Minggu, 08 Desember 2024
Apa yang menarik dari tokoh sejarah Tengku Buang Asmara ( TBA ) ? Dari berbagai catatan yang ada tentang Kesultanan Siak Seri Inderapura ( 1723-1946 ), ada sebuah Premis ( kesimpukan awal ) yang dapat diberikan pada Tengku Buang Asmara ( TBA) atau Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzaffar Syah, Sultan Siak ke dua ( 1746-1760 ) : Dalam sejarah kerajaan Siak Sri Indrapura yang jatuh bangun selama lebih 200 tahun, TBA adalah sultan yang tak bisa ditaklukkan oleh penjajah Belanda . TBA sangat disegani, ditakuti , dan bahkan secara diam diam dibenci oleh Belanda. Netscher, mantan residen Belanda di Riau misalnya dalam bukunya Belanda di Johor dan Siak 1602-1865, menyebut TBA sebagai sultan yang buruk.
Ada sejumlah tindakan dan keputusan strategis yang telah dilakukan TBA meski hanya memerintah selama 14 tahun ( 1746-1760 ) dan tindakannya itu sangat penting dan bersejarah yang menjadi indikasi dan menunjukkan posisinya sebagai Tokoh Sejarah yang penting dan berkarakter untuk mendukung premis tersebut.
Pertama, TBA adalah seorang penakluk. Tindakan TBA yang menghancurkan benteng dan loji Belanda di pulau Guntung, tahun 1759, dan membunuh pimpinan loji itu, adalah tindakan historikal dan telah mencoreng nama besar Belanda sebagai penguasa politik dan perdagangan di Selat Melaka. Mereka merasa malu dan terhina, dan sejarah telah mencatatnya dengan tinta merah, betapa kekuasaan kolonial Belanda, bertekuk lutut dah tak berhasil menyingkirkan sultan muda yang teguh dengan pendiriannya itu. TBA yelah berhasil menaklukkan Belanda di oulau Guntung, dan mengusirnya kembali ke Melaka.
Kedua TBA adalah seorang polutisi dan diplomat yang tangguh dengan siasat politikbyang sulit diduga. TBA memang pernah mengikat perjanjjan politik atau dagang dengan Belanda . Pernah minta bantuan senjata dan bersekutu untuk melawan musuh politiknya , terutama melawan abangnya Raja Alam dan Daeng Kamboja . Tapi TBA tak pernah tunduk dan apalagi menjadi boneka Belanda. Dia lebih banyak berkirim surat, tetapi tak pernah mau datang ke kantor Gubernur Belanda di Melaka. Dia melakukan semua itu sebagai bagian dari diplomasi, siasat dan strategi politik. TBA seorang politikus yang handal, dan tidak gampang ditipu dan dipaksa menyerah.
Ketiga, TBA seorang Raja yang mandiri. Jika sekutu politiknya , tidak sepenuh hati membantunya, dia juga tak begitu perduli. Dia akan terus maju dan berjuang sendiri menghadapi musuhnya , seperti yang ditulis sejarawan Timothy P Bernard dalam bukunya Pusat Kekuasaan Ganda. Disaat kedudukannya sebagai sultan terjejas karena perebutan tahta dengan abangnya Raja Alam, dia lebih suka minta bantu pada pihak Melayu, baik melalui pamannya, Sulaiman Badrul Alansyah ataupun kepada Sultan Terengganu, Mansyur Syah. Dia membangun aliansi kemelayuan dengan paman nya Sultan Sulaiman, Yang Dipertuan Besar Riau, dengan Sultan Terengganu, Mabsyur Syah ( Tun Dalam ) dan dengan Raja Mibangkabau.
Keempat, TBA tidak anti Bugis dan memusuhi Bugis secara pukul rata, termasuk pada Upu Bugis Lima Bersaudara ( Daeng Perani bersaudara ). Permaisurinya adalah anak bangsawan Bugis Daeng Mattako , mantan penguasa Linggi ( di semenanjung Melaka ) . Seperti ayahnya, dia bersahabat dengan keturunan Daeng Celak, seoerti dengan Raja Haji. Tapi dia sangat berseteru dengan keturunan Daeng Perani, terutama dengan Daeng Kamboja . Ada luka dan dendam sejarah yang panjang, yang dia warisi dari ayahnya Raja Kecik dan ibunya Tengku Kamariah.
