Jