APRESIASI ATAS PENGABDIAN

LAMR Beri Gelar Datuk Seri Lela Budaya kepada Rida K Liamsi

Budaya Rabu, 16 Maret 2016
LAMR Beri Gelar Datuk Seri Lela Budaya kepada Rida K Liamsi

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) memberi gelar adat kepada Rida K Liamsi alias Ismail Kadir dengan sebutan Datuk Seri Lela Budaya, Rabu (16/3/2016). Gelar tersebut diberikan kerena pengabdian Rida, terutama dipandang dari sudut kebudayaan, melintasi berbagai hal, baik waktu maupun tempat.

Acara Penabalan Gelar Adat Melayu Riau kepada Tuan H Rida K Liamsi, dilaksanakan di Balai Adat Melayu Riau selain dihadiri oleh hampir semua ketua dan pengurus LAM Riau, juga dihadiri Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, kepala dinas, biro di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau, ketua adat, tokoh masyarakat, agama, dan lain-lain. Gelar tertinggi ini  sebelumnya pernah diberikan hanya kepada beberapa orang, antara lain Susilo Bambang Yudhoyono, Syarwan Hamid, dan Sultan Hamengkubuwono IX, tentu saja dengan beragam sebutan.

Rida K Liamsi adalah seorang pengkarya dan tokoh budaya yang amat disegani. Dalam kesibukannya yang luar biasa, baik di dalam maupun di luar negeri, ia masih sempat menulis karya sastra,. Untuk itu, ia juga cukup dipandang sejak lama. Ketika Majalah Sastra Horison menjadi kiblat dari karya sastrawan Indonesia tahun 1970-an, Rida K Liamsi juga telah memunculkan karyanya.

Novelnya yang terlah terbit adalah Bulang Cahaya yang mendapat apresiasi dari kritikus sastra di berbagai daerah di Indonesia, bahkan hingga ke negara-negara ASEAN. Karya yang lain adalah buku puisi Tempuling, Perjalanan Kelekatu, Rose, dan sebuah autobiografi, Ombak Sekanak, dan serta beberapa karya lainnya.

Selain itu, lelaki kelahiran Dabo Singkep, Kepulauan Riau,  17 Juli 1943, ini, adalah penggerak kegiatan sastra dan budaya yang sulit dicari padanannya di Riau. Rida penggagas dan penggerak Anugerah Sagang yang hingga  tahun ini telah mencapai tahun ke-20.

Yayasan Sagang --yang menggerakkan Anugerah Sagang-- juga "menghidupkan" Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR) yang sempat nyaris tutup setelah terbelit persoalan dana. AKMR, menurut Rida dalam sebuah kesempatan, harus menjadi tonggak pendidikan kebudayaan di Riau, dan untuk itu harus tetap hidup.

"AKMR harus tetap hidup, harus tetap jalan. Dia harus menjadi tonggak pendidikan kebudayaan di Riau," ujar Rida yang menjadi Ketua Dewan Penyantun Yayasan Sagang.

Selain itu, Rida juga menjadi motor penggerak Pertemuan Penyair Korea-ASEAN (Korea-ASEAN Poets Festival)  pada Desember 2010 di Pekanbaru. Acara ini mempertemukan puluhan penyair dari negara-negara ASEAN dan dari Korea (Selatan). Sebelumnya, acara serupa, yang pertama, sudah diselenggarakan di Korea.

Masih banyak lagi hal yang dilakukan Rida dalam menghidupkan dunia kesenian di Riau. Terakhir, Rida juga menghidupkan sebuah laman, Madah Poedjangga. Laman ini berada di depan Graha Pena Riau, Jl Subrantas. Di tempat ini, setiap dua pekan sekali, diadakan diskusi tentan budaya, baik itu puisi, sastra, musik, dan sebagainya. Acara ini juga menjadi program sepekan sekali di Riau Televisi (Rtv).

Dengan semua yang dilakukan Rida, sangat pantas mendapatkan gelar kehormatan dari LAM Riau itu. "Sangat pantas. Selain itu, beliau juga tokoh  pemersatu sekat-sekat budaya yang selama ini muncul. Beliau mengayomi semua sastrawan, budayawan, musisi, dan genre seni lainnya. Beliau tidak memilih-milih, semuanya dijadikan teman," ujar SPN Marhalim Zaini, salah seorang sastrawan Riau.

Laporan: Dofi Iskandar
Editor: Boy Riza Utama/HBK