Kelima , TBA sangat anti Belanda . Sampai akhir hayatnya TBA memendam dendam pada Belanda, dan perang Guntung ( 1752-1759 ) adalah bukti TBA seorang sultan yang terys berjuang melawan Belanda. TBA seirang suktan yang merdeka, cerdas, visioner , dan tahu bagaimana berpolitik . Bila harus bersekutu, bila harus berdamai , dan bila harus berperang. Dia Salah satu sultan Nusantara yang berani mengancam Belanda dan akan merebut Melaka jika Belanda mengganggu Siak. Dia tulis surat ancaman itu menjelang akhir hayatnya 1760.
Keenam, TBA seorang yang teguh memegang adat istiadat dan punta fatsun politik, yang sangat Melayu . Dia tahu Air dicencang takkan putus. Karena itu, betapapun dia disakiti, disingkirkan , dihianati , dan dijadikan seteru oleh abangnya dan kerabatnya yang lain , tapi dia tetap sayang dan hormat. “ Pergilah kakanda dan tinggalkan Siantan, sebelum kakanda dihancurkan “ itu kata katanya yang penuh luka yang dia ucapkan pada abangnya Raja Alam pada puncak sengketa mereka memperebutkan Siantan, 1745, seperti diceritakan dengan baik oleh Timothy P Bernard dalam Pusat Kekuasan Ganda.
Ketujuh, TBA juga sangat menghormati asal usul dan darah asalnya. TBA menyelamatkan pamannya Sulaiman Badrul Alamsyah yang sudah terkepung di muara Siak, dengan menyuruhnya pergi dan kembali ke Riau, padahal pamannya itu karena tekanan Bugis dan Belanda datang menyerang Siak . TBA sangat menghormati pamannya Sulaiman Badrul Alamsyah. Di siantan saat harus memilih apakah harus membantu abangnya Raja Alam atau pamannya Sulaiman Badrul Alamsyah , dia memilih membantu pamannya. Dia ingat bagaimana pamannya tahun 1722, menyelamatkan dia dan ibunya , ketika mereka ditawan kakak ibunya Tengku Tengah dan pihak Bugis di Riau ketika ayahnya terlibat perang saudara melawan Tengku Sulaiman yang dibantu Bugis memperebutkan tahta Johor.
Kedelapan , TBA seorang yang visioner : Selama 14 tahun masa pemerintahannya dia telah mengusung mimpi besarnya , mimpi besar ayahnya Raja Kecik, membangun kembali kemaharajaan Melayu , seperti masa kejayaan Melaka dan Johor. Tidak bisa di seluruh kawasan semenanjung tanah Melayu , tapi bisa diujudkan di Sumatera. Itulah yang kemudian disebut sebagai kerajaan Sumatera Timur, wilayah kekuasaan Siak yang membentang mulai dari Inderagiri, sampai ke Asahan. Di kawasan ini, kawasan Sumatera Timur ini sebagaimana ditulis Timothy P Bernard dalam Bukunya Pusat Kekuasaan Ganda, Raja Kecik dan TBA membangun kebesarannya.
Kesembilan, TBA seirang Raja yang Sakti dan Berdaulat. TBA Pernah kena tembak, rubuh , tapi bangun kembali. Mengambil pedang kerajaan dan memenggal kepala orang yang menembaknya. Tindakan heroik nya itu , membuat TBA sangat dihormati , dipatuhi dan juga ditakuti para pengikutnya , meskipun tingkat khatismatisnya masih di bawah ayahnya , Raja Kecik.
