Senin, 14 Oktober 2024
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Rabu, 16 Maret 2016, merupakan hari bersejarah bagi Bumi Lancang Kuning. Seorang anak jati Melayu ditabalkan sebagai satu-satunya pemangku gelar adat yang dianggap sebagai tokoh yang berperan dalam memajukan khasanah kebudayaan.
Dia adalah H Rida K Liamsi. Keikhlasan dan konsistensinya dalam berkebudayaan membuat Chairman Riau Pos Group itu dianugerahi gelar kehormatan Datuk Seri Lela Budaya, dalam sebuah prosesi adat di Balai Adat Melayu Riau, Jalan Diponegoro, Pekanbaru.
Kegiatan diawali dengan penjemputan Rida di kediamannya.Penjemput atau tengganai berjumlah sembilan orang yakni H Rustam Effendy, H Mislan, Khairul Zainal, Hang Temong, T Zakir Umar, TGH Syafruddin Saleh Sei Gergaji, Taufik Ikram Jamil, Nasir Penyalai dan Kazzaini Ks, menjemput dengan tepak sirih sekitar pukul 08.30.
Kemudian penjemputan Plt Gubernur H Arsyadjuliandi Rachman di kediaman dinasnnya dilakukan Aliarsyam, Yoserizal Zein dan Lukman Syam.
Tiba di Balai Adat, Rida dan tim penjemput sudah ditunggu di gerbang oleh para penjawat adat bersama barisan kompang.
Begitu turun dari kendaraan, Rida dan penjemput langsung disambut salah seorang hulubalang mengunakan payung berwarna kuning. Prosesi berlanjut dengan mengarak rombongan menuju halaman Balai Adat LAM Riau. Di sini sudah bersedia pemusik tetawak dan dua pesilat. Rombongan berhenti tepat di bawah tangga gedung, musik kompang berhenti, disambung musik tetawak.
Suara nafiri pun bersahut-sahutan disambut pukulan dua gendang panjang dan gong. Prosesi penyambutan rombongan pun dimulai dengan ditandai peragaan silat oleh dua pendekar berbaju melayu berwarna hijau.
Rombongan kemudian menuju ruang penabalan, yang sudah dipenuhi para undangan yang terdiri dari pejabat negeri, datuk-datuk, alim ulama dan cerdik pandai telah memenuhi ruangan, duduk berselimput di tempat yang telah diatur dan disediakan.. Lantunan salawat badar menggema dan mengalun setelah rombongan duduk.
Rida penuh semangat dan berapi-api memberikan sambutan. ‘’Tradisi dan nilai hidup kemelayuan, mimpi-mimpi besar memajukan kebudayaan Melayu harus tetap hidup, terwujud. Sebuah penghargaan yang sangat saya apresiasi,’’ sambungnya.
Dalam prosesi yang juga diisi dengan pembacaan ayat suci Alquran itu, Ketua DPH LAM Riau Al azhar menyampaikan tentang ketentuan pemberian gelar dan sejarah tentang pemberian gelar adat tersebut, berikut persyaratan dan ketentuannya.
Gelar yang dianugerahkan kepada Rida adalah gelar kehormatan yang dalam khasanah adat-istiadat Melayu, gelar itu dianugerahkan kepada seseorang karena jasanya yang luar biasa.
‘’Gelar kehormatan yang dipilih itu karenanya dipandang bisa mencerminkan keseluruhan alasan pokok mengapa Rida patut dan layak diberi gelar. Atau dipandang dapat serta-merta mengingatkan orang pada jasa luar biasa yang telah diberikan Tuan Rida,’’ ujar Al azhar.
Adapun makna kata-kata dalam gelar kehormatan adat datuk Seri Lela Budaya, dijelaskan Al azhar: Kata Datuk berarti pemimpin kaum, suku, puak masyarakat dan bangsa, orang yang dituakan, didahulukan selangkah ditinggikan seranting oleh kaum, suku, puak, masyarakat dab bangsa Melayu.
Sedangkan pada kata ‘’Seri’’ merupakan cahaya atau nur yang menerangi, suluh dalam gelap gulita, sinar yang dapat memberi kenyamanan, keteduhan hati, menyejukkan perasaan, aura kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Selanjutnya pada kata ‘’Lela’’ adalah makna rela, tulus, ikhlas, dan pda kata Budaya terdapat makna adat, nilai, norma, kebiasaan sosial berpola, dan karya akal budi.
‘’Dengan demikian gelar Datuk Seri LelaBudaya merujuk pada makna seseorang yang secara luar biasa berseri keikhlasannya dalam pandangan kebudayaan, sekaligus seseorang yang memperoleh seri keikhlasan budaya. Makna dan gelar tersebut senantiasa mengandung kenyataan dan harapan. Sehingga dengan demikian juga terpateri erat seuntai doa,berserilah budaya Melayu, amin,’’ ujar Al azhar.
