Deklarasi Hari Puisi

Dari Riau Untuk Indonesia

Budaya Senin, 26 November 2012
Dari Riau Untuk Indonesia

PEKANBARU (RP) - Kalangan penyair akhirnya sepakat 26 Juli dijadikan sebagai Hari Puisi Indonesia. Keputusan ini hasil musyawarah penyair se-Indonesia di Hotel Grand Elite Pekanbaru, Kamis (22/11).

Musyawarah yang dihadiri sekitar 23 penyair dari Sabang sampai Merauke ini berlangsung dinamis. Sebelum penetapan, mencuat dua tanggal untuk dijadikan sebagai Hari Puisi Indonesia, yakni setiap 26 Juli dan 22 November.

Akhirnya, musyawarah yang di semua penikmat seni yang hadir. Ditambah lagi aksi-aksi panggung mereka unik dan memikat untuk disaksikan. Inilah sebuah helat budaya yang menjadi momentum tak terlupakan yakni “Dari Riau untuk Indonesia”. Pertanyaannya, masih dapat dan mampukah puisi menjadi maha kata dalam kehidupan masa kini? Dalam esai yang dibacakannya, Rida K Liamsi sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Sagang menyatakan, “Jika kita mampu menghidupkannya maka puisi takkan tertandingi, bisa mengalahkan pedang dan bom. Sebab puisi melahirkan kedamaian, kesejukan di dunia fana ini”. “Kita adalah kata dan kita adalah puisinya. Inilah kekuatan kita untuk memberi harkat dan martabat sebab puisi dan penyair haruslah dihormati,” ungkapnya.

Pembaca puisi malam tadi dimulai dengan pembacaan puisi Lima Pulau yakni D Kemalawati (Sumatera), Bambang Widiatmoko (Jawa), Jhon Waromi (Papua), Micky Hidayat (Kalimantan), dan Rahman Arge (Sulawesi). Usai itu, langsung pemutaran film dokumenter tentang kekuatan puisi Indonesia diawali Sumpah Pemuda, hingga ke masa Chairil Anwar dan hingga sekarang.

Setelah itu dilanjutkan dengan prosesi tari dan pembacaan puisi Chairil Anwar oleh Zuarman Ahmad. Di saat itu pula teks deklarasi Hari Puisi Indonesia dan dibacakan langsung oleh Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri didampingi oleh semua penyair yang hadir. Setelah itu barulah, teks tersebut ditandatangani oleh semua penyair, dan selanjutnya diserahkan kepada pihak pemerintah provinsi yang diwakili Asisten III Setdaprov Riau, Joni Irwan untuk disimpan di Museum Sang Nila Utama Riau. Prosesi ditutup dengan penampilan apik Idawati dan kawan-kawan, yakni musikalisasi puisi dari Sekolah Tinggi Seni Riau (STSR).

Sutardji untuk kesekian kalinya, membacakan puisinya berjudul “Pemuda Mana Telormu”. Lalu pembaca puisi yang menampilkan aksi menariknya antara lain; Abdul Kadir Ibrahim atau Akib (Kepri), Anwar Putra Bayu (Sumsel), Hasan Albana (Sumut), Samson Rambah Pasir (Batam), Pranita Dewi (Bali), Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Ahmadun Y Herfanda, Fakhrunnas MA Jabbar (Riau), Hasan Aspahani (Kepri), Fatin Hamama Rijal Syam, Husnu Abadi, Asrizal Nur, Kazzaini Ks, Taufik Ikram Jamil, Agus R Sardjono, Rida K Liamsi, Dimas Arika Miharja, Jamal D Rahman, Capcai Syaifullah (Banten), Marhalim Zaini, dan Sosiawan Leak (Solo).

Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE MP yang hadir malam tadi juga didaulat membaca puisi. Gubri membacakan puisinya berjudul “Cinta”. Dikatakannya, deklarasi Hari Puisi Indonesia di Riau ini akan jadi sejarah. Sebab, dideklarasikan di Bumi Lancang Kuning.  “Suatu peringatan akan terus kita lakukan. Setiap 26 Juli, saya ingatkan seluruh kepala daerah memperingati Hari Puisi Indonesia,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Riau (DKR) Kazzaini Ks mengatakan, pelaksanaan helat ini atas prakarsa banyak penyair, salah satunya Rida K Liamsi, kemudian diteruskan oleh penyair lainnya. Maka, DKR dan Yayasan Sagang mengambil inisiatif untuk dilaksanakan di Riau. “Riau tidak lepas dari puisi, maka kita mengambil momen ini dan melaksanakannya di sini,” katanya.

