Selasa, 29 April 2025
PEKANBARU (RP)-Kreatifitas Yayasan Sagang salah satu bagian dari Riau Pos Grup, dalam pengembangan kebudayaan Melayu kini semakin serius. Setelah Majalah Sagang, Anugerah Sagang dan penerbitan buku-buku sastra dan seni selama 17 tahun, kini komitmen Yayasan Sagang menjaga eksistensi budaya Melayu, masuk ke ranah pendidikan formal. Bekerja sama dengan Yayasan Pusaka Riau (YPR), Yayasan Sagang kini akan mengelola satu-satunya Akademi yang bergerak di bidang kebudayaan yakni Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR).
Kerja sama mitra pengelolaan AKMR ditandai dengan penandatanaganan nota kesepahaman oleh Syaukani Al Karim, dari Yayasan Pusaka Riau dengan Ketua Yayasan Sagang, Kazzaini KS disaksikan Ketua Pendiri Yayasan Sagang Rida K Liamsi, Pembina Yayasan Pusaka Riau Taufik Ikram Jamil serta Gubernur Riau, DR (HC) HM Rusli Zainal SE MP. Tidak hanya itu, hadir juga beberapa budayawan serta tokoh dan berbagai elemen masyarakat. Diantaranya, Armawi KH, COO RPMG Divre Pekanbaru H Sutrianto, PU Riau Pos H Zulmansyah Sekedang, Pemred Riau Pos Raja Isyam Azwar, Ombusmen RPG Syamsul Bahri Samin, Amzar, Eddy M Yatim, Menrizal Nurdin, Fakhrunnas MA Jabbar dan lainnya.
Gubri Rusli dalam sambutannya, memberikan apresiasi yang tinggi atas kerja sama tersebut. Ditegaskannya, Komitmen Pemerintah lewat visi 2020 yakni menjadikan Riau sebagai Pusat perekonomian dan pusat kebudayaan Melayu dalam lingkup masyarakat agamis tentu akan semakin bergairah.
'Secara jujur kini memang masih berserak, mari kita susun dan inventarisasi serta implementasikan semua yang menjadi skala prioritas. Ini bisa menjadi rujukan dari pusat kebudayaan Melayu dengan membuat program besar agar menjadi tujuan bersama. Terus terang saya sendiri sudah memiliki master plan untuk AKMR,' terangnya.
Dia juga mengaku belum menemukan sosok yang mampu menterjemahkan implementasi kebudayaan yang ada. Untuk itu, dia berharap kerja sama ini dijadikan sebagai tonggak awal mewujudkan pusat kebudayaan Melayu. Semua itu diharapkan kepada AKMR yang menjadi satu-satunya kampus untuk melestarikan kebudayaan Melayu. Terkait dengan harapan AKMR
tetap di Komplek Bandar Serai (purna MTQ), Gubri mengatakan tidak ada masalah.
Gubri juga mengungkapkan master plan tersebut tidak dihapus. Tidak hanya itu, Pemprov Riau juga sudah menyediakan satu areal untuk fasilitas kampus di daerah area kebudayaan di purna MTQ.
'Cita-cita besar dimulai dengan keinginan yang besar. Ini amanah yang harus kita
sadari bahwa Melayu tidak akan hilang di bumi,' harapnya.
Pembina Yayasan Pusaka Riau H Drs Taufik Ikram Jamil menyebutkan, AKMR sudah mulai dibicarakan sejak 1983 dan pada 2004 dengan berbagai dipertimbangkan terbitlah AKMR sebagai satu-satunya akademi kesenian di Riau. Selalu timbul pertanyaan, mau dibawa kemana lulusan institusi kesenian ini. Mereka memberikan wewenang ke dinas Tenaga Kerja. Tidak
hanya itu, dengan minimnya anggaran yang dimiliki AKMR, seluruh seniman, tenaga pengajar hingga mahasiswa tetap berlatih untuk mengembangkan kesenian Melayu di Riau. Perhatian Yayasan Sagang diharapkan bisa membuat AKMR berkembang pesat.
'Saya bangga dengan hal ini, karena AKMR akan bermetamorfosa. Sembilan tahun dalam cemas untuk memuliakan manusia, akhirnya bisa sedikit membuka asa. AKMR diharapkan pula menjadi keramba untuk pengembangan kebudayaan,' sambut Pembina Yayasan Pusaka Riau, Taufik Ikram Jamil dihadapan ratusan hadirin serta mahasiswa AKMR. Hal serupa diungkapkan pula Ketua Pendiri Yayasan Sagang Rida K Liamsi. Menurutnya, kerja sama ini dilakukan Yayasan Sagang yang memang besar karena keinginan keras. Hal sama dilakukan AKMR yang
dimulai dari cita-cita besar pula. Karenanya Sagang akan membantu dalam mengelola manajemen AKMR.
'Jika ada semangat besar tidak ada yang bisa roboh. Modal semangat yang kuat RPG bisa, begitu juga dengan AKMR. Kita memberikan apresiasi dengan kerja keras selama ini. Paling tidak, ini bisa menjadi suntikan untuk menuju Sekolah Tinggi Kesenian Riau,' ujarnya.
Tidak hanya itu, Rida mengungkapkan jika Gubri masih memberikan izin penggunaan lokasi purna MTQ sebagai kampus AKMR, Yayasan Sagang akan melakukan sedikit pembenahan terutama dalam bidang fisik. Hal tersebut dilaksanakan agar pada saat pelaksanaan Korea Asean Poets Literature Festival (KAPLF) di Riau, seluruh kegiatan kesenian akan difokuskan di AKMR. Visi Riau menjadi pusat kebudayaan Melayu tidak hanya dijadikan prioritas, namun dukungan untuk itu juga muncul dari berbagai kalangan budayawan baik dalam maupun luar negeri. Tidak hanya itu, pada perhelatan PON ke depan, AKMR diharapkan bisa menjadi kawasan kesenian Riau agar orang bisa melihat jejak kebudayaan Melayu. Spirit itu bisa dilanjutkan dan akan menjadi salah satu sumbangan penunjang PON.
Terkait dengan kerja sama yang ditandai dengan penandatanganan MoU antara Yayasan Pusaka Riau dengan Yayasan Sagang ini, Ketua Yayasan Sagang, Kazzaini KS menyambut dengan suka cita. Menurutnya, kerja sama ini adalah program perdana yayasan yang tergabung di Riau Pos Grup dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini, pola kemitraan yang digalang guna meningkatkan inovasi dan memberikan ruang lebih kepada calon seniman di Akademi Kesenian Masyarakat Riau (AKMR).
'Ini adalah kemitraan perdana Yayasan Sagang dalam bidang pendidikan. Kita harapkan kerja sama ini membuat perkembangan seni dan budaya Riau bisa lebih baik dan lebih maju. Untuk menyongsong, Riau menjadi pusat budaya Melayu di dunia,' terangnya.(eko)