Jumat, 20 September 2024
TANJUNGPINANG – Jemala kini menjadi sorotan masyarakat Tanjungpinang. Tampilannya yang memesona itu mampu memukau setiap mata yang memandang, termasuk juga wartawan Tanjungpinang Pos yang menjadi bagian dari ratusan pasang mata yang melihatnya. Dengan anggun, Jemala menutupi beberapa kepala pejabat Pemerintah Kota Tanjungpinang, termasuk di dalamnya ada juga sosok penulis Mahmud Sang pembangkang, Rida K Liamsi dan Wawako Tanjungpinang, H Syahrul.
Hari itu, Sabtu (5/8) Jemala menjadi rebutan saat diluncurkan di Kelurahan Tanjungunggat, Tanjungpinang. Dari mata ke mata, dari tangan ke tangan, dan dari kepala ke kepala, Jemala menyambangi hampir setiap pengunjung. Jangan berburuk sangka, dia (jemala, red) bukanlah sebangsa manusia atau jelmaan makhluk lainnya. Jemala merupakan brand merek untuk nama produk songkok (peci, red) yang mengusung tema lokalitas.
Bernama lengkap Jemala Tenun Tradisional Hand Made, yang ditaja oleh pemuda kreatif, Lutfi Drajat bersama timnya dengan menghadirkan songkok tenun motif Melayu Kepri dan songkok model tanjak ternyata mampu membuat 2 orang panutan petinggi negeri itu jatuh cinta. ”Ayah suka warna ini dengan model yang ini,” kata Syahrul sambil menimang-nimang songkok bulat berwarna hijau dengan motif tenun hiasan wajik.
Padahal di kepalanya sudah bertengger songkok hitam Jemala yang berhiaskan tenun Itik Pulang Petang. Lain pula dengan Rida, budayawan yang akrab disapa RDK ini justru lebih detail memerhatikan setiap inci tenunan yang menghiasi songkok. ”Aku pilih yang ini saja, simpel tetapi tetap elegan,” ucap Rida yang langsung menyarungkan songkok tenun dengan motif Kuntum Bunga Raya.
Ya… Jemala baru merayakan kelahirannya di Tanjungpinang dan diharapkan bisa menjadi bagian yang turut serta melestarikan nilai-nilai budaya Melayu dengan kemasan yang lebih modern dan fashionable. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Lutfi yang mengakui bahwa kelahiran Jemala merupakan jawaban dari tantangan walikota beberapa waktu lalu. ”Bulan puasa barusan, saya jualan peci motif ukiran Melayu, tetapi Melayu Deli. Pak wali ada beli juga tapi dia menantang saya untuk menciptakan peci dengan ukiran Melayu Kepri. Lahirlah Jemala ini,” bebernya yang mengaku bekerjasama dan dibantu dengan Sastrawan Muda, Ys.Nugraha dalam mencari model ukiran yang sesuai untuk Jemala.
Diakui Lutfi, tahap pertama ini, Jemala hanya terdiri dari 2 model dengan 2 motif yakni model songkok biasa dan songkok model tanjak. Sementara motif baru mengusung motif Itik Pulang Petang dan Kuntum Bunga Raya yang masing-masing peci ditemani dengan hiasan wajik. ”Dalam waktu dekat ini, kami akan menambah model dan motif, serta produksi tenunnya juga di Tanjungpinang, sehingga sahlah Jemala menjadi produk Tanjungpinang,” jelasnya yang menambahkan saat ini produksi Jelama masih berasal dari luar kota.
Respon masyarakatpun antusias. Awak media menyaksikan masyarakat yang berkerumun itu tanpa sungkan memboking Jemala dengan berbagai ukuran kepala, termasuk Staf Ahli Pemko Tanjungpinang, A Hadi, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri, Toto Sucipto, Ketua LAM Kepri, Abdul Razak, Ketua LAM Kota, termasuk beberapa Camat, Lurah se-Tanjungpinang.
Untuk harga, cukup rasional dengan proses pembuatan tanpa sentuhan mesin pabrik. Yakni berkisar dari Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu untuk satu unit songkok yang ditenun dengan tingkat ketelitian tinggi.(YOAN S)