Selasa, 08 Oktober 2024
TANJUNGPINANG – Palu kesepakatan sudah diketuk. Yayasan Jembia Emas telah memilih satu nama dari sepuluh nomine yang akan menerima Anugerah Jembia Emas 2017. Dewan juri yang diketuai Rida K Liamsi, dan beranggotakan Husnizar Hood serta Hasan Aspahani, telah menyatakan persetujuannya pada satu nama tersebut.
”Dengan ini, saya selaku Pembina Yayasan Jembia Emas dan ketua dewan juri menyatakan, bahwa Anugerah Jembia Emas 2017 akan diberikan kepada saudara Aswandi Syahri,” ujar Rida, Minggu (10/12).
Bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Begitu pengakuan Rida K Liamsi. Mengingat dari 10 nama nomine yang ada di atas meja kerja dewan juri, seluruhnya dinyatakan layak untuk masuk daftar nomine. Namun, tetap ada kualifikasi yang harus diperhatikan untuk mengukur siapa yang paling layak di antara nama-nama yang layak.
”Kami tetap konsisten. Kualifikasi yang sudah ditentukan itu jadi rambu-rambu kami dalam menilai,” tegas Rida.
Mengapa sampai bisa nama Aswandi berada di daftar pemuncak sehingga bisa ditetapkan sebagai penerima Anugerah Jembia Emas 2017? Sekali lagi Rida menegaskan, kualifikasi itu yang mengatur dewan juri dalam melakukan penilaian.
Sehingga berpedomankan pada kualifikiasi-kualifikasi yang ada, nama Aswandi Syahri beroleh skor paling tinggi dibandingkan sembilan nomine lainnya. ”Mengikut kualifikasi yang ada, nilai Aswandi memang yang paling tinggi. Tapi tetap ada beberapa kelemahannya juga. Jadi dari sepuluh nama nomine itu tidak ada yang benar-benar dominan di semua kualifikasi yang sudah ditetapkan,” ungkap Rida.
Tidak hanya itu saja. Dewan juri juga sepakat bahwa karya Aswandi dalam hal budaya dan kesejarahan cukup banyak dan berkualitas baik yang dalam bentuk buku maupun tulisan-tulisan lepas, kontinyu dan tetap hadir sampai hari ini.
Kemudian karya-karyanya itu juga dinilai cukup berpengaruh dan menjadi rujukan dan referensi berbagai pihak tentang kesejarahan terutama kesejarahan di kerajaan Melayu Riau-Lingga dan perjalanan sejarah daerah Kepulauan Riau. ”Ketekunannya dalam menyimpan arsip-arsip sejarah dan peristiwa sosial dan politik telah membantu berbagai pihak dalam mengenal Kepri secara lebih dekat,” ujar Rida.
Rencananya, sambung Rida, anugerah ini akan diserahkan pada Aswandi Syahri, 20 Desember mendatang di Tanjungpinang. Sekilas tentang Aswandi Syahri. Ia adalah sejarawan yang banyak mendokumentasikan arsip-arsip dari zaman kesultanan hingga masa kolonial. Tidak sampai di situ, segala tentang Kepulauan Riau ‘seolah-olah’ ada dalam kepalanya. Arsip dan referensinya ribuan, belum lagi yang dalam bentuk digital.
Baginya, ada banyak nilai dan pelajaran yang bisa diambil dari masa lalu. ”Sejarah tak mungkin terulang, tapi pola-pola kegemilangannya bisa kita ulang lagi hari ini,” begitu katanya. Pemahamannya ini tak pelak menjadikan sejarawan ini sebagai tempat bertanya bagi anak-anak muda atau seniman-seniman lain di Kepri. (tih)