Anugerah Sagang 2015

Jadikan Kebudayaan Melayu sebagai Warisan Dunia

Budaya Minggu, 01 November 2015
 Jadikan Kebudayaan Melayu sebagai Warisan Dunia
Ketua Pembina Yayasan Sagang Rida K Liamsi berfoto bersama penerima Anugerah Sagang Kencana 2015, Rabu (28/10) di lantai 11 gedung Graha Pena Riau. Defizal/Riau Pos

Tradisi penyerahan anugerah kepada insan-insan seni budaya tajaan Riau Pos melalui Yayasan Sagang kembali digelar tahun ini. Helat budaya paling bergengsi yang sudah memasuki tahun ke-20 itu dilaksanakan di Gedung Graha Pena Riau lantai 11. Keramaian malam itu tampak begitu meriah selaras dengan kemeriahan yang berlangsung selama pertunjukan berjalan.

Kehendak hati para tamu undangan untuk menjadi saksi sejarah dari penyerahan Anugerah Sagang Kencana 2015 begitu antusiasnya sehingga hujan yang mengguyur Pekanbaru malam itu tidaklah menjadi penghalang sama sekali. Hal itu terlihat, parkiran yang telah disediakan di laman perkantoran RPG dan Rtv penuh sesak oleh kendaraan para tetamu undangan dari berbagai kalangan insan seni budaya secara personal, kelompok, pengusaha dan bahkan pejabat negeri ini.

Mereka semua kemudian tampak memanfaatkan momen tersebut sebagai perjumpaan hangat dari sebuah silaturahmi. Hal itu dapat dilihat dan dirasakan menjelang acara berlangsung, salam hangat, tawa canda, bincang-bincang kecil pun menjadi pemandangan yang tak asing lagi di gedung kebanggaan RPG tersebut.

Sekitar pukul 20:00 WIB, para tamu undangan pun mulai menuju ke lantai 11. Pandangan kita pun langsung dapat melihat susunan kursi dan sebuah panggung yang berukuran sekitar 16 x 4 meter. Siraman lampu warna-warni beserta set dekor yang menghiasi panggung serta tepuk tangan penonton menambah meriahnya acara.

Sebuah tarian persembahan sebagai penanda bermulanya acara. Kemudian dipandu oleh Monda Gianes dan Asma Aini selaku pembawa acara, acara pun berjalan sebagaimana yang telah ditetapkan panitia penyelenggara. Ketua Yayasan Sagang, Kazzaini Ks dalam sambutannya mengatakan semula acara Anugerah Sagang Kencana 2015 akan digelar dengan konsep taman, tepatnya di Taman dan Tembok Madah Poedjangga yang baru beberapa pekan ini diresmikan. Tetapi disebabkan cuaca yang tidak bisa diduga dan bencana asap yang masih belum berkurang sepenuhnya, makanya acara digelar di lantai 11 Graha Pena Riau.

Bagi Yayasan Sagang, kegiatan yang memasuki tahun ke-20 ini, merupakan suatu kebanggaan yang luar biasa. Setidaknya lanjut Kazzaini, Riau Pos melalui Yayasan Sagang sudah berupaya demikian rupa dalam rangka memberikan sumbangsih terhadap visi Riau 2020. “Meskipun saat ini, kita melihat visi dan misi itu masih belum jelas juga arahnya. Tetapi paling tidak, melalui kegiatan ini, dapatlah kiranya memicu kebersamaan kita untuk menentukan bagaimana arah yang diinginkan,” ucap Ketua Umum Dewan Kesenian Riau (DKR) itu.

Namun demikian, dalam pada itu, berbagai kegiatan terus dilakukan para seniman di negeri ini. Riuh rendah kreatifitas terus berlangsung dari tangan-tangan para kreator tanpa terganggu dengan hal-hal lain yang pandang Kazzaini sebagai perhatian pemerintah yang belum maksimal saat ini. Dicontohkanya, DKR yang saat ini boleh dikatakan lumpuh karena tidak adanya support dari pemerintah. “Semoga beberapa hal itu kemudian menjadi renungan bersama ke depannya,” ujarnya

Sedangkan bagi Rida K Liamsi selaku Ketua Pembina Yayasan Sagang, penganugerahan yang telah dilaksanakan 20 tahun berturut-turut itu merupakan upaya untuk mengukuhkan keberadaan Riau Pos dalam memancangkan komitmennya menjadikan kebudayaan sebagai fokus kepedulian. Dengan tegas, Rida yang malam itu, mengenakan baju Melayu teluk belanga berwarna biru mengatakan Riau Pos melalui kegiatan anugerah ini, telah mendedahkan komitmen dengan cara menjadikan Yayasan Sagang sebagai pancang kebudayaan Melayu. Menjadikan anugerah ini sebagai tonggak Visi Riau 2020 di mana salah satunya, berhasrat Riau dijadikan sebagai pusat kebudayaan di Asia Tenggara.

