Kamis, 12 September 2024
PENTAS lakon Opera Bulang Cahaya produksi Sanggar Teater Selembayung selama tiga malam berturut-turut, (26-28 Febuari) di Anjung Seni Idrus Tintin (Asit) sukes digelar. Kesuksesan itu ditandai dengan beragam apresiasi dari pengunjung yang datang dan juga kehadiran pengunjung yang hampir tiap malam memenuhi auditorium panggung pertunjukan.
Naskah lakon yang dikemas Fedli Azis selaku penulis naskah dan juga sutradara itu diangkat dari kisah sejarah dalam novel budayawan Riau, Rida K Liamsi. Kisah lakon itu sendiri mengisahkan tentang kisruh kekuasan antara bangsawan Melayu dan Bugis, semasa kejayaan Kerajaan Riau-Lingga. Kisah, di mana Pulau Penyengat, Pulau Bintan, dan Daik masih dijadikan pusat kerajaan yang pernah jaya di nusantara itu.
Sebagaimana malam pertama dan kedua, pada malam ke tiga, Sabtu malam (28/2) persembahan dari para aktor tidak kurang memikatnya. Adegan demi adegan yang dikisahkan melalui dialog-dialog para aktor, terungkap dalam ekspresi yang sesuai dengan karakter masing-masing. Dikarenakan konsepnya merupakan opera Melayu sehingga tak jarang pula dapat disaksikan oleh penonton, kisah disajikan dengan nyanyian dan juga tarian.
Fedli selaku sutradara mengakui memang harus bekerja keras mewujudkan naskah ini untuk dibawa ke atas panggung. Apalagi, dalam garapan semi opera ini, lakon ini tergolong panjang. Durasinya mencapai 2,5 jam.
Ketika ditemui usai pertunjukan Fedli tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah ikut terlibat menyukseskan pagelaran tersebut. Untuk memantapkan konsepnya, Fedli merangkul beberapa ahli sebagai pendukung seperti design panggung oleh Yudi Ys (perupa), koreografer Syafmanefi Alamanda (seniman tari), peñata kostum Sunardi (seniman tari), penata make up Harry Zardi (seniman tari), penata musik Iwan Landel (videografi).
Juga musisi Riau, Benni Riaw, dan Siska Mamiri vokalis Geliga. “Terima kasih terutama kepada bapak Rida K Liamsi yang telah mengizinkan novelnya diubahsuaikan ke dalam bentuk pertunjukan pentas sekaligus telah menjadi produser di garapan Selambayung kali ini,” ucapnya seraya menambahkan, garapan ini juga dipentaskan di acara panggung Publik Se-Sumatera di Padangpanjang akhir Maret mendatang.
Budayawan Riau, H Taufik Ikram Jamil, sangat mengapresiasi pertunjukan Opera Bulang Cahaya malam ketiga. Katanya, luar biasa upaya Fedli memindahkan kisah dalam novel ke dalam bentuk panggung. “Kita lebih merasa terharu dan emosi dalam cerita lakon yang disuguhkan Selembayung,” ucap penyair senior Riau itu.
Sementara itu, OK Nizami Jamil yang juga hadir mengemukakan hal serupa. Katanya sudah lama di Pekanbaru ini tidak menggelar karya yang berbau sejarah yang kalau pada masa dulunya disebut teater klasik Riau.
“Selamat untuk Sanggar Selembayung, semoga upaya ini dapat diteruskan karena masih banyak kisah sejarah dalam negeri Riau ini untuk dikisahkan kembali, diambil intisari semangat, terutama bagi generasi hari ini,” ucapnya.
Senada dengan itu, tokoh masyarkat Riau, Chaidir MM, menyatakan bangganya atas apa yang telah dipentaskan Teater Selambayung.
“Harapan saya ke depan teruslah berkarya apalagi sekarang sudah ada UPT Bandar Serai yang akan mengelola dengan maksimal segala aktivitas seni budaya di kawasan Bandar Serai ini. Dan saya kira, tidak banyak daerah yang punya agenda menggelar karya seperti kita. Ini kerja yang luar biasa, teruslah berkarya,” tutupnya.(*6/hbk)