Selasa, 08 Oktober 2024
PEKANBARU (RP)- Temu penyair Korean-ASEAN Poets Literature Festival (KAPLF II) yang dilaksanakan Yayasan Sagang bertujuan untuk membangun kebersamaan dan solidaritas antara penyair. Sedikitnya 50-an penyair akan berkumpul di Riau untuk saling bertemu dan memperlihatkan aksinya dalam membaca puisi serta esai.
Kegiatan yang berlangsung pada 25-29 Oktober 2011 di tiga daerah yakni Pekanbaru, Kampar dan Siak tersebut, adalah agenda lanjutan dari KAPLF I yang berlangsung di Korea pada 2010.
Di Riau, para penyair akan diajak mengunjungi langsung 10 ikon budaya Melayu di Riau seperti Candi Muara Takus (Kampar), Istana Siak Sri Indrapura (Siak), balai Pauh Janggi, Perpustakaan Soeman Hs, Anjung Seni Idrus Tintin, Pondok Patin HM Yunus (Pekanbaru) dan sebagainya.
Hal ini langsung disampaikan Direktur KAPLF II, Rida K Liamsi dalam jumpa pers dengan kalangan media cetak dan elektronik di Pondok Patin HM Yunus, Jumat (21/10).
Rida yang didampingi Kazzaini KS, Armawi Kh, M Nazir Fahmi, Asmawi Ibrahim serta sejumlah panitia lainnya menjelaskan maksud dan tujuan pelaksanaan helat tersebut.
Menurut Rida, pihaknya menilai, dengan karya sastra bisa meningkatkan solidaritas dan menjaga hubungan serta jadi ajang bertukar fikiran. 50-an penyair ini terdiri dari penyair Korea Selatan, negara ASEAN kecuali Laos dan Kamboja karena kondisi sekarang sulit bagi mereka untuk keluar dan dari Indonesia sendiri.
Tema pertemuan penyair ini adalah ‘’Sound of Asia’’ dengan sub tema, ‘’Budaya Melayu sebagai Bagian dari Kebudayaan Dunia’’.
Ikon pertama yang dikunjungi adalah perusahaan minyak raksasa, Chevron. Kunjungan ini tak dilihat dari segi ekonomi, tapi dari segi toleransi orang Melayu.
‘’Meski sudah 100 tahun beroperasi, hampir tak ada insiden berarti. Semua itu tak terlepas dari sikap orang Melayu bertoleransi,’’ ujarnya.
Ikon kedua, Universitas Lancang Kuning (Unilak) sebagai kampus yang peduli dalam memelihara dan mengembanglan budaya, karena jadi salah satu mata kuliah bagi para mahasiswanya, terutama di Fakultas Ilmu Budaya. Selanjutnya Istana Siak Sri Indrapura yang juga memiliki sejarah Melayu hingga ke Negeri Melaka.
Dilanjutkan ke Candi Muara Takus yang merupakan salah satu candi tertua di Indonesia. Kegiatan pembacaan baca sajak diteruskan ke Anjung Seni Idrus Tintin. Pembacaan esai di Pustaka Soeman Hs serta diskusi. Peserta pertemuan penyair Korea-ASEAN juga akan melakukan pertemuan dengan budayawan Riau Tenas Effendy.
Untuk penggunaan bahasa, lanjut Rida, para peserta bisa menggunakan bahasa masing-masing negaranya. ‘’Tak ada masalah, silakan gunakan bahasa masing-masing. Korea menggunakan bahasa Korea, Indonesia menggunakan bahasa Indonesia atau Melayu. Silakan saja. Tapi memang bahasa resminya adalah bahasa Inggris,’’ ujarnya.
28 Oktober, Malam Puncak Anugerah Sagang
Sementara itu, Panitia Anugerah Sagang ke-16 secara resmi sudah mengumumkan para peraihnya.
Mereka diundang secara resmi untuk menerima anugerah pada malam puncak Anugerah Sagang pada 28 Oktober 2011 di Hotel Pangeran Pekanbaru.
Hal ini diungkapkan Ketua Yayasan Sagang Kazzaini KS dalam jumpa pers kemarin di tempat yang sama. Kazzaini mengharapkan kalangan media massa cetak dan elektronik di Pekanbaru ikut mendukung suksesnya kegiatan tersebut.
Rida K Liamsi yang juga Pembina Yayasan Sagang mengatakan, ada dua agenda utama yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Yakni, malam Anugerah Sagang 2011 dan pertemuan penyair. Seperti diketahui, Anugerah Sagang sudah berlangsung ke-16 kalinya. Panitia sudah melakukan tahapan-tahapan, menyeleksi dan mengumumkan nominator dan akhirnya sudah diumumkan panitia para pemenangnya.
Tujuh pemenang yang sudah diumumkan untuk tujuh kategori, masing-masing Marhalim Zaini sebagai Seniman/Budayawan Pilihan Sagang 2011.
Selanjutnya, untuk Buku Pilihan Sagang 2011 yakni Sunting, sebuah kumpulan puisi Kunni Masrohanti.
Karya Non Buku Pilihan Sagang 2011 untuk tahun ini diraih Endrawati Razak melalui karyanya Keluarga Bakar.
Institusi atau Lembaga Seni Budaya Pilihan Sagang 2011 diraih perkampungan seni zapin, Kampung Meskom Bengkalis, sebuah perkampungan yang selalu berupaya mempertahankan agar seni zapin yang jadi bagian budaya Melayu tetap terjaga dan lestari.
Di kategori Seniman Serantau Pilihan Sagang 2011 diraih Tom Ibnur. Meski tinggal di Jakarta namun ia tetap membumikan seni dan budaya Melayu di Jakarta.
Karya Penelitian Budaya Sagang 2011 diraih Bambang Kariyawan, seorang guru SMA Cendana Pekanbaru. Dan untuk kategori Jurnalistik diraih Fedli Azis, wartawan Riau Pos.
‘’Untuk kategori ini, memang tak banyak yang mengirim tulisannya pada lomba Anugerah Sagang. Biasanya, kawan-kawan media lain banyak mengirim tulisan,’’ ujar Rida.
‘’Kami mengharapkan partisipasi dan apresiasi media cetak maupun elektronik untuk hadir pada malam Anugerah Sagang. Kerja mempertahankan budaya Melayu ini sangat berat dan perlu kerja keras,’’ tutur Rida.(dac)