Selasa, 29 April 2025
Laporan MUHAMMAD AMIN, Pekanbaru
mamin@riaupos.co
SETELAH 24 tahun, Riau Pos Group (RPG) saat ini telah berkembang pesat. Dari satu media cetak beroplah 2.500 eksemplar perhari pada terbitan perdananya 17 Januari 1991, kini oplahnya secara grup sudah mencapai 200 ribu eksemplar per hari. Ada 19 koran, 6 percetakan, dan 5 televisi dengan total 30 perusahaan yang telah berkembang hingga saat ini. Koran-koran metro juga berkembang di Riau maupun luar Riau sebagai anak atau bahkan cucu perusahaan. Tentunya semua itu tidak tumbuh secara instan.
Menurut Chairman RPG, H Rida K Liamsi, media massa selama ini dipersepsikan sebagai perusahaan yang tidak prospektif, tak punya masa depan, berkantor pinjaman atau sewaan, sempit, jorok, dan kumuh. Kenyataannya, bisnis media bisa berkembang lebih pesat di tengah tantangan yang juga kian berat.
‘’Kuncinya mau bekerja keras dan sikap optimis. Bangun pagi harus optimis, bahwa kita harus lebih baik dari orang lain,’’ ujar Rida, Kamis (15/1).
Salah satu bukti ditunjukkan RPG, dengan koran utamanya Riau Pos. Tidak pernah ada yang membayangkan Riau Pos mampu membangun Graha Pena Riau sebelas lantai, karena bisnis media dianggap bisnis biasa-biasa saja dengan masa depan juga biasa-biasa saja. Bisnis media dianggap berbeda dengan bisnis perkebunan, kehutanan, atau migas, yang berbasis sumber daya alam (SDA) dengan omset dan penghasilan fantastis. Perusahaan-perusahaan sekelas itu dinilai pantas memiliki gedung megah atau berkantor seperti di Surya Dumai Group. Tapi tidak untuk perusahaan media.
‘’Riau Pos membuktikan perusahaan media pun bisa. Bisnis media pun sebenarnya bisa diandalkan sepanjang ia dikelola dengan baik,’’ tutur Rida.
Bisnis media, menurut Rida, asal dikelola dengan serius akan punya masa depan. Secara grup, selain di Pekanbaru, ada juga Graha Pena di Batam yang juga menjulang tinggi dan menjadi salah satu ikon di Batam. Tiga kantor utama RPG lainnya di Medan, Padang, dan Banda Aceh pun punya gedung yang bagus, kendati tidak setinggi Graha Pena Riau dan Batam.
Riau Pos baru saja pindah ke Graha Pena Riau ini, Sabtu (3/1) lalu. Dengan pindah ke gedung baru, tentu saja akan ada semangat baru pada seluruh karyawan Riau Pos dan RPG umumnya. Dengan demikian, maka diharapkan penyajian berita, kualitas berita, dan semangat kerja juga akan meningkat.
Rida mengingatkan bahwa yang akan memenangkan pertarungan dalam persaingan apapun adalah sikap optimis, semangat yang kuat, visi yang jelas, dan komitmen yang jelas. Tanpa itu semua, media massa tak akan mampu menyamai perusahaan besar lain, misalnya yang berbasis sumber daya alam (SDA). Apalagi sekarang, persaingan di media massa tak mudah lagi. Banyak media yang hadir dan datang silih berganti. Tiap jam, orang bisa membuat media baru. Untuk tumbuh dan berkembang menjadi media yang kompetitif, diperlukan SDM yang baik, kompak, manajemen yang solid, dan terutama optimisme.
‘’Baik saja, kalau tak optimis tak akan jadi. Selain itu juga kreatif. Itulah rahasia Riau Pos memenangkan pertarungan, yakni sikap optimis dan kreatif,’’ ujar Rida.
Media juga harus menemukan jalan keluar dari semua persoalan yang ada. Mengikuti perkembangan teknologi, tak pernah menyerah adalah kunci lain kesuksesan dalam perkembangan media. Bahkan di RPG, tak boleh mengatakan tak bisa, karena semuanya harus bisa.
Koran Referensi
Riau Pos selama ini dikenal sebagai koran rujukan atau referensi bagi para pengambil kebijakan, baik kebijakan politik, maupun bisnis kalangan pengusaha dan profesional. Untuk itu, Riau Pos bertekad ingin meneruskan tradisi sebagai koran rujukan ini.