Sebagai penerima gelar, Rida berhak memakai gelar adat sesuai dengan sifat keperluannya dan berhak mendapatkan tata cara adat. Adapun kewajibannya adalah meningkatkan harkat, martabat dan pelestarian adat budaya Melayu Riau.
Menyampaikan saran, nasihat dan pertimbangan untuk kemajuan LAM Riau khususnya dan masyarakat adat Melayu Riau umumnya. Selain itu juga dibacakan pencabutan gelar, di mana bisa dilakukan apabila penyandang gelar tidak amanah akan hak dan tangungjawabnya.
"Tahniah dan selamat bagi Rida K Liamsiatas gelar yang diterima, Demi mendukung pencapaian Visi Riau 2020,mewujudkan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu dan Rida sudah mendahului hal ini," kata Plt Gubri dalam sambutannya.
Betapa Hebatnya Orang-orang Melayu
"Esa hilang dua terbilang, patah tumbuh hilang berganti, tak kan Melayu hilang di bumi.’’ Demikianlah filosofi terkenal di alam Melayu yang berkali-kali disampaikan Rida dalam sambutannya. Katanya, filosofi yang diikrarkan oleh Laksamana Hang Tuah itu adalah merupakan inti dari sikap enterpreneurship, inti dari sikap bangsa yang tetap sanggup menghadapi cabaran zaman, yaitu sikap mandiri, kreatif dan visioner.
‘’Mari kita renungkan filosofi itu dan kita bayangkan betapa hebatnya orang Melayu itu, subhanallah,’’ ucapnya dalam nada haru sekaligus bangga.
Rida berterima kasih kepada pihak LAM Riau yang memercayainya mendapat gelar kehormatan tersebut. Katanya, dia hanyalah seorang Melayu, yang kalau bukan karena kehendak Yang Maha Kuasa, tidak juga mampu melakukan apa-apa.Gelar kehormatan yang diberikan, katanya, adalah untuk semua, untuk orang-orang Melayu yang masih terus berjuang dalam menegakkan harkat martabat dan eksistensi kemelayuan di tengah-tengah cabaran dan perubahan tantangan hidup.
‘’Sebagaimana rumpun lainnya, kita hidup di tengah-tengah zaman yang terus berubah dan terus berhadapan dengan cabaran. Perubahan dan cabaran ini sangat cepat dan pesatnya karena didorong dan digerakkan oleh fungsi teknologi informasi yang mengubah segalanya dalam sekelip mata termasuk nilai kehidupan yang azazi dan mulia,’’ujarnya.
Di era yang demikian ini, lanjut Rida, hendaknya manusia smakin tangguh dan tanggap karena karena rumpun bangsa yang tanggap dan tanguh inilah yang akan terus eksis dan berjaya, mampu melintasi zaman. Orang-orang Melayu hendaknya bersyukur karena tamadun Melayu yang wujud sejak ribuan tahun lalu itu telah mewariskan nilai-nilai yang selaras dengan kehendak zaman sampai hari ini.
Menurutnya, kejayaan suatu bangsa bukan hanya gterletak pada banyaknya jumlah populasi, atau luasnya wilayah kekuasaan, tetapi juga terletak pada warisan nilai-nilai kemuliaan yangdimiliki suatu rumpun bangsa. Sejarah telah mencatat, sumbangan kebudayaan Melayu yang telah diwariskan dan tidak bisa dihapus sampai kapan pun sebagai suatu kekuatan kebudayaan nasional, salah satu contohnya adalah kukuh dan teganya saat ini Bahasa Indonesia yang urat nadinya adalah Bahasa Melayu.
Kata Rida, warisan budaya yang hebat dan kuat tentulah dihasilkan dari rumpun yang hebat dan kuat pula. Tugas terbesar dan terberat orang Melayu hari ini sebagai pewaris kebudayaan adalah merawat dan membesarkan nilai-nilai baru yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Semuanya bukan mustahil, kultur dan peradaban Melayu yang bersebati dengan Islam itu tidak akan punah di tangan puak yang kuat, hebat. Mimpi besar itu akan terwujud dalam semangat yang tumbuh dalam kebersamaan.
‘’Dalam pemikiran itulah, saya seorang pewaris tamadun yang besar itu, meski pun hanya seulas, setetes, sesendok, saya ingin memberikan kepada negeri ini, bangsa ini, negeri Melayu ini, agar harkat dan martabat masyarakat Melayu tetap bertapak di tengah-tengah gemuruh zaman ini,’’ ucap Rida, yang larut dalam suasana haru atas harapan dan juga mimpi besar serta penganugerahan gelar adat itu.(egp/jef/rpg)
Sumber: Riau Pos
Editor: Amzar