Notice: Undefined offset: 4 in /home/u6048245/public_html/erdeka/metadata.php on line 20
Eddy RM Seniman Sagang 2010 - Rida K Liamsi
 

Eddy RM Seniman Sagang 2010

Budaya Rabu, 03 November 2010
Eddy RM Seniman Sagang 2010
Eddy Akhmad RM

PEKANBARU (RP)- Setelah melakukan beberapa kali penilaian, akhirnya tim penilai Anugerah Sagang 2010 melakukan penilaian akhir, Sabtu (9/10), untuk menetapkan siapa yang akan menerima anugerah kebudayaan yang sudah berumur 15 tahun itu.
 
Seperti diprediksi semula, tim penilai mengaku kesulitan untuk membuat keputusan. Karena, untuk beberapa kategori, nilai masing-masing nominator berimbang. Bahkan, tak jarang tim penilai melakukan voting untuk menentukan siapa penerimanya.

Rapat penilaian itu sendiri berlangsung cukup lama. Dimulai pukul 10.00 WIB, baru mencapai kata akhir sesaat menjelang adzan maghrib. Selain melakukan penilaian melalui penentuan skor, tim penilai juga berdebat mengutarakan argumen atas penilaiannya. Argumen itu bisa panjang dan memanas dengan mengemukakan referensi dan pertimbangan lainnya.

‘’Seperti biasa, penilaian atas nominator Anugerah Sagang selalu berlangsung hangat dan seru. Apalagi tahun ini, penilaian semakin ketat dan perdebatannya juga lebih hidup,’’ kata ketua tim penilai H Rida K Liamsi.

Setelah melalui penyaringan itu, akhirnya tim penilai menghasilkan para penerima anugerah tersebut. Untuk kategori seniman/budayawan, akhirnya tim penilai memilih Eddy Akhmad RM. Penyair yang juga wartawan ini, harus bersaing ketat dengan Marhalim Zaini, sastrawan muda yang sedang bergairah. Bahkan, setelah penentuan skor, ternyata nilai keduanya berimbang. Marhalim Zaini dinilai sangat kuat dalam karya-karyanya. Sedangkan Eddy Akhmad RM dinilai sangat kuat pada pengaruhnya, baik pengaruh karya, maupun pengaruhnya secara personal.

‘’Dewan juri akhirnya memutuskan untuk memilih Eddy RM. Pada penentuan skor, nilainya memang sama dengan Marhalim. Namun melalui perdebatan panjang tim penilai, akhirnya kita memilih penyair huruf kapital yang juga ketua Dewan Kesenian Riau ini,’’ kata Rida.

Untuk kategori buku, persaingan juga cukup ketat. Buku pemenang, yaitu Tuan Presiden, Keranda, dan Kapal Sabut, sebuah buku kumpulan cerita pendek karya Musa Ismail, harus bersaing ketat dengan buku kumpulan puisi Tersebab Aku Melayu karya Taufik Ikram Jamil dan novel Nyanyian Kemarau karya Harry B Koriun. Namun setelah melihat kualitas isi, kualitas penerbitan, dan ketunakan penulisnya, akhirnya tim penilai memilih sastrawan yang juga guru sekolah itu sebagai penerima anugerah kategori buku pilihan itu.

Perdebatan sengit juga terjadi pada pemilihan karya jurnalistik budaya dan kategori karya penelitian budaya. Akhirnya, untuk kategori karya jurnalistik budaya, tim penilai memilih reportase Andi Noviriyanti yang dimuat di Harian Riau Pos dengan judul Cara Anak Muda Kuansing Selamatkan Warisan Sejarah; Gara-gara Facebook Museum itu Berdialog.

Sedangkan untuk karya penelitian, tim penilai memilih penelitian berjudul ‘’Berpantun, Bersyair, dan Bergurindam di Sekolah dengan Metode Estafet Writing’’ (Sebuah penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan motivasi dankemampuan menulis puisi lama) di sekolah karya Dra Sitti Syathariah.

‘’Kedua karya (jurnalistik budaya dan penelitian budaya) ini, nilai plusnya kami lihat pada cara mereka menarik angle futuristik. Ada sesuatu yang baru yang mereka tawarkan,’’ kata Rida.

Bila empat kategori di atas harus melalui penentuan skor, voting, dan perdebatan panjang, hal sebaliknya justru terjadi pada tiga kategori lainnya, yaitu karya non buku, institusi atau lembaga seni, serta anugerah serantau. Dewan juri memutuskan penerimanya melalui aklamasi. Meski aklamasi, keputusan ini bukannya didapat dengan mudah. Dewan juri tetap melakukan perdebatan sengit serta mengeluarkan argumen serta segala referensi.

Untuk karya non buku pilihan, tim penilai memilih sinetron Mengejar Cahaya karya Hang Kafrawi. Sinetron ini dinilai sangat bersahaja dan kualitasnya juga sangat bagus. Dunia sinetron atau film memang dinilai masih langka di Riau. Diharapkan, Anugerah Sagang dapat memicu dan memacu kreativitas di bidang ini.