“Sudah 20 tahun hal itu dipancangkan, diibaratkan terus tegak di laut kehidupan kebudayaan yang tak pernah reda dengan hambatan dan cabaran. Tak pernah reda di tengah cabaran menjadikan kebudayaan Melayu sebagai salah satu  puncak tertinggi kebudayaan Nasional Indoneisa. Artinya dari seperempat abad, usia Riau Pos, yang menjadi komitmen utama adalah ikut serta memberi ruh dan semangat menjadikan kebudayaan Melayu sebagai warisan dunia, subhanallah” ujar Rida.

Agar tetap tumbuh dan berkembang dalam komitmen yang telah digaungkan, dikisahkan Rida, Sejumlah upaya telah dilakukan dalam rentang waktu yang tidak sebentar itu, yang tujuannya tak lain untuk menandai keberadaanya. Yayasan Sagang, selain menyelenggarakan Anugerah Sagang, juga sudah seiring dengan itu, telah menerbitkan 100 lebih buku sastra, sudah menerbitkan majalah budaya Sagang. Menurutnya, sebuah majalah paling lama bertahan selain majalah sastra Hosrison. “Bahkan Yayasan Sagang saat ini telah membina sebuah lembaga pendidikan kebudayan dengan ikut serta mengelola Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR).

Selain itu, helat-helat sastra bertaraf Nasional bahakn International juga sudah diselenggarakan seperti lomba baca puisi, bekerja sama dengan Yayasan Panggung Melayu menggelar Hari Puisi Indonesia (HPI). festival penyair Korea Asean dengan mendatangkan 70 penyair di Asia. Sebagai ilembaga inisitor dan inspirator Hari Puisi Indoneisa yang telah dideklarasikan November 2012. 

Saat ini, berbagai program juga terus digesa, Yayasan Sagang telah pula menginspirasi lahirnya Yayasan kebudayan baru, Riau Pos Grup seperti mendirikan Yayasan Jembia Emas di Batam, di mana tahun depan juga akan melaksanakan penyerahan penghargaan Jembia Emas kepada insan-insan yang tunak dan mendedikasikan diri kepada seni budaya.

Dipaparkan Rida, tradisi ini dilanjutkan dari tahun ke tahun sejak 1996, selain memberi memberikan penghargaan tahunan, di 2015 ini, untuk kedua kalinya Yayasan Sagang memberikan Anugerah Sagang Kencana. Anugerah khusus yang diberikan setiap lima tahun sekali kepada sosok seniman budayawan yang sepanjang hidupnya tiada pernah berhenti mengabdikan diri kepada seni dan budaya terutama budaya Melayu.

“Anugerah Sagang memancang pancang nibung kebudayaan Melayu di tengah-tengah arus kebesaran budaya dunia. Anugerah Sagang sebagai bahagian upaya mewujudkan visi Riau 2020 bidang kebudayaan. Tempat camar-camar kesenian hinggap dan bermain. Pancang nibung di sudut berdengung, entah berapa camar yang pernah hinggap dan meninggalkan jejak di puncak gunung,” ujarnya tegas.


Prosesi yang Meriah

Sebagaimana tradisinya selama ini, sebelum diserahkan anugerah kepada penerima, dilaksanakan prosesi tari-tarian dari mahasiswa Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR). Gegap gempita suasana yang tak dapat dielakkan, riuh rendah bunyi tengkah musik berpadu dengan gerak belasan penari yang menggunakan panggar sebagai properti. Sementara itu, simbahan cahaya lampu pertunjukan turut menyirami seisi ruangan, tepuk tangan bergemuruh, turut pula melengkapi kemeriahan di malam penyerahan Anugerah Sagang Kencana 2015 tersebut.

Usai tarian prosesi digelar, terdengar suara nafiri nyaring mengisi ruangan, sejenak kemudian, belasan muda-mudi mengarakkan plakat dan sejumlah properti penghargaan lainnya dari belakang penonton. Arak-arakkan tersebut kemudian diiringi dengan sebuah aransmen musik khusus teruntuk Anugerah Sagang karya SPN Eri Bob. Menjelang naik ke panggung, arak-arakkan diberi berkat serta restu dengan simbol tebaran beras kunyit yang ditebarkan oleh beberapa tamu undangan yang hadir.

Kemudian, satu persatu para penerima anugerah Sagang tahunan disebutkan oleh pembawa acara, diselingi pula dengan pemutaran profil nominator dan pemenang. Karya buku Sejarah Melayu karya Dr Ahmad Dahlan ditetapkan sebagai penerima anugerah serantau pilihan Sagang 2015. Sebuah buku yang ditulis oleh penulisnya dengan alasan bermula dari kecemasan, takut kalau-kalau anak-anak Melayu hari ini dan masa mendatang tidak tahu dengan sejarah bangsanya sendiri. “Dari kecemasan itulah saya menulis buku ini, karena sungguh akan sangat menyedihkan ketika menyaksikan anak-anak Melayu tidak tahu dengan sejarah leluhur mereka. Semoga kehadiran buku ini bisa menambah dan menjadi bacaan tentang warisan leluhur dan sekaligus dapat mengubah anak-anak Melayu supaya lebih sukses di masa mendatang,” ucap Walikota Batam itu.