Kesepuluh, TBA seorang yang berani membuat keputusan . Sebagai bagian dari visi besarnya , TBA mengubah nama kerajaannya dari kerajaan Buantan , menjadi kerajaan Siak Seri Indrapura . Mengubah nama sungai Jantan menjadi sungai Siak. Siak adalah salah satu sungai terpanjang dan terdalam di pulau sumatera . TBA berhasil menjadikan sungai Siak sebagai salah satu urat nadi perdagangan di selat melaka. TBA Membangn ibukota baru di Mempura yang lebih baik dan starstegis menggantikan Buantan yang penuh rawa dan terbuka terhadap serangan musuh. Dari Mempura inilah kemudian TBA mengirim beras ke Melaka, hasil panen dari tanaman padi di kawasan Mempura itu. Siak bangkit dan berkembang sebagai salah satu pusat pertanian dan perdagangan dunia di jazirah tanah Melayu, seperti diakui salah satu gubernur Belanda di Melaka.
Siapa TBA ? TBA adalah putera Raja Kecik , Sultan dan pendiri kerajaan Siak dengan permaisurinya Tengku Kamariah, puteri bungsu mantan Sultan Johor Abdul Jalil Riayat Syah ( 1699-1717 ) . TBA putera kedua Raja Kecik . Putera pertama nya adalah Raja Alam , tapi dari isteri yang lain. Raja Kecik mempunyai beberapa isteri, dan 9 orang anak. TBA adalah putera gahara.
TBA lahir di istana Sultan Riau, di Ulu Riau, di hulu sungai Carang, Bintan , sekitar tahun 1720. Ketika itu Tengku Kamariah , sedang ditawan oleh kakaknya Tengku Tengah yang dibantu Upu upu Bugis lima bersaudara. Itulah antara lain mengapa namanya Tengku Buang Asmara. Raja Kecik ingin mengabadikan kisah cinta yang penuh luka dan rintangan itu pada nama anaknya. Meskipun dia tetap memberi nama tradisi raja raja melayu pada anaknya itu, yaitu Tengku Mahmud.
Istana di Ulu Riau itu, yang dikuasai Tengku Sulaiman dan sekutu Bugisnya itu , pada mulanya adalah istana Raja Kecik , istana Bunga Lawang. Ketika itu sekitar tahun 1719, Raja Kecik, telah memindahkan sementara ibukota kerajaan Johor dari Panchor ke Ulu Riau. Tapi dalam perang saudara memperebutkan tahta Johor melawan Tengku Sulaiman yang dibantu Upu Upu Bugis lima bersaudara, istana itu direbut Tengku Sulaiman , dan Raja Kecik terpaksa menyingkir ke Siak dan mendirikan pusat perlawan di sana. Ketika menyingkir , Tengku Kamariah ditinggalkannya di Ulu Riau, dan sedang hamil 3 bulan.
Sejak tahun 1719, berkali kali, selama lebih kurang 5 tahun , Raja Kecik, menyerang Riau untuk membebaskan permaisurinya , tapi berkali kali gagal. Namun dalam masa perang itu, seperti diceritakan dalam Tuhfat Al Nafis dan catatan lain, Raja Kecik , tetap bisa berjumpa dengan permaisurinya . Terutama malam hari saat perang dihentikan sementara.
Baru tahun 1725, Raja Kecik berhasil merebut kembali permaisuri dan juga anaknya yang berusia sekitar 5 tahun yang lahir dalam masa perang saudara itu, dan membawanya ke Siak. “ Jikalau kakanda sungguh mencintai adinda dan anak kakanda Buwang Asmara ini, ambil lah kami dengan jalan perang. Jika tidak, biarlah adinda menjadi isteri anak raja Bugis “ begitu isi surat yang dikirim Tengku Kamariah kepada Raja Kecik , seperti yang dicatat buku Sejarah Siak ( OK Nizami Jamil, 2010 )
Surat itu juga mengisaratkan bahwa Tengku Kamariah sedang serba salah karena dipaksa kakaknya Tengku Tengah untuk bercerai dengan Raja Kecik dan menikah dengan Daeng Celak, salah satu dari Upu Lima bersaudara. Daeng Celak menolak. Selain karena dia sudah menikah dengan Tengku Mandak, kakak Tengku Kamariah, tapi juga karena Daeng Celak bersahabat baik dengan Raja Kecik. Jika tidak sedang berperang , Raja Kecik naik perahu, dari pulau Bayan ke Ulu Riau , pergi bertemu isterinya dan juga bertemu dengan Daeng Celak. Seterunya adalah Daeng Perani dan Tengku Tengah.
Setelah berhasil membawa permaisuri dan anaknya ke Siak, Raja Kecik membesarkan anaknya di istananya di Buantan, dan mengajarkan anaknya ilmu politik dan perang . Jika dia pergi berperang , terutama perang meluaskan wilayah kekuasaanya, ke sumatera bagian utara , seperti Pelalawan, Rokan, Batu Bara dan Asahan, dia membawa serta TBA dan Raja Alam , anak anak nya yang sudah mulai dewasa .
Tahun 1740, ketika TBA berusia sekitar 20 tahun, Raja Kecik mengirim TBA pergi bersama mertuanya Daeng Mattako, menyerang Muar dan Linggi. Ikut membantu Sultan Terengganu Mansyur Syah , melawan Bugis. Raja Kecik memang sudah menyiapkan TBA sebagai penggantinya. Selain karena TBA adalah puteranya yang gahara, tetapi juga karena TBA punya karakter yang lebih santun ketimbang abangnya, Raja Alam. Lebih lembut dan menghormati semua saudara saudara.
TBA dinikahkan Raja Kecik dengan anak Daeng Mattako, sekutunya dari pihak Bugis yang sudah membantunya dalam berbagai perang termasuk perang di Perak dan Kedah. Daeng Mattako adalah mantan penguasa di Linggi.TBA juga seorang yang tahu apa yang ingin dilakukan ayahnya sebagai raja besar. Visi dan mimpinya untuk membangun sebuah kemaharajaan Melayu yang baru, penerus dinasti Melaka dan pengganti Johor yang sudah direbut Bugis.
Tahun 1741 , Ketika ayahnya mulai sakit karena depresi ditinggal wafat Tengku Kamariah, permaisuri yang dicintainya itu, TBA atas nasehat Empat Datuk , mengambil alih tugas pemerintahan . Sebelumnya Raja Kecik sudah juga menetapkan TBA sebagai putera mahkota untuk penggantinya, sementara Raja Alam diangkat sebagai Raja Muda.Ini menimbulkan kemarahan Raja Alam sebagai putera tertua. Raja Alam lalu pergi meninggalkan Siak, menuju Batu Bara dan Asahan mencari pengikut. Kemudian mulai menjadi Raja Bajak Laut.
TBA membiarkan abangnta memberontak, dan dia tetap menjalankan tugas pemerintahan dan berjuang menjaga Siak agar tetap eksis, dihormati negeri lain, dan menjadikan Siak salah satu pusat perdagangan penting mulai dari Ulu Petapahan sampai ke Bukit Batu, Bengkalis, dan Selat melaka. Pusat perdagangan segala bangsa.
Tahun 1746, ketika Raja Kecik wafat, Datuk yang Empat melantik TBA sebagai penggantinya , bukan Raja Alam putera yang tua. Raja Alam yang sudah merajuk dan meninggaljan Siak, marah , pergi meninggalkan Siak , bersekutu dengan Bugis . Raja Alam menikah dengan Daeng Khadijah, anak Daeng Perani ( musuh besar Raja Kecik ), adik Daeng Kamboja .
TBA tetap bertahan di Buantan, membangun kerajaan yang diwariskan ayahnya , dan menjaga aliansi kemelayuan dengan pamannya , Sultan Riau, Sulaiman Badrul Alamsyah , dan dengan Sultan Terengganu, Mansur Syah, dan dengan kerajaan Minangkabau, sekutu ayahnya sejak muda. Tetap bekerjasama dengan Belanda , meneruskan kebijakan ayahnya, sampai akhirnya Belanda terang terangan memihak dan mendukung abangnya, Raja Alam.
Tahun 1745, Raja Alam mengarau sampai ke Siantan, dan disini dia membajak kapal dagang. Salah satu yang terkenal adalah kapal dagang Inggeris, Nancy, yang penuh muatan.Raja Alam kemudian mendirikan pusat pemerintahan dan pangkalan operasi bajak lautnya di Siantan .
Tapi Siantan bukan wilayah Siak, tapi wilayah kerajaan Riau. Sultan Riau, Sulaiman marah dan datang menyerang Raja Alam di Siantan. TBA datang juga ke Siantan atas permintaan kedua kerabatnya itu , Raja Alam dan Sultan Sulaiman. Tapi TBA memihak pamannya Sultan Sulaiman dan untuk itu dia datang menemui abangnya dan membujuk supaya segera meninggalkan Siantan sebelum dihancurkan.