Rida menuturkan, aspek yang penting sebagai koran rujukan dan referensi ini adalah kebenaran dan akurasi. Para pembaca akan kembali ke media cetak walaupun mereka sudah membaca media online, melihat televisi, mendengar radio atau melihat informasi yang berseliweran di sosial media. Dalam hal ini, koran berfungsi untuk menguji tingkat kebenaran, betul atau tidak informasi yang sudah berkembang.
‘’Koran akan jadi referensi terakhir oleh pembuat keputusan, baik pemerintah maupun dunia usaha. Koranlah semacam pemukul gongnya. Kalau koran katakan seperti itu, ya betullah seperti itu,’’ ujar Rida.
Dalam konteks ini, media cetak masih akan memiliki masa depan hingga beberapa tahun lagi. Media cetak masih akan menentukan berbagai kebijakan publik setidaknya dalam lima tahun ke depan. Tapi media cetak juga harus berbenah. Penyajiannya haruslah menarik, memiliki teknik penyajian bagus, juga full information. Jika syarat itu terpenuhi, media cetak betul-betul masih menjadi rujukan dan referensi bagi pembuat keputusan.
Menurut Rida, sekarang ini tak ada lagi pembaca fanatik media cetak. Pembaca Riau Pos seumur hidup itu, ujarnya, tak ada lagi. Yang ada hanya kepentingan, bahwa siapa yang mampu menyajikan informasi yang diperlukan publik, media itulah yang dicari. Siapa yang menyajikan berita dengan cepat, benar, dan berkualitas, itu yang dicari. Makanya, sekarang ini kecenderungan koran metro mulai turun. Sebab, berita-berita berdarah, berlepotan, tak lagi diperlukan publik yang cerdas dan oleh karenanya tak berkembang.
‘’Kalau ingin melihat, dan mendengar darah, sudah berceceran di televisi. Orang mulai jenuh,’’ ujarnya.
Era Konvergensi Media
Selain masih punya prospek, namun media cetak juga harus bersiap ditinggalkan pembaca. Pasalnya, kini media online dan televisi makin berkibar dan banyak diminati. Media online, misalnya, menunjukkan tren pendapatan iklan yang naik hingga 100 persen. Sementara di koran cetak, iklan cenderung turun karena iklan yang dipasang di koran beralih ke media online. Sekitar 15 hingga 25 persen iklan media cetak turun. Radio apalagi. Televisi juga juga demikian. Media online ini, selain cepat, murah, juga sangat cepat berkembang, sesuai perkembangan teknologi.
‘’Maka ke depan, pengembangan media online menjadi konsentrasi kita,’’ ujar Rida.
Selain pembaca media online terus meningkat, perkembangan teknologi internet yang kian pesat juga membantunya. Banyaknya fitur, mudahnya akses gadget, adanya teknologi android, dan akses yang mudah ke media sosial menjadikan bisnis di media online sangat menjanjikan. Apalagi kini banyak juga iklan di media cetak yang justru pindah ke media sosial seperti facebook dan twitter.
Selain media online, yang akan dikembangkan ke depan adalah televisi, terutama tv digital. Apalagi kini ada produk televisi baru sesuai segmennya, misalnya khusus olahraga, khusus bisnis, dan sebagainya. Semua media itu bisa diintegrasikan menjadi sebuah konvergensi media. Integrasi ini penting agar media-media itu bisa saling melengkapi.
‘’Sekarang era konvergensi media dan RPG sudah siap menghadapinya,’’ ujar Rida.
Rida mengungkapkan, bisnis media cetak tetap masih menarik sampai 5 tahun ke depan. Hanya saja perlu cara yang kreatif untuk membangun surat kabar ini. Kecenderungan surat kabar, ujarnya, kembali ke konten, kualitas berita, atau penyajian yang tak ditemukan di media online dan televisi. Dia mengakui bahwa kecenderungan kuantitas pembaca media cetak terus menurun, tapi mereka yang membaca secara kualitas justru naik. Pembaca sporadis yang sekali-kali membaca koran itu menurun, karena mereka beralih ke online atau televisi. Namun para pembaca yang cerdas, kalangan menengah ke atas yang membaca berita serius justru tumbuh.
Berdasarkan riset AC Nielsen dan Ray Morgan, ujar Rida, kecenderungan pembaca kelas menengah itu naik. Pembaca perkotaan juga menunjukkan tren peningkatan. Mereka tentunya bukan pembaca sembarangan, tapi orang-orang serius yang menilai konten media dengan cermat dan cerdas. ‘’Tentunya konten media yang dibaca juga harus cerdas dan mencerdaskan agar media cetak tak ditinggalkan,’’ ujar Rida.***