Pidato Kebudayaan Rida K Liamsi di Anugerah Seniman Pemuncak, Riau, 2010.

Upaya Meningkatkan Pemartabatan Tamadun Melayu (Bagian 1)

Budaya Senin, 13 Desember 2010
Upaya Meningkatkan Pemartabatan Tamadun Melayu (Bagian 1)

Salah satu amanah Visi Riau 2020, adalah upaya menjadikan Riau sebagai salah satu pusat perkembangan tamaddun Melayu di rantau Asean. Dan sekarang sudah 10 tahun. Sudah dimanakah kita ?

Tamadun Melayu, dalam pemahaman sederhana, adalah semua warisan sejarah dan kebudayaan yang ujud dalam rentang waktu berabad-abad yang kemudian menjadi roh dan semangat masyarakat melayu dalam merapah kehidupan. Warisan itu ujud dari hasil jerih payah orang-orang Melayu yang kemudian memberikan kontribusinya pada kehidupan kemasyarakatan. Baik dalam lingkungan masyarakat Melayu sendiri, maupun komunitas lain di luarnya. Diantara kontribusi itu ada yang berhasil melintas waktu, jarak dan geopolitik. Tapi banyak yang juga kemudian tenggelam dan hanya menjadi catatan sejarah.


Dalam perujudan peradaban itu, kontribusi terbesar, tentulah  berasal dari bidang kebudayaan dengan segala asfeknya. Dan dalam kerja besar kebudayaan itu, tentulah juga berbagai institusi kehidupan berperan. Bukan hanya institusi pemerintah, tetapi juga masyarakat, yang ujud dalam bentuk lembaga-lembaga kemasyarakatan, seperti yayasan, perhimpunan budaya, ekonomi, politik, dan sosial  lainnya. Artinya, jejak dan peran lembaga-lembaga non pemerintah itu sudah berjalan lama dan sangat signifikan dengan kwalitas peradaban Melayu yang ujud sekarang ini. Artinya, Riau baik sebagai bahagian dari republik ini, maupun sebagai bahagian dari kawasan yang bertamaddun Melayu, sudah mewarisi sebuah warisan kebudayaan yang besar, dan ada dimana-mana. Karena itu dalam konteks Visi Riau 2020 itu, bagaimana kita meningkatkan martabat dan harkat tamaddun yang sudah ada itu, membesarkannya, dan mewariskan jejak dan kecemerlangan yang baru, yang bukan saja eksis, tetapi juga menjadi kekuatan penggerak kehidupan. Sebab kebudayaan yang tidak berperan sebagai mesin kemajuan dan pemuliaan akal budi, menjadi kebudayaan yang beku dan mati.

Sudahkah Riau dalam rentang waktu 10 tahun semenjak Visi Riau 2020 itu dicanangkan, berhasil membangkitkan kebesaran warisan kebudayaannya, dan menjadikannya sebagai mesin penggerak kemajuan di negeri  ini? Masihkah  Riau dapat menyatakan dirinya sebagai salah satu jantung kebudayaan Melayu yang ada di rantau Asean?
 
Secara rambang, memang ada beberapa permasalahan yang mengepung kehidupan kebudayaan Melayu itu, sebagai bagian penting proses perjalanan masyarakat Melayu, khususnya Melayu Riau untuk mengekalkan eksistensi tamadunnya. Antara lain, membekunya warisan kebudayaan yang ada, pewaris kebududayaan yang lemah dan miskin, kebijakan pembangunan kebudayaan yang kehilangan orientasi, dan kebudyaan Melayu yang senantiasa hanyut dalam pusaran kebudayaan dunia.

Pidato Kebudayaan Rida K Liamsi di Anugerah Seniman Pemuncak, Riau, 2010.