Notice: Undefined offset: 4 in /home/u6048245/public_html/erdeka/metadata.php on line 20
Rida Raih Press Card Number One - Rida K Liamsi
 

Rida Raih Press Card Number One

Jurnalistik Rabu, 23 Juni 2010
Rida Raih Press Card Number One

Ahad (16/5) malam, Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, H Margiono menyematkan Press Card Number One (Kartu Pers Nomor Satu) kepada Rida K Liamsi, Chairman Riau Pos Group (RPG). Pria kelahiran 17 Juli 1943 ini, dinobatkan sebagai satu-satunya insan pers di Riau yang meraih penghargaan paling prestesius dari komunitas pers Indonesia ini.

Pemberian kartu pers itu, merupakan bentuk penghargaan yang diberikan komunitas pers Indonesia kepada orang-orang yang telah menunjukkan kinerja profesional, berdedikasi, pengorbanan kepada dunia pers, kebebasan pers, dalam tahun-tahun pengabdiannya. Pemilihannya dilaksanakan oleh Masyarakat Pers Indonesia yang terhimpun dalam organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Dewan Pers, Serikat Penerbitan Surat Kabar (SPS), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), Pesatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) dan Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI).

Sebelumnya, beberapa orang telah menerima kartu tersebut secara simbolis di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Palembang, 9 Februari lalu. Mereka antara lain Rosihan Anwar, Dahlan Iskan dan Tarman Azzam.

Kartu Pers Nomor Satu ini, hanya diberikan kepada sekitar 60-70 orang wartawan di seluruh di Indonesia. Sementara di Sumatera sendiri dapat dihitung dalam hitungan jari. Beberapa orang insan pers tersebut adalah  M Yazid (Sumatera Utara), Basjril Djabar (Sumatera Barat), dan Bambang Eka Wijaya (Lampung).

Rida sendiri dalam testimoninya mengucapkan syukur dan berterima kasih atas kepercayaan masyarakat pers Indonesia menempatkan dirinya sebagai penerima Press Card Number One. Dia menyatakan saat dia memilih menjadi wartawan dan meninggalkan profesinya sebagai guru, 30-an tahun silam merupakan keputusan yang berat. Mengingat menjadi wartawan bukanlah profesi yang menjanjikan dan tak ada pensiunnya (sembari tergelak kecil, red). Namun kini, dia menyukuri apa yang telah menjadi pilihan hidupnya tersebut. (ndi)