Selasa, 29 April 2025
PARA seniman dari lintas generasi datang dengan semangat yang sama. Bersilaturahmi, berjabat tangan, bertatap muka, mengapresiasi pertunjukan seni dan berbincang-bincang terkait dengan isu, informasi dan langkah-langkah dalam tujuan yang sama yaitu memajukan kesenian di Riau. Pertemuan itu dilaksanakan di aula Dewan Kesenian Riau (DKR).
Acara tersebut memang sudah dirancang sedemikian rupa oleh para seniman dan pelaku seni di Riau. Berbeda dengan halalbihalal yang biasanya diadakan di hotel-hotel mewah, halalbihalal seniman digelar dengan konsep kesederhanaan dalam balutan keakraban dan kebersamaan. Sebuah lapak yang digunakan untuk panggung pertunjukan disinari lampu secukupnya, aneka juadah hasil dari sumbangan para tamu undangan terhidang di atas meja. Sementara itu, para seniman dari lintas generasi yang hadir duduk melantai, membentuk setengah lingkaran.
Seperti sudah direncanakan sebelumnya, acara halalbihalal yang digelar, tidaklah semata-mata pertemuan bersua dan bertanya kabar sahaja akan tetapi ada sembang-sembang yang menjurus ke sebuah tema “Hendak Dibawa Kemana Kesenian Riau?”
Tentunya sebuah pertanyaan yang apabila dilihat dari kata-kata, hanyalah sebuah pertanyaan biasa-biasa saja tetapi dibalik itu tersimpan kandungan makna yang bisa dijadikan renungan bersama baik dari kalangan pelaku seni maupun instansi yang terkait dengan kesenian itu sendiri.
Kandungan dari tema itu menjurus kepada kesadaran semua orang yang terkait dengan aktivitas kebudayaan dan kesenian. Kesadaran sekaligus renungan dan evaluasi dari apa yang telah diperbuat selama ini. Namun demikian, melihat dari satu sisi, terutama geliat pelaku seni di Riau, menurut Ketua Umum Dewan Kesenian Riau, Kazzaini Ks yang turut hadir mengatakan gairah berksenian di Riau terutama dinilai sangat luar biasa.
Hal itu dibuktikan dengan keberadaan komunitas dan sanggar seni yang seperti tiada habisnya bergeliat, melakukan aktifitas dan kegiatan kesenian dengan cara mereka sendiri. Seni itu menjadi hidup, bergerak dan terus bergeliat. Sebuah kebehasilan membuat iklim luar biasa terhadap kesenian itu sendiri.
“Tetapi misalnya dapat pula kita lihat, kegairahan itu betul-betul atas inisiatif dari kawan-kawan seniman, panggilan hati nurani mereka melakukannya. Termasuklah kegiatan halalbihalal ini yang juga bagian dari hal itu,” ujarnya.
Dibalik semua itu juga, sangat disayangkan bila melihat bahwa lembaga-lembaga resmi yang barangkali belum mampu mengakomodir semua semangat dan geliat para pelaku seni itu sehingga menurut Kazzaini tentu saja apa yang dilakukan tidaklah maksimal. Lain halnya, jikalau memang pekerjaan ini dilakukan dengan bersinergi antara sesama, baik para pelaku seni maupun pihak-pihak terkait. “Pastilah hasilnya akan jauh lebih bagus lagi,” ujarnya.
Hadir juga dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Ekonomi Kreatif Provinsi Riau, Fahmizal Usman. Dalam kesempatan yang sama, Fahmi sapaan akrabnya itu menyebutkan dari sudut pandang ekonomi kreatif, pemerintah selalu berupaya membuat dan menyusun program yang pointnya adalah memberikan dampak kesejahteraan bagi para pelakunya. Sedangkan instansi lain yang juga terkait dengan seni dan budaya adalah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Instansi ini dalam porsi kerjanya terkait dengan upaya pelestarian tradisi dan pengembangannya.
Dicontohkan Fahmi, dalam perjalanannya, terjadi beberapa hal yang dapat dilihat terutama dari sudut ekonomi kreatif. Terjadinya pembajakan atas karya-karya seni dari para pelaku seni. Sehingga adanya kerugian yang tentu saja mengganggu kenyamanan para pelaku seni itu sendiri.
Maka Disparekraf dalam hal ini, sedang berupaya keras melakukan upaya penyelamatan. Yakni dengan cara mengurus hak kekayaan intelektual atas karya itu. diakuinya, juga informasi itu belum lama didapat tetapi dalam waktu dekat akan segera ditindaklanjuti dengan langkah awalnya melakukan pendataan.
Berkaitan dengan kegairahan seni itu juga, melalui sektor yang ada, Disparekraf akan terus berupaya menciptakan peluang-peluang agar kesenian yang ada di Riau dapat menunjukkan karyanya tidak hanya di Riau tetapi mendunia. Hal itu sedang pula dirancang bersama dengan menjalankan program yang namanya performance art meeting. Suatu konsep yang sedang digodok dalam bentuk menemukan kawan kawan pelaku seni dengan para buyers
“Selain dari itu juga, kami memberikan peluang untuk memberikan performa, panggung setiap minggu bagi para pelaku seni di kawasan Bandar Serai ini, namun itu semua tentulah berkaitan pula dengan penganggaran,” jelas Fahmi.
