Selasa, 29 April 2025
PEKANBARU (RP)- Jika penyair Malaysia Shamsudin Othman memadukan puisi modern dalam sastra Melayu, lain halnya Mariano L Kilates atau Marne Kilates. Pemenang penghargaan Filipina, penyair menulis dalam bahasa Inggris dan penerjemah ini, mengaktualisasikan bagaimana dan mengapa dia harus menulis puisi.
Dia tersadar oleh kenyataan bahwa realitas itu kompleks, berwajah banyak, dan tak dapat direduksi jadi salah satu aspek atau metafora.
Bahkan menurutnya, hal itu adalah perjuangan-seperti yang konstan bergulat Yakub dengan malaikat yang menolak memberinya nama atau memperlihatkan wajahnya (atau yang mungkin berubah jadi Tuhan atau saudaranya sendiri) dalam pencarian dan penciptaan makna, dan representasi yang memadai perusahaan yang creditable dapat mengakibatkan penangkapan, hal ini disebut kondisi manusia.
‘’Bila ini diwarnai oleh kekhasan kebangsaan, bahwa penyair lahir dari geografi tertentu dengan semua kecelakaan yang sejarah-lompatan dan dips, swap dan pergeseran dari pusaran disebut peradaban, dan ragam proses (perjuangan, kelangsungan hidup, revolusi, penundukan, penjajahan, pembebasan, pencerahan, ilusi)-situasi yang tampaknya lebih keras,’’ kata Mariono dalam ocehannya di situs pribadinya http://nameabledays.jimdo.com.
Dalam mindanya, penyair harus mengakui dan pada saat yang sama bersaing dengan identitasnya sendiri atau kurangnya itu, dan tempat komunitasnya di dunianya dan posisi negaranya di antara lapisan dan urutan kekuasaan dari semua ekspresi kekuatan, perjuangan, penyerahan, dan mudah-mudahan pembebasan di dunia.
Walau telah menerbitkan tiga buku puisi, dan berbagai buku terjemahan puisi dari Filipina ke dalam bahasa Inggris (bukunya Anak-anak Membentak Puisi & Lain (1988), Puisi en Route (1998), Sebagian Besar di Monsoon Cuaca (2007), dan Gambar seperti Puisi, Puisi sebagai Pictures & Lainnya (Re) Visi (2011, dalam produksi), tak membuatnya minder apalagi miskin berkarya. Malahan, hasil terjemahannya, meliputi buku-buku dan karya-karya penyair terkemuka seperti artis nasional sastra Virgilio S Almario (Rio Alma) dan Bienvenido Lumbera, Rogelio Mangahas, Yesus Manuel Santiago, dan Mike Bigornia.
Dengan karyanya itu, Kilates telah memenangkan Don Carlos Palanca Memorial Awards untuk Sastra, Manila Kritik Lingkaran Nasional Penghargaan Buku, dan Asia Tenggara (Sea Write) Penghargaan diberikan oleh royalti Thailand. Karyanya telah muncul dalam antologi, Bahasa untuk Abad Baru, Puisi Kontemporer dari Asia Timur Tengah, dan Beyond (WW Norton, 2008).
Sebagai penulis lepas, Kilates adalah seorang konsultan komunikasi, pidato, dosen, dan editor buku meja kopi, ia juga direktur kreatif mantan periklanan dan telah memenangkan penghargaan industri seperti Advertising Kongres Filipina Araw Awards, Pusat Budaya Filipina (PKC) Gawad untuk Media Massa, dan Misa Katolik Penghargaan Media (CMMA).
Lalu apa yang jadi kelebihan Mariano sendiri? ‘’Dia ini tergolong lasak dan penuh kreativitas dalam menghasilkan karya-karya yang fenomenal,’’ kata sekretaris pelaksana KAPLF Sutrianto, Rabu (5/10).
Dalam penilaian kurator, lanjutnya, nama Mariano sudah tak asing lagi. Ia begitu piawai menghasilkan bait-bait puisi yang menantang dan menakjubkan.
Penyair dan juga sastrawan banyak yang memuji hasil karyanya, namun tak sedikit yang mengkritik. Panitia memandang dia sangat pantas sebagai peserta dalam temu penyair. Di negaranya, ia dikenal dengan julukan penyair.
Kilates mengenyam pendidikan di College Firman Ilahi di Legazpi City, dan telah menghadiri Lokakarya Silliman Penulis dan Universtiy Lokakarya Nasional Filipina Writers.
Selain itu ia adalah anggota Dewan dari Unyon ng Pilipinas Samga Manunulat (UMPIL) atau Uni Penulis Filipina, PEN Filipina, dan merupakan Associate Fellow Dewan Kesenian Filipina Sastra (plac).(aal)