menunjuk lurus ke laut lepas
: Barang tahu Melayu semua, sesungguhnya kita tak pernah menjadi bangsa pecundang
2017