Kamis, 12 September 2024
PEKANBARU (RP)-Karya-karya peserta temu penyair Korea-ASEAN (Korea-Malay) Poets Literature Festival (KAPLF), sudah 95 persen sampai ke panitia. Karya yang terdiri dari puisi dan essai ini, telah di rekap panitia untuk kemudian di susun dalam bentuk buku antalogi puisi.
Dalam rapat evaluasi persiapan pelaksanaan acara panitia, Kamis (8/9) malam di Hotel Premiere Pekanbaru, panitia mendedahkan karya-karya dari peserta. Untuk peserta lokal sudah semua mengirimkan, tinggal lagi beberapa peserta lagi dari luar yang belum mengirim.
“Panita memberi tenggat waktu sampai 10 September ini, jika tidak ada dikirim juga, maka dengan berat hati panitia harus menggantinya," kata Chairman KAPLF Rida K Liamsi seraya mengatakan, sebelum tenggat waktu yang ditetapkan itu, panitia sekretariat menghubungi terus peserta itu.
Menurutnya, sikap tegas yang diambil panitia ini bukan tanpa pertimbangan. Panitia memaksimalkan tahapan persiapan, jika karya peserta belum dikirimkan sampai batas waktu yang telah ditetapkan, secara otomatis tentu berimbas pada pekerjaan berikutnya.
Selain itu, serangkaian kegiatan lainnya juga sudah menunggu di depan. Maka dari itu fokus utama saat ini adalah kepastian keikutsertaan peserta yang dibuktikan dengan karya yang dikirimkan.
"Saat ini gambaran dari awal sudah diketahui, tinggal lagi memaksimalkan," ujar Rida.
Selain membahas karya para peserta, panitia juga membahas susunan acara dari 24-29 Oktober mendatang, di mana terdapat beberapa perubahan diantaranya pertunjukan opera Bulang Cahaya dialihkan pada pertunjukan orkestra. Kemudian terbitan majalah Sagang edisi spesial, dialihkan pada penerbitan buku.
Lalu bagaimana komunikasi dalam Qolokium dan juga pembacaan puisi dan essai? Tanya Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unilak Dr Junaidi. Dijelaskan Rida untuk baca puisi dan essay itu menggunakan bahasa ibu dari masing-masing negara peserta. Sementara untuk Qolokium ada translater yang disiapkan panitia. Moderator mengarahkan dan koordoinir acara, dan translater itu membantu moderator dan peserta.
"Idelanya bahasa Inggris yang lebih bisa dipahami secara menyeluruh," kata Rida.
Dikatakan, jumlah peserta berjumlah 50 terdiri dari Korea 11 orang, Vietnam dua orang, Malaysia empat orang (dua aktif dan dua khusus), Singapura dua orang, Brunei Darussalam tiga orang, Myanmar dua orang, Filipina satu orang, Indonesia luar pulau Jawa enam orang, provinsi di Sumatera 11 orang dan Riau sendiri 20 orang, namun yang mendaftarkan lima orang.
"Memang ada peserta dari Jambi menyatakan untuk ikut serta, namun dengan berat hati panitia menolaknya, karena sudah ditetapkan masing-masing provinsi di pulau Sumatera hanya satu perwakilan," sebutnya.
Mengenai setting acara tidak ada perubahan, sama seperti yang telah direncanakan, di antaranya kampus Unilak, PT Chevron, Sungai Kampar, Candi Muara Takus, Siak Sri Indrapura, Perpustakaan Soeman Hs dan lainnya.
"Ada sesi yang panitia siapkan yaitu Patin Night, di mana peserta di suguhi hidangan Patin pada waktu makan malam sambil membaca puisi," katanya.
Dalam sesi pertunjukkan di luar Pekanbaru, yaitu Kampar dan Siak, Pemkab Kampar mengusulkan dan mengajak peserta untuk makan bejambau (makan bersama). Hendaknya di Siak juga dapat melakukan serupa seperti tradisi makan di Siak atau lainnya.
Rapat persiapan ini dihadiri wakil Ketua Organizing Committee Yoserizal Zein, budayawan Taufik Ikram Jamil, Fakhrunnas MA Jabbar, Kepala Taman Budaya Pulsia Mitra, COO Riau Pos Sutrianto, Ketua DKR Eddy Ahmad RM, Husnu Abadi, Kazzaini Ks, Junaidi, Hang Kafrawi, dan Armawi KH.(aal)