Pilih Hari Lahir Chairil Anwar
Sebelumnya, di Hotel Grand Elite Pekanbaru, Kamis (22/11) siang, hasil musyawarah para penyair menyepakati 26 Juli dijadikan Hari Puisi Indonesia.

Musyawarah yang dihadiri sekitar 27 penyair dari Sabang sampai Merauke ini berlangsung dinamis. Sebelum penetapan, mencuat dua tanggal untuk dijadikan sebagai Hari Puisi Indonesia, yakni setiap 26 Juli dan 22 November. Akhirnya, musyawarah yang diinisiatori H Rida K Liamsi dan difasilitasi Dewan Kesenian Riau (DKR) dan Yayasan Sagang, sepakat memilih 26 Juli yang juga tanggal kelahiran Chairil Anwar, salah seorang tokoh puisi Indonesia.

"Dengan berucap syukur, akhirnya kita bersama-sama bisa menyepakati tanggal 26 Juli ini sebagai Hari Puisi Indonesia," kata H Rida K Liamsi.

Rida mengatakan, pada malam harinya seluruh peserta musyawarah bersama-sama mendeklarasikan 26 Juli itu sebagai Hari Puisi Indonesia di Gedung Anjung Seni Idrus Tintin. Mereka menandatangani Deklarasi Hari Puisi Indonesia dan selanjutnya diserahkan ke Gubernur Riau untuk disimpan di Museum Sang Nila Utama Pekanbaru.

Karena ini, kata Rida, ini sebuah catatan sejarah bagi penyair di Indonesia. Malam deklarasi juga diisi dengan pembacaan puisi-puisi, yang juga diikuti Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri.

Menurut Rida, gagasan ini muncul ketika ia melihat di Hanoi, Vietnam setiap tahunnya memiliki hari khusus memperingati karya-karya puisi yang dihasilkan kalangan seniman/budayawan dari negara mereka. Melihat kondisi itu, dia berkeinginan suatu saat di Indonesia bisa terwujud. ‘’Kebetulan ini dimulai di Riau,’’ ujarnya.

Riau, menurutnya, memiliki ruang untuk itu. Karena di dalam Visi Riau 2020 jelas disebutkan ingin menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. ‘’Dan puisi adalah bagian dari kebudayaan Melayu Riau,’’ sebut Rida. Selain itu, penetapan Hari Puisi Indonesia dimaksudkan agar keberadaan puisi lebih dihargai sebagai milik bersama. Sementara bagaimana cara memeringati dan menyemarakkannya setiap tahunnya, tergantung kalangan penyair.

‘’Namun yang jelas, pada tanggal itu ada dengung puisi dengan berbagai kegiatan yang disajikan. Mulai di provinsi, kabupaten hingga di kecamatan,’’ harap Rida. Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri menilai perlu ada tanggal Hari Puisi Indonesia. Ini hanya sebagai momentum tanpa harus mengkultuskan individu seseorang.

Begitu juga 26 Juli yang ditetapkan sebagai Hari Puisi Indonesia dan bertepatan dengan hari lahirnya Chairil Anwar. Menurutnya, sosoknya cenderung bisa diterima kalangan penyair di Indonesia sehingga mudah untuk mengingatnya. ‘’Ketika orang teringat dengan hari lahirnya Chairil Anwar, maka orang juga akan ingat kalau tanggal itu adalah Hari Puisi Indonesia,’’ paparnya.

Selain itu, lanjut Sutardji, nama Chairil Anwar dikenal mulai dari kalangan muda hingga tua. Kelompok masyarakat biasa hingga pejabat tidak asing dengan namanya. Chairil Anwar semasa hidupnya hingga wafatnya, berdedikasi dengan puisi. Sehingga tepat kalau tanggalnya lahirnya dipakai sebagai Hari Puisi Indonesia. (ila)