Senin, 14 Oktober 2024
PEKANBARU (RP) - SUTARDJI Calzoum Bachri, pembaca sajak terakhir, sekaligus pemuncak pada helat Baca Sajak Penyair Serumpun bak melempar bom kata-kata ke tengah penonton di auditorium Anjung Seni Idrus Tintin, Sabtu (17/11) malam. Puisi-puisi pendek yang dibacakannya dari peristiwa tsunami Aceh dan pendalaman
pemahaman hidup, puisi sufi yang juga pendek-pendek syarat makna dan mestilah perlu penghayatan.
Sutardji tampil dengan tiupan harmonika yang bergaya blues memancing tepuk tangan sebagai ungkapan salut. Inilah sebuah pembacaan yang tidak biasa untuk membuat puisi digemari banyak orang. Cara itulah yang kerap dipertontonkan Sang Presiden Penyair Indonesia di helat bertema ‘’Serumpun Kita Berhimpun’’. ‘’Malam ini saya tak lagi membacakan sajak-sajak saya yang sudah menjadi milik publik. Sajak-sajak saya yang sudah dibukukan biarlah menjadi milik publik dan saya tak ingin jadi serakah karenanya. Sebab itu, saya bacakan sajak yang belum dipublikasi dan bahkan belum diterbitkan. Karena itulah sajak-sajak yang masih menjadi milik saya sendiri,’’ ulas Sutardji sebelum beraksi dengan gayanya yang khas, topi hitam dan jaket gombrang.
Pembaca sajak lainnya malam tadi antara lain Hang Kafrawi, Kunni Masrohanti, Hafney Maulana, Syaukani al Karim dan Suratman Markasan (Singapura). Ada pula penampilan seperti nandung (Indragiri Hulu) oleh Tria Safitri, muskalisasi puisi dari SMAN 1 Pekanbaru dan penampilan nyanyi tunggal Atan Lasak. Tampak hadir, Taufik Ikram Jamil (selaku kurator dan penyair), Zefri Ariff (Malaysia), Fakhrunas MA Jabbar dan banyak lagi. Apresiator lebih didominasi anak-anak muda Kota Bertuah yang memang memiliki minat besar terhadap puisi.
Salah seorang mahasiswa, Indah mengaku senang. Ditambah lagi, para penyair selalu memberi pengantar singkat sebelum membacakan puisi dan itu cukup bernas. ‘’Saya suka semuanya dan saya nonton dua hari selama acara berlangsung. Bukan saja membacakannya tapi juga karya yang dibacakannya,’’ ungkapnya.
Kabid Nilai Budaya, Bahasa dan Seni (NBBS) Budpar Riau Yoserizal Zen yang mewakili Kadis Budpar Riau Said Syarifudin mengatakan, helat ini nantinya akan dilaksanakan tiap tahun. Tentu dengan penyair yang beda pula. Penyair yang diundang sebenarnya cukup banyak namun yang hadir hanya 15 orang, termasuk budayawan Riau Alazhar yang berorasi puisi di malam pembukaan, Jumat (16/11) lalu. ‘’Kami berupaya untuk terus menyemangati para penyair agar terus menghasilkan karya-karya terbaik, ’’ katanya.(fed)