Rabu, 19 Februari 2025
Anugerah Sagang ke 15 Tahun yang berlangsung, Jumat (29/10) di Labersa Hotel memberikan makna tersendiri bagi perkembangan kebudayaan Melayu kini dan nanti. Bahkan Yayasan Sagang selaku penyelenggara, tahun ini memberikan satu penghargaan khusus dengan nama Anugerah Sagang Kencana kepada enam pelaku seni/budaya yang berdedikasi dalam bidangnya.
Pelaksanaan kegiatan ini juga berdekatan dengan perayaan hari Sumpah Pemuda ke 82 tahun. Karena itu, Rida K Liamsi dalam sambutannya, mengutip pernyataan Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri mengatakan, bahwa puisi adalah Sumpah Pemuda. Bahkan negara Republik Indonesia sesungguhnya didirikan atas landasan sebuah puisi. Begitu pentingnya, makna yang terkandung dalam kata-kata imajinatif itu dan belum tersaingi hingga hari ini.
Dalam kesempatan itu, Rida K Liamsi mencatat empat hal penting dalam pelaksanaan Anugerah Sagang tahun ini. Pertama, mempertahankan anugerah kebudayaan ini adalah sebagai tradisi dan tentu tidak akan terwujud jika tidak didukung semua pihak. Kedua, di peringatan anugerah ke 15 tahun ini, Yayasan Sagang memberikan penghargaan tertinggi yakni Anugerah Sagang Kencana kepada. Anugerah itu diberikan kepada enam orang seperti Soeman HS (alm), BM Syamsudin (alm), M Yazid (alm), OK Nizami Jamil, Amrun Salmon dan Sutardji Calzoum Bachri.
Ketiga, sehari sebelum perayaan puncak Anugerah Sagang 2010, Yayasan Sagang menaja seminar tentang Masa Depan Sastra Melayu yang menampilkan dua pembicara Sastrawan Dr Kamal Abdullah (Malaysia) dan Sutardji. Ada sebuah pernyataan penting yang dipakukan Sutardji bahwa sesungguhnya NKRI ini didirikan atas landasan sebuah puisi. Puisi besar yang belum tersaingi hingga hari ini adalah Sumpah Pemuda. Puisi itu telah mengubah sejarah bangsa ini untuk berbahasa satu bahasa Indonesia. Dan bahasa Indonesia itu, pada kenyataan awalnya adalah berasal dari bahasa Melayu, bahasa lokal yang disumbangkan Riau dan kawasan Melayu sekitarnya. Keempat, dalam pikiran Dr Kamal Abdullah muncul gagasan untuk menjadikan Riau sebagai pusat kegiatan penulisan karya kreatif, karya sastra yang berteraskan budaya Melayu dan menjadi Riau sebagai IOWA-nya Amerika Serikat dengan penulisan sastra kreatif, seperti Ubud Writer di Bali.
“Tahun ini Yayasan Sagang bekerja sama dengan Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR) akan memulai gagasan itu dan mewujudkannya sebagai bahagian dari tekad Riau sesuai visi 2020,” ulas Rida K Liamsi.
Malam puncak Anugerah Sagang memberikan penghargaan kepada tujuh penerima dari tujuh kategori seperti seniman/budayawan pilihan sagang, karya non buku, karya buku pilihan sagang, karya penelitian, jurnalistik, seniman serumpun dan institusi pilihan sagang.
Dalam orasi budayanya, Seniman/Budayawan Pilihan Sagang Eddy Akhmad RM menegaskan, menulis cerpen dan puisi baginya merupakan manivestasi dari kesadaran untuk memahami karya seniman yang agung. Jalaludin Rumi mengatakan, dengan tangannya dunia ini bagaikan kanvas yang terlukis. Sementara baris-baris firmanNya adalah untaian puisi dan yanyian keindahan yang tiada duanya. Artinya, Tuhan sendiri, memilih cara terbaik dalam mengalirkan pesan-pesan makrifat-Nya. Tuhan menggunakan cara yang terfasif melalui bahasa seni yang indah.
“Penghargaan ini adalah kemenangan para seniman di sini dan sebagian akan saya sumbangkan kepada Iyup, gadis Melayu yang menjadi babu di rumah Cina sehingga tak sempat menikah. Selain itu, saya berikan kepada Tengku M Yunus seorang keturunan Kesultanan Siak, yang terpaksa jadi pengemis di Pekanbaru. Terima kasih saya ucapkan kepada istri dan anak saya yang merelakan saya pergi ke tempat maksiat meski kecemasan selalu menemani mereka,” kata Eddy panjang lebar.
Sutardji yang juga diminta membacakan orasi budaya, kembali menegaskan, bahwa puisi adalah seperti Tuhan mengajarkan Adam untuk memberi nama benda-benda seperti peristiwa, benci dan segala rasa yang ada pada manusia. Di sini, Sutardji juga membacakan sebuah sajak yang berhubungan dengan sumpah pemuda bertajuk Wahai Pemuda Mana Telurmu/Apa Gunanya Merdeka/Kalau Tak Bertelur/Apa Guna Bebas/Kalau Tak Menetas/Wahai Bangsaku/Wahai Pemuda Mana Telurmu?/Burung Jika Tak Bertelur/Tak Menetas/Sia-sia Saja Terbang Bebas.”
Dalam perayaan malam puncak Anugerah Sagang 2010 yang dihadiri seniman/budayawan, para intelektual, tamu-tamu kehormatan dan orang umum cukup bersahaja. Ditambah lagi berbagai penampilan seni seperti tari oleh PLT Laksemana dan SMA 1 Pekanbaru dengan muskialisasi puisi karya Sutardji dan Amir Hamzah.
Meski Gubenur Riau tidak berkesempatan hadir namun wakil yang diutusnya Asisten 2 Pemperov Riau Emrizal Pakis mengucapkan selamat kepada seniman/budayawan dan para intelektual yang meraih penghargaan ini. Semoga saja, anugerah ini menjadi pendorong seniman/budayawan dalam menciptakan karya yang gemilang untuk kebesaran dan citra budaya Melayu.
Berdirinya Yayasan Sagang bernilai strategis dalam memberikan keleluasaan bagi pengkarya untuk melahirkan karya-karya unggul sehingga meningkatkan apresiasi masyarakat umum pada kebudayaan Melayu.(FED)