Fatma , Kau Dengar Derit Sepeda itu ?

Puisi Kamis, 29 Maret 2018
Fatma , Kau Dengar Derit Sepeda itu ?

Ketika kita berboncengan dan menyusuri jalan lengang di Bengkulen, diantara  sisa benteng dan jejak keserakahan yang ada, adakah kau mendengar derit sepeda tua yang aku kayuhkan ?

Itulah suara jerit pahit Inggit, perempuan perkasa yang  cintanya telah ku hianati. Perempuan yang telah menghantarkan aku menuju  gerbang mimpiku tentang kemerdekaan negeri ini, tetapi aku biarkan cintanya hanyut ke lautan sepi karena aku terpesona pada kejelitaan dan  ketulusan hati mu.

( Derit sepeda seperti hanyut dalam kikik kilai mu saat kau  memeluk pinggangku menyanyi kecil lagu masa kekanakmu . Cinta memang misteri. Meski  banyak yang enggan berbagi tapi banyak  juga  yang rela memberi dan bersama  memiliki luka dusta dan hianat berahi. Pergulatan bathin dan menyimpan dendam itupun bahagian dari cinta dan misterinya  )

: Biarkan  Inggit mengantarmu ke gerbang kemerdekaan, tapi biarkan aku menemanimu kelak ketika kau tegak di tengah medan kemerdekaan di  depan tiang  bendera yang akan menentukan jalan sejarah. Biarkan aku menjahit bendera itu sebelum kau kibarkan . Aku akan mencari dari simpanan kita  kain yang warnanya kalian  putuskan sebagai lambang dan kebesaran negeri ini.  Biarkan aku ikut  membuat sejarah dan bukan hanya menjadi perempuan yang menemani mu di ranjang berahi sambil mendengar kau bercerita tentang cita cita, harapan dan mimpi masa depan.

Derit sepeda itu Fatma mengingatkan aku pada jerit pahit Inggit yang cintanya kuhianati meski dia tak pernah menyesal . Aku merasa gigil tangan dan desah nafas sayangnya saat merawat aku dalam sakit  , dan dalam kesepian. Terasing di ruang ruang tahanan. Cemas dalam ancaman dan kehilangan kesetiaan . Mimpi burukku setiap malam yang membuat seluruh tubuhku basah dengan keringat bersalah.

Sambil mengibas anak rambutmu di desir musim  Bengkulen kau juga berbisik : Kelak kau juga akan mengingat kisah cinta ku pada klim dan jelujur bendera tua itu . Suara  mesin jahit dan tetes air mata pedih  menembus malam. Mimpi buruk yang membasahi bajumu, ketika kelak kau juga akan menghianati cintaku. Cinta itu misteri seperti yang selalu kau bisikkan di telingaku ketika kita akan lelap menyelesaikan hari hari lelah kita mengejar mimpi besar sebuah bangsa yang kita juga tahu mungkin akan berhianat dan membangun luka dan mimpi buruk baru dalam hidup kita.

Angin Bengkulen berdesir di sisi gerai rambut mu ketika musim berganti dan laut yang muram mengirim isyarat di antara derit sepeda tua, desah nafas cinta dan kebimbangan hidup kita. Cinta memang sebuah misteri Fatma, tapi kita harus menerimanya.


2017