Tahun 1749, TBA dan Sultan Sulaiman menyerang Siantan dan Raja Alam kalah, dan menyingkir ke Sukadana , kalimantan barat, sebelum kembali lagi ke Asahan dan Batu Bara. Perang Siantan Ini adalah perang saudara terbuka pertama antara TBA dengan abang Raja Alam sejak abangnya memberontak dan meninggalkan Siak tahun 1741.
Sejak perang Siantan itu, terjadi beberapa kali perang saudara antara TBA dengan abangnya yang dibantu oleh Yang Dipertuan Muda Riau, Daeng Kamboja. Sementara TBA dibantu pamannya Sultan Sulaiman. Kerajaan Riau , Johor, dan Pahang ketika itu pecah dua kubu dalam urusan perang saudara ini, keturunan Raja Kecik di Siak ini. Puak Melayu dan Bugis .
Tahun 1753, Raja Alam berhasil merebut Buantan, ibukota Siak. TBA terpaksa menyingkir ke Pelalawan . Tapi tak lama, pertengan tahun 1754 , TBA dengan bantuan Sultan Sulaiman kembali dapat merebut Buantan . Raja Alam menyingkir ke Batu Bara.
Tak lama kemudian dalam tahun yang sama, Raja Alam kembali dapat merebut Buantan dari TBA. Tapi awal tahun 1755, TBA dengan bantuan Sultan Sulaiman dan Belanda, kembali dapat merebut Buantan, ibukota Siak . Raja Alam kembali menyingkir.
Dukungan Sulaiman dan Belanda ini, menjadi peluang Belanda untuk mendapat izin membangun loji di Pulau Guntung sebagai konpensasi membantu TBA . Sultan Sulaiman yang bersahabat dengan Belanda , juga membujuk TBA untuk memberinizin Belanda mendurikan loji di pulau Gubtung. Akhirnya Belanda disetujui membangun loji di Guntung, walaupun sebelumnya , sejak zaman Raja Kecik tidak pernah diizinkan .
Persekutuan TBA dengan Pamannya Tengku Sulaiman, tidak juga mulus . Adakala pamannya marah dan datang membawa armada perang untuk menghukum kemanakannya itu. Salah satu kasus yang menyebabkan Sultan sulaiman marah adalah persekutuan TBA dengan Raja Minangkabau .
Keputusan TBA bersekutu dengan Raja Minangkabau , adalah strategi untuk meredakan konplik politik dan dagang dengan pedagang Minangkabau di hulu Sungai Siak, seperti Senapelan dan Petapahan . Untuk membalas jasa TBA yang memberi kesempatan para pedagang minangkabau ubtuk berdagang di hulu Siak, Raja Minangkabau datang ke Senapelan , dan memberi gelar kebesaran adat Minangkabau pada TBA dan TBA juga memberi banyak hadiah .
Tapi pihak Melayu marah dan mengadu pada Sultan Sulaiman dan Sultan Riau yang memang anti Minangkabau itu , datang ke Siak, dan mengancam akan menyerang Siak, sehingga TBA terpaksa minta maaf dan menyatakan ketaatannya pada Pamannya dan aliansi kemelayuan.
Tahun 1755, Setelah hubungan baik dan Belanda boleh membangun loji, dinoulau Guntung, Belanda mulai ingin menguasai perdagangan di muara sungai Siak , dan menjalankan praktek monopoli perdagangan , dan mulai nenyulitkan rakyat Siak , maka TBA menghentikannya : “ Jikalau ada nyawa kita , tiadalah boleh Olanda hendak mengambil negeri Siak ini “ katanya seperti diceritakan dalam Hikayat Siak.
Tahun 1759, dengan siasat yang tak terbaca oleh Belanda, TBA datang dengan tipu muslihat dan kemudian menyerang benteng Pulau Guntung itu, nenaklukkannya , dan membunuh pimpinan loji itu. Dan hubungan baik dengan Belanda pun berakhir dan Belanda mengalihkan dukungannya pada Raja Alam.
