Selasa, 08 Oktober 2024
(Beberapa Pokok Pikiran)
Oleh : Rida K Liamsi
1. Jika kebudayaan dipahami sebagai sesuatu yang lahir dari proses kriya akal budi dan proses kreatifitas suatu bangsa yang kemudian diwariskan sebagai tradisi dalam berbagai aspek kehidupan, maka kebudayaan itu haruslah terus-menerus hidup dan memperbaharui dirinya. Kebudayaan bukan sesuatu yang mati dan hanya ujud dalam teks-teks dan artefak sejarah. Dia hidup dan terus-menerus berkembang dan memperbaharui dirinya agar mewarisi tradisi yang senantiasa aktual dan berfungsi dalam memenuhi kebutuhan hidup bangsanya. Selalu siap menghadapi berbagai cabaran zaman. Kebudayaan itu sesungguhnya adalah way of life suatu bangsa yang ujud dalam berbagai manifestasi dan gaya hidup.
2. Untuk menjaga aktualitas dan kekenyalannya menghadapi tantangan waktu, kebudayaan dan warisannya itu, memerlukan media massa sebagai sarana untuk menghimpun informasi yang terus-menerus baru, lengkap dan sesuai dengan zamannya. Agar kebudayaan itu bisa selalu memberi arah, membangun opini dan karakter bangsanya. Karena itulah media massa itu sesungguhnya adalah produk kebudayaan yang diperlukan dan berfungsi penting dalam mengaktualisasi kebudayaan dan merawat masa depannya. Bangsa yang tidak berbudaya itu sesungguhnya adalah bangsa yang malang.
3. Media massa dengan segala infrastruktur pendukungnya, terutama IT dan implementasinya dalam berbagai flatformnya, menjadi sarana penghimpun dan penyebar luasan keberadaan sebuah bangsa dan menerima umpan balik bagaimana kebudayaan sebuah bangsa telah memberi arah dan jalan hidup bagi bangsa itu. Esensi dari keberadaan media massa itu adalah informasi. Dengan informasi itulah sebuah bangsa membangun masa depannya dan menciptakan nilai-nilai baru kehidupan. Sebuah peradaban yang tidak didukung secara optimal oleh media-massanya, cepat atau lambat akan mati dan punah.
4. Secara umum memang dikatakan fungsi media massa itu selain sebagai penyebar luas informasi dan pembentuk opini, adalah mendidik dan menghibur serta sebagai sarana sosial kontrol. Tetapi dalam perkembangan terkini, ketika internet dan media sosial sudah berkembang melampaui ekspektasi kemanusiaan, maka fungsi media massa itu semakin mengerucut dan mengabaikan fungsi-fungsi ideal lainnya. Media massa telah berubah menjadi racun dan monster. Fungsi menghibur dan mendidik dan bahkan sebagai sarana sosial kontrol yang mengedepankan prinsip-prinsip hidup yang ideal, sebagaimana fungsi klasik dari media masa, telah luncas dan diabaikan. Sekali lagi yang dominan adalah informasi dan pembentukan opini yang nyaris tak terkontrol.
5. Era internet dan berbagai flatformnya yang menjadi tulang punggung infrastruktur komunikasi media saat ini, maka fungsi transformasi informasi adalah yang terpenting. Proses transformasi informasi yang serba cepat dan tiap waktu berubah dengan idiom-idiom baru itulah yang mendominasi interaksi antar manusia, antar kehidupan dan antar kepentingan di semua aspek budaya, terlebih sosial dan ekonomi. Perubahan gaya hidup dan intensitas transaksi ekonomi berbasis online misalnya telah mengalahkan peran dan kekuasaan sebuah negara. Terutama dalam aspek keuangan.
6. Dalam konteks transformasi informasi yang telah mendikte perkembangan budaya dan prinsip hidup suatu bangsa, maka peran media massa berbasis IT dan internet itu sangat dominan dan kemudian mewariskan tradisi berkomunikasi dan berbudaya yang sangat berbeda. Kecepatan dan keragaman informasi misalnya jauh lebih utama ketimbang akurasi dan keunggulan ideal media yang lainnya. Inilah yang menumbuhkan budaya desas desus, budaya hujat-caci dan juga budaya hoax itu. Itulah budaya Indonesia sekarang. Itulah tamaddun baru itu sekarang. Itulah dia media massa sekarang.
7. Merujuk pada tema seminar ini yang ingin mendiskusikan tentang peran media massa dalam mereaktualisasi kebudayaan Melayu menuju budaya Melayu yang maju dan cemerlang sesuai dengan visi Riau 2020 nya itu, maka posisi budaya Melayu memang sangat lemah dan tidak bisa berharap banyak dengan kondisi dan reaktualisasi media massa yang ada. Karena budaya Melayu sekarang di Indonesia tidak memiliki instrumen dan insfrastruktur penunjang yang akan menjadi kekuatan membesarkan dan merawat serta memelihara budaya Melayu sebagai warisan masa depan. Budaya Melayu bukan budaya mainstream. Hanya follower. Tidak menentukan dan terus didikte oleh budaya mainstream yang nota bene telah diharu-biru oleh budaya IT dan media sosial yang sangat-sangat dikuasai oleh uang dan para monsternya. Kebudayaan Melayu belum bisa mendapat dukungan media massa yang maksimal, karena memang belum ada media budaya Melayu yang menjadi kekuatan untuk membangun opini, merawat serta membesarkan kebudayaan Melayu. Kalaupun ada yang cukup berperan, terutama bukan di Indonesia tapi di Malaysia, Brunei, yang memang sudah mendeklarasi ke-Melayu-an mereka sebagai kekuatan bangsa dan kenegaraan mereka.
8. Budaya suatu bangsa akan mati, punah, dan tidak mewariskan sesuatu yang berarti kalau dia tidak mampu berkomunikasi dan memotivasi para penjunjung dan pendukung budaya itu sendiri dan membangun media massanya agar mampu menjaga dan membesarkannya. Media massa pada mulanya adalah anak dan produk dari sebuah budaya. Tetapi sekarang, kemajuan teknologi dan moral hazar yang bertopeng ekonomi akan menjadi sebaliknya. Media massalah yang menjadi bapak dari budaya sebuah bangsa, karena bangsa dalam bentang arus globalisasi ini telah menjadi bangsa yang kalah dan dikalahkan.
Pekanbaru, Desember 2017
Disampaikan dalam Seminar Kebudayaan Melayu di Pekanbaru , 7 Desember 2017