Berbagai daya dorong dari pemerintah itu menjadi salah satu bentuk daya dorong untuk memajukan kesenian bersama. Namun diakui Fahmi, dorongan itu tentu saja tidak akan berarti apa-apa jika tidak adanya kerjasama dari para pelaku seni yang memang menjadi unsur yang penting di dalamnya.
Selain itu, saat ini juga pemerintah sedang berupaya keras, bagaimana supaya Dinas Kebudayaan bisa berdiri sendiri, tidak menumpang dengan dinas yang lain karena sangat disadari, urusan kebudayaan itu sangat luas. Sudah selayaknya untuk diurus lebih serius dan fokus. Terkait dengan pelestarian, Pemerintah juga sedang mengusulkan kepada pemerintah pusat agar Riau punya Badan Pelestarian Benda Cagar Budaya sendiri.
“Kita tahu, Riau kaya dengan berbagai aspek kebudayaan dan kesenian itu. Yang kesemuanya perlu didorong terus menerus. Namun tentu saja pemerintah tidak bisa berdiris sendiri. Yang penting kerjasama dari para pelaku itu yang kami harapkan,” ujarnya lagi.
Merespon tajuk yang diusung dalam pertemuan itu, seniman senior, A Aris Abeba mengatakan tidak usah terlalu memeningkan kepala yang penting berbuat. Seniman dalam hal ini adalah punya keinginan dalam berbuat karena sudah keinginan saja tidak ada, bagaimana mungkin kesenian akan maju.
Keinginan yang dimaksud tidak hanya terkait dengan pengkaryaan. Tetapi juga upaya-upaya perbaikan luar dan dalam. Karena baginya, kemana kesenian itu hendak dibawa, tergantung kepada kehendak seniman itu sendiri. yang lain dari itu hanya bisa memberikan dorongan dan sifatnya rangsangan saja. “Bahwa kita perlu duduk bersama menyusun kekuatan, itu benar tetapi lagi-lagi yang menjadi titik tumpu kemana kesenian itu akan dibawa, tergantunglah kepada senimannya,” ujar penyair asal Riau itu.
Melihat kondisi kesenian di Riau hari ini, disebutkan Aris sungguh luar biasa. Begitu banyak komunitas di Riau ini, di berbagai percabangan seni yang hidup menggeliat. Masing-masing komunitas berbuat sesuai dengan program yang mereka rancang sendiri. Hampir setiap bulan, minggu bahkan hari, ada saja kegiatan yang dilakukan. Kesenian itu hidup bergeliat seiring dengan gemuruhnya pembangunan di Riau ini.
“Mau apa lagi?, ye tak? Yang penting itu adanya kesadaran bersama dalam mensinergikan para pelaku seni dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan seni budaya itu, “ jelas Aris dengan gaya khasnya sembari menambahkan agar teruslah berbuat, jangan hanya mengharapkan bantuan dari pemerintah semata-mata tetapi seniman itu sendirilah yang akan membuktikan bahwa karya-karyanya hebat dan patut diapresiasi.
Hasil sembang-sembang yang ditaja oleh penyelia acara tentu saja tidak akan berarti apa-apa pula tanpa diikuti dengan langkah-langkah nyata setelahnya. Sebagaimana yang disebutkan penggagas acara, Hang Kafrawi. Acara tersebut memanglah dari seniman untuk seniman. Acara yang didalamnya diharapkan menjadi pertemuan untuk mempererat tali silaturahmi. Bersamaan dengan itu juga, dapat menjadi ajang saling bertukar pikiran, informasi guna memajukan kesenian itu sendiri.
Tidak ada undangan resmi atas kehadiran para seniman dan budayawan malam itu. Semuanya hadir atas kesadaran, tanggun jawab dan juga barangkali kerinduan. Undangan tersebar hanya melalui sms dan media sosial. Hang Kafrawi juga menilai atas kehadiran para seniman lintas generasi menunjukkan adanya keinginan bersama dalam membangkitkan seni budaya di Riau ini.
“Acara ini memang terlaksana atas partisipasi para seniman dan pelaku seni, baik di Pekanbaru bahkan sokongan dari kawan-kawan seniman di daerah. Semua fasilitas dan juga juadah yang tersedia adalah sumbangan dari kawan-kawan,” ujar Kafrawi.
Tampak hadir malam itu, Budayawan Rida K Liamsi, Taufik Ikram Jamil, Iwan Irawan Permadi, Syarifuddin Saleh Sei Gergaji, Tien Marni, Mustamir Thalib, Suharyoto, Rino Dezapaty, Eri Bob, Benny Riaw, Kepala UPT Bandar Serai, OK Pulsiamitra, Kepala UPT Museum dan Taman Budaya, Sri Mekka, Dekan FIB Unilak, Herman Rante, Muslim Kampay, Anas Roma, dan jajaran seniman senior lainnya. Diramaikan pula dari sanggar dan komunitas yang ada di Pekanbaru. Semuanya berhimpun dalam satu semangat yang sama, satu tekad agar seni budaya di Riau ini semakin jaya.(jef)