Seturut kemudian, penerima anugerah kategori intitusi/lembaga pilihan Sagang 2015 pun disebutkan. Seorang anak muda asal kabupaten Kepulauan Meranti bernama Soepandi naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan atas kerja keras dan ikhlasnya memimpin, membina anggotanya dalam satu wadah berkeatifitas yang meraka namakan Sangga Bathin Galang.

Untuk penerima anugerah kategori non-buku pilihan Sagang 2015, ditetapkan sebuah helat pameran kartun yang bertajuk Pekanbaruko dari Sindikat Kartunis Riau (Sikari). Naik ke atas panggung, pimpinannya Furqon Elwe bersama sejumlah anggota lainnya. Mewakili rekan-rekannya,, Furqon menyebutkan berkarya bagi mereka adalah penyeimbang hidup. Yayasan Sagang juga demikian, penghargaan yang diberikan sebagai bukti bahwa Yayasan Sagang sebagai penyeimbang kebutuhan seniman dan kebudayaan,  tunak dan konsisten, terima kasih Yayasan Sagang,” ujarnya.

Penulis muda Riau, Ahmad Ijazi Hasbullah ditabalkan sebagai penerima kategori anugerah buku pilihan Sagang 2015 atas karyanya, buku kumpulan puisi bertajuk Bahtera. Selanjutnya, seniman budayawan pilihan Sagang ditetapkan, Husnu Abadi tampil sebagai penerimanya. Baginya, seniman dan budayawan adalah seorang yang terus menjalani kehidupan dengan penuh optimisme. Perjalan kehidupan manusia harus terus direkam guna mengabarkan kembali dalam bentuk karya kepada manusia.

“Seniman dan budayawan harus mengekspresikan semuanya. Menawarkan harapan-harapan  yang menggembirakan, memberikan sesuatu yang bermakna bagi negerinya. Dan seniman harus tampil ke depan dengan kabar gembiranya itu, harus disuarakan harapan demi harapan bahkan juga perlu melaungkan perlawanan, bila diperlukan,” ujarnya.

Selanjutnya, ke lima penerima anugerah Sagang Kencana pun berturut-turut pula dibacakan dan diminta kesedian untuk tampil di atas panggung guna menerima sebentuk tropi dan lainnya dari Chairman Riau Pos, Rida K Liamsi. Ada pun para penerima anugerah Sagang Kencana yang telah disepakati tim penilai adalah Alamarhum Ibrahim Sattah, seorang penyair asal Riau yang telah membawa nama Riau sampai ke pentas nasional bahkan international. Penerima anugerah lainnya, almarhum Umar Umaiyyah Ali, penari yang juga dengan laryanya turut mengharumkan nama Riau ke tingkat nasional bahkan atas dedikasinya itu, ditablakan nama almarhum di salah satu bangunan di Taman Budaya Provinsi Riau.(fed)

Anugerah Sagang Kencana juga diberikan kepada Prof Tabrani Rab, tokoh budayawan yang tak henti-henti menulis, terus menyampaikan pemikirannya lewat sejumlah tulisannya yang dinilai sangat memberikan sumbangsih bagi perekembangan negeri ini bahkan melalui rubrik tetapnya di Riau Pos mingguan, bernama Tempias, telah menghasilkan 5 jilid buku.

Seorang musisi Riau, Hery Syahrial alias Eri Bob ditabalkan juga sebagai penerima Anugerah Sagang Kencana. Eri Bob bersama grup musiknya Geliga dan Bujanggi dinilai sebagai pemusik yang menjadikan musik Melayu mampu bersanding dengan musik dunia dengan konsep Jazz Melayunya.

DR Chaidir MM, selaku budayawan penerima Anugerah Sagang Kencana berikutnya. Tokoh masyarakat satu ini juga tidka pernah berhenti menulis, mewariskan pemikirannya terkait dengan fenomena berbagai lini kehidupan manusia. Menyoroti berbagai hal melalui kolom Sigai di Riau Pos.

Dikatakan Chaidir, Riau adalah sebuah nama yang terbilang, ibarat gadis atau dara cantik yang membuat bujang mabuk kepayang. Kepak burung waktu akan membuat gadis ini tampak semakin tua, tentu dia tidak cantik lagi, tetapi dia tetap tertarik karena ada warisan berakar budaya Melayu. “Budaya Melayu itulah yang akan selalu meletakkan Riau sebagai sebuah nama terbilang dan terpandang. Dan budaya Melayu itulah yang setiap tahun disentuhkan Rida K LIamsi beserta Yayasan Sagang sehingga Riau menjadi tetap bermakna. Kita semua bangga dengan anugerah Sagang yang diberikan setiap tahunnya. Ianya kemudian memberikan motifasi kepada kami semua untuk terus berkarya, berkiprah di bidang kebudayaan,” ujar Chaidir mewakili rekan-rekan lainnya.

Selain itu, berbagai tempilan seni lainnya juga turut memeriahkan di malam puncak penerimaan Anugerah Sagang Kencana 2015 tersebut. Pertunjukan musikalisasi puisi dari grup Sound of Lingga, Musikalisasi puisi dari Arman Rambah dan Ida Wati serta persemabahan karya tari dari mahasiswa AKMR.(fed/jef)