Selasa, 08 Oktober 2024
PEKANBARU (RP)- Pembacaan puisi dan esai tak serta merta dilakukan peserta pada temu penyair Korean-ASEAN Poets Literature Festival (KAPLF) 2011 ke-2. Panitia pelaksana juga menyediakan sesi waktu kolokium (panel diskusi) bertema: Sound of Asia: Malay as World Heritage (Menyuarakan Asia; Budaya Melayu sebagai Warisan Dunia), bertempat di gedung Perpustakaan dan Arsip Daerah Riau Soeman Hs pada hari keempat, Jumat (28/10).
Diskusi dilaksanakan sejak pagi sampai petang dipandu budayawan Riau Prof Dr Yusmar Yusuf MS, Dr Junaidi MHum, dan Husnu Abadi SH MHum.
Menurut kooridantor acara, Junaidi, kolokium ini dibagi tiga sesi menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasi. Untuk memudahkan peserta dan panitia, disiapkan tenaga penerjemah.
Dalam sesi ini, interaksi antara peserta dan narasumber menyampaikan upaya Sound of Asia: Malay as World Heritage dalam temu penyair ini.
‘’Kita menginginkan bagaimana budaya Melayu sebagai warisan dunia ini terus disuarakan, dengan melibatkan penyair dari negara peserta,’’ kata Junaidi, Kamis (29/9).
Pemilihan gedung Perpustakaan Soeman Hs, sebutnya, sangat relevan dengan sesi acara ini. Pustaka sebagai gudang ilmu pengetahuan dan jendela dunia, tentu jadi tempat untuk diskusi intelektual dalam acara ini. ‘’Kita ingin memberi suguhan yang beda pada peserta, sehingga setiap sesi acara berlangsung tak sama,’’ ujarnya.
Senada, Kepala BPA Riau Drs Nazief Soesila Dharma menambahkan, perpustakaan ini megah, dan jadi salah satu landmark Provinsi Riau. Pembangunan pustaka ini merupakan komitmen Pemprov Riau untuk memberantas buta huruf. Bangunan ini didesain mirip buku yang dibuka.
Gedungnya terdiri dari tiga tingkat. Lantai dasar (basement) diisi ruang informasi, ruang bacaan anak, kafe, dan OPAC (sistem searching). Di lantai dua ada ruangan bacaan, tempat penyimpanan barang (tas, jaket, dll ), ruang diskusi, dan tempat peminjaman dan pengembalian buku.
Lantai dua dan lantai tiga sama seperti lantai pertama. Tapi di dua lantai ditambah dengan ruangan internet.
Di Perpustakaan Soeman Hs ada kurang lebih 300 ribu judul buku. Jenisnya bermacam-macam. Mulai dari sosial, ekonomi, bahasa, agama, budaya dan sastra, sampai teknologi. ‘’Perpustakaan ini juga jadi wisata intelektual bagi wisatawan, mahasiwa, dan pelajar,’’ sebutnya.
Adapun salah satu pilihan dijadikannya pustaka sebagai tempat temu penyair, menurutnya, sangat kontras dengan perpustakaan. Perpustakaan tak hanya tempat membaca dan meminjam buku, namun juga disediakan tempat diskusi dan ruang pertunjukan untuk melaksanakan acara. Bahkan di sini juga disediakan satu ruangan yang namanya Bilik Melayu, tempat koleksi buku kebudayaan, sastra dan kesenian Melayu.
‘’Kami menyambut baik BPA dijadikan pilihan tempat temu penyair, dan kami akan koordinasi dengan panitia pelaksana soal waktu pelaksanaan dan konsep acaranya,’’ ujarnya.(aal)