Di pertengahan tahun 1760, setahun setelah TBA menghancurkan benteng Belanda di pulau Guntung , TBA mendapat kabar abangnya, Raja Alam akan menyerang Siak secara besar besaran dan akan dibantu oleh Belanda yang ingin membalas dendam, dan ingin mendudukkan sekutunya Raja Alam ditahta sultan Siak . TBA lalu mengirim surat kepada Gubernur Belanda di Melaka dan mengancam akan menyerbu Melaka , jika benar Belanda membantu abangnya menyerang Siak.
Belanda tahu, ancaman TBA bukan main main, dan Belanda sudah pernah merasakannya dan masih terasa sakitnya seperti ketika benteng pulau Guntung diobrak abrik TBA. Karena itu, Belanda menunda rencananya, dan menunggu laporan tim inteligennya yang diam diam dikirim ke Siak. Betulkah TBA sedang lemah dan banyak masalah dan akan mudah diserang ? Raja Alam setuju untuk menunda serangan.
TBA ketika itu memang lagi menghadapi berbagai tekanan dari dalam, terutama apa yang disebut perlawanan dari sebelah Ulu . Perlawanan politik dari pihak Empat Datuk dan dari para pedagang Minangkabau yang berdagang di Senapelan dan Petapahan , dua pusat dagang di hulu sungai Siak, perbatasan dengan kerajaan Minangkabau.
Penyebabnya antara lain karena TBA telah menunjuk seorang saudagar Arab , Sayid Muhammad As Segaf ( menurut Timothy P Bernard ) sebagai Syahbandar Senapelan, dan sebagai penasehat ekonomi nya dan dibawa ikut ke Siantan. Datuk yang Empat tersinggung karena merasa mulai disingkirkan. Apalagi seperti dicatat Timothy P Bernard , bahwa Sayid Muhammad dinilai arogan dan kurang menghargai adat dan istiadat setempat .
Para pembangkang dari hulu itu menghimpun kekuatan hampir 1000 orang dan ingin menjadikan adik TBA dari lain ibu yaitu Tengku Unus sebagai penguasa di Senapelan. TBA mengirim angkatan perangnya yang kuat dan menyerang para pemberontak, sehingga kucar kacir. Raja Mibangkabau datang ke Senapelan , untuk menyelamst warganya , dan mereka berdamai.
Tahun 1760, Raja Alam dan Belanda tahu TBA sedang menghadapi perlawanan dari dalam, dan mereka juga tahu Sultan Sulaiman pembela TBA baru saja wafat di Riau, dan Riau ada dalam genggaman YDM Daeng Kamboja, dan mereka menggunakan kesempatan itu untuk menyerang Siak . TBA tahu dia dalam kesulitan dan kehilangan dukungan, karena Terengganu juga baru ditinggalkan Sultan Mansyur Syah, pemimpin kharismatik orang Melayu yang terkenal dengan gelar Tun Dalam yang juga menantu Sultan Sulaiman. Tapi TBA tidak gentar dan bersiap untuk berperang. Tapi Perang Besar antara TBA dengan abangnta Raja Alam dan Belanda di penghujung 1760 itu tak jadi meletus. . Selain Belanda ngeri dengan ancaman TBA , juga karena 23 November 1760 , TBA tiba tiba dikatakan wafat.
Apa yang menyebabkan TBA wafat ? Tidak begitu jelas penyebab kematiannya dan dalam usia yang baru 40 tahun. Menurut catatan Netscher, karena sakit. Sedang sumber sejarah tempatan seperti Sejarah Siak, Sejarah Riau dan lainnya , tidak juga menulis apa penyebab kematian mendadak itu .Timothy P Bernard dengan bukunya Pusat Kekuasaan Ganda, yang dianggap lebih netral, juga hampir tidak bercerita. Hanya Syair Perang Siak yang menulis ihwal TBA sakit , meskipun secara samar.
Ada yang agak aneh dan misterius. Sebelas hari sebelum wafat seperti catatan Netscher , TBA dikatakan telah mengirim surat ancaman kepada gubernur Melaka, untuk menyerang Melaka jika Siak diganggu. Apakah ada sebab lain yang menyebabkan Sultan yang gigih dan tangguh ini wafat dalam usia baru 40 tahun ? Syair Perang Siak menyebut penyakit TBA adalah batuk batuk yang parah. Penyakit batuk dalam sejarah di kawasan kemaharajaan Melayu, selalu dikaitkan dengan pembunuhan politik.
TBA digantikan anaknya Tengku Ismail . Puteranya dengan permaisurinya anak Daeng Mattakoh. TBA dikatakan punya beberapa isteri selain anak Daeng Mattako. Ada anak Raja Lela Wangsa , dan selir yang lain. Menurut Tuhfat al Nafis, selain Tengku Ismail, TBA punya 11 putera dan 5 puteri. Salah satu anak perempuan nya , yaitu Tengku Embung Besar ikut memainkan peran sejarah . Selain Tengku Daud, adik Tengku Ismai yang mati dibunuh di Buantan .
Tahun 1761, setelah TBA wafat , baru Tengku Alam dan Belanda datang menyerang Siak. Terjadi perang yang hebat, dan Tengku Alam dapat merebut Mempura, tapi hanya sebentar . Tengku Ismail kembali merebut Mempura dan menyingkirkan Raja Alam ke luar Siak . Baru Tahun 1766, Tengku Alam dengan bantuan Belanda kembali menyerang Siak. Tengku Ismail kembali tersingkir dan mengembara sebagai bajak laut , ke selat Melaka dan Laut Cina Selatan dan sampai ke Borneo utara bersekutu dengan lanun Tempasok.
Tahun 1780 Raja Alam wafat dan diganti anaknya Raja Muhamnad Ali. Tapi Tengku Ismail kembali ke Siak mengambil alih pemerintahan karena Raja Muhammad Ali tak bisa memerintah karena kesehatan yang buruk. Tapi tahun 1782 , Tengku Ismail wafat ketika sedang memimpin pertemuan. Anaknya Tengku Yahya menggantinya. Tapi tahun 1784 , Sayid Ali , cucu Raja Alam , merampas tahtanya, dan Sultan Yahya terpaksa menyingkir ke pelalawan , lalu ke Reteh, dan ke Lingga , sebelum ke Terengganu , ke tempat ibunya, Tengku Teh. Tahun 1791 Tengku Yahya wafat di Dungun, Terengganu.
Tahun 1784, Sayid Ali, cucu Raja Alam dari sebelah perempuan, menjadi Sultan . Dan era ini merupakan era Dinasti As Sahab, yang berlangsung sampai tahun 1946 dan kemudian Siak bergabung dengan NKRI. Sayid Ali mengukuhkan persekutuan Siak dengan Bugis, dengan menikahi Raja Mandak, anak Daeng Talebak dan Raja Sitti. Raja Sitti adalah puteri Raja Haji Fisabillah. Satu ibu dengan Raja Hamidah, Engku Puteri, permaisuri Sultan Riau , Mahmud Riayat Syah.
Ketika TBA naik tahta tahun 1746 menggantikan ayahnya , Raja Kecik, Siak berada pada masa jayanya . Meski hanya efektif memerintah selama 10 tahun dari 23 tahun masa pemerintahan nya , Raja Kecik sudah meletakkan dasar pemerintahan yang baik, kerajaan yang luas wilayahnya sampai ke Asahan. Makmur , bermarwah, dan disegani Belanda . Sebuah kemaharajaan melayu baru penerus Melaka dan Johor.
Ekonomi Siak berkembang dengan berbagai hasil bumi , hutan, Gading gajah dan emas. Sungai Siak menjadi salah satu sungai tersibuk dan ramai dilayari kapal dagang dari berbagai negeri dan bangsa, mulai dari Bengkaklis , Bukit Batu sampai ke Petapahan . Dukungan kerajaan Minangkabau menyebabkan Siak sangat dinamis dan seksi dan diakui Belanda sebagai sebuah kawasan ekonominya yang sangat berkembang. Itulah kerajaan yang diwariskan ayahnya, dan kerajaan yang demikian itu juga yang diwariskan TBA pada anaknya Tengku Ismail, Raja di Laut , dan para penerus dan penguasa Siak Seri Inderapura. Negeri yang diwariskan oleh Sang Penakluk dari Mempura, sultan muda yang oleh para pendukung Raja Alam dan dinastinya disindir sebagai Pangeran Puyu puyu yang hanya besar di sungai . Sementara Raja Alam diibaratkan sebagai Pangeran Terubuk , yang mengembara di lautan.
Layakkah TBA diusulkan sebagai pahlawan dengan segala tindakan politik dan historis ? Seorang pahlawan , adalah seorang pejuang yang berjuang sampai tetes darah penghabisan dan tidak kenal menyerah. Dia boleh kalah tapi semangatnya untuk menentang kezaliman , terutama penjajahan asing, tak padam. Semangatnya selalu jadi tauladan dan menjadi penggerak generasi yang akan datang, dan membanggakan anaknya cucunya. Ada ucapan TBA yang sangat bersejarah : “ Jikalau ada nyawa kita, tiadalah boleh Olanda mengambil Negeri Siak ini “ katanya. Seperti ditulis dalam Hikayat Perang Siak.
TBA telah menunjukkan posisi dan peran sejarahnya dengan luar biasa . Sampai nafas terakhirnya dia berjuang melawan Belanda. Ketika dia wafat bulan November 1760, dia dalam keadaan sedang bersiap untuk berperang melawan Belanda yang datang ingin menguasai Siak dan mendudukkan abangnya Raja Alam sebagai Sultan. Belanda ingin membalas dendam kekalahan mereka yang memalukan ketika benteng dan kantor dagang di pulau Guntung , tahun 1759 , dihancurkan oleh TBA. Sebuah methahistoria : andaikata Tengku Buang Asmara tidak menghancurkan benteng belanda di pulau Guntung itu, akan adakah kerajaan Siak Seri Indrapura yang merdeka dan berdaulat sampai negeri ini bergabung dengan NKRI ?
TBA sudah memenuhi janji nya pada rakyatnya waktu mengizinkan Belanda membangun loji di Pulau Guntung : “ Baiklah kita terima , dan jikalau di kemudian hari tiadalah ia memegang perjanjian , bolehlah kita amuk “ seperti di tulis di dalam Hikayat Siak. Dan TBA telah mengamuk dan menghancurkan Belanda di Guntung karena melanggar janji.
Sebelas hari sebelum wafat TBA telah mengirim surat ancaman dan peringatan pada Gubernur Belanda di Melaka supaya jangan mencoba menyerang Siak, karena dia juga akan mengerahkan angkatan perang nya menyerang Melaka. Merampas Melaka dari tangan Belanda. Dan Belanda tahu TBA tidak main main . Cuma TBA lah satu satunya Sultan Siak yang berani mengancam Belanda , mengancam akan menaklukkan Melaka. Ada yang lebih hebat dari ini ?
2021
*) Rida K Liamsi , Budayawan Melayu, anggota kehormatan Masyarakat Sejarah Indonesia ( MSI )
Sumber rujukan :
1. Sejarah Siak, OK Nizami Jamil, 2010
2. Sejarah Riau, Mukhtar Lutfi , dkk, 1997
3. Sejarah Melayu , Ahmad Dahlan, 2014
4. Pusat Kekuasaan Ganda, Timothy P Bernard , terjemahan Sita Rohana , 2006
5. Prasasti Bukit Siguntang dan Badai Poktik di Kemaharajaan Melayu, 1160-1946, Rida K Liamsi, 2015
6. Tuhfar Al Nafis , Raja Ali Haji, Virginia Matheson Hookcer , Penyelenggara, 1998
7. Belanda di Riau dan Siak, 1602-1865, Nietscher, penerjemah Wan Ghalib dkk, 2002
8. Muslihat Bermartabat, Bappeda Kabupaten Siak, draft, 2021
9. Sejarah Melayu ( Salaltus Salatin ) , Muhammad Yusoff Hashim, 2015
10. Mengembara di Taman yang Menggoda , G.L. Koster , terjemahan Sita Rohana dan Al Azhar, 2011
11. Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut, AB Lapian, 2009
12. Suma Oriental, Tom Pires, 2016