Sedangkan kategori institusi/lembaga seni pilihan, tim penilai memilih Lembaga Pengkajian dan Pengembangan UIN Suska Riau. Lembaga ini dinilai sudah sangat banyak perhatiannya terhadap kebudayaan Melayu, terutama Melayu Riau. Hasil penelitiannya mereka tentang Riau sudah berjumlah ratusan. Sebagian besarnya malah sudah dibukukan. Sedangkan Anugerah Serantau, tim penilai memilih Prof Zainal Keling, budayawan asal Malaysia. Zainal Keling, sampai kini dikenal sangat serius dalam membahas soal budaya Melayu di berbagai universitas serta forum-forum di Malaysia.

Anugerah Sagang Kencana untuk Enam Orang
Anugerah Sagang tahun ini memang benar-benar spesial. Selain helatnya lebih besar, anugerah tahun ke-15 ini juga akan memberikan penghargaan spesial kepada orang spesial pula. Anugerah ini diberi nama Anugerah Sagang Kencana.

Siapa yang menerima? Mereka adalah seniman/budayawan yang memang telah melampaui batas kesenimanan seniman biasa. Mereka dinilai telah mendedikasikan diri dan karyanya untuk kemajuan seni dan budaya Melayu.

Special achievement ini, menurut H Rida K Liamsi, pendiri Yayasan Sagang sekaligus ketua tim penilai Anugerah Sagang 2010, hanya diberikan pada saat-saat tertentu dan waktu tertentu pula. Momen tahun ini, katanya, mengambil momen 15 tahun. Mungkin anugerah kategori ini akan diadakan pada momen 20 tahun, seperempat abad, atau lainnya.

‘’Begitu juga sang penerima, harus spesial dan dinilai sudah melewati batas-batas lazim seniman yang ada,’’ kata Rida. Berdasarkan hasil rapat pleno tim penilai Anugerah Sagang 2010, Sabtu (9/10), penerima Anugerah Sagang Kencana tahun ini ada enam orang. Mereka adalah Sutardji Calzoum Bachri, Soeman Hs, Amrun Salmon, OK Nizami Jamil, BM Syam, M Yazid.

Keenam seniman/budayawan ini, dinilai tim penilai sangat layak mendapatkan Anugerah Sagang Kencana. Lagi pula, mereka selama ini memang belum pernah mendapatkan Anugerah Sagang. Baik karena sudah terlebih dahulu berpulang ke rahmatullah, atau karena alasan yang lain.

Sutardji Calzoum Bachri, kata Rida, adalah Presiden Penyair Indonesia yang merupakan anak jati Riau. Selain menjadi rujukan dan mendapat apresiasi tingkat internasional, Sutardji juga telah menemukan bentuk baru dalam dunia perpuisian yang kemudian dikenal dengan puisi mantera. Sedangkan almarhum Soeman Hs, dia adalah sastrawan panutan hingga sekarang. Meskipun sudah berpulang ke rahmatullah, namun hasil karya abadi dan diberi apresiasi hingga kini. Soeman Hs, meskipun berasal dari Sumatera Utara, namun pemahaman dan pengamalan kemelayuannya serta karya-karyanya bahkan lebih Melayu dibanding sebagian sastrawan Melayu itu sendiri.

Bagaimana dengan OK Nizami Jamil? Sosok satu ini memang agak sulit mencari referensi karyanya. Namun melihat kiprahnya dalam mendorong pemakaian budaya Melayu dalam beragam kehidupan sehari-hari, serta mengenalkan budaya Melayu di tingkat nasional, sosok OK Nizami Jamil ini dinilai sangat layak. ‘’Kalau dulu, helat dan pengantin Melayu selalu dipaksakan menggunakan budaya yang bukan Melayu. Namun berkat upaya dia, hampir semua helat dan pernikahan Melayu sudah menggunakan budaya Melayu. Itu contoh kecil keberhasilan beliau,’’ kata Rida.

Sedangkan Amrun Salmon, dia adalah perupa yang hampir sepanjang hidupnya sudah menghasilkan ratusan karya yang monumental. Baik karya berupa monumen dan patung, maupun hasil rancangan. Bahkan, batik Melayu yang kini sudah memasyarakat itu, sebagiannya merupakan hasil rancangan Amrun Salmon.

Sementara itu, sosok BM Syam sendiri memang dikenal sangat kuat dalam karya-karyanya. Sampai-sampai, halaman luas untuk ekspresi seniman di komplek Bandar Serai diberi nama Laman Bujang Mat Syam, sesuai dengan namanya. Penerima terakhir adalah M Yazid. Dia adalah pemusik yang sudah mendedikasikan hidupnya untuk musik. Makanya, ketika beliau meninggal beberapa pekan lalu, masyarakat Riau sangat kehilangan.

‘’Semua nama yang akan menerima Anugerah Sagang Kencana ini adalah tokoh-tokoh sentral dalam kebudayaan Melayu. Mereka patut dikenang dan diberi apresiasi tinggi. Selama ini mereka adalah ikon bagi kebudayaan Melayu dan selalu menjadi referensi saat berkarya,’’ sebut Rida.(bud/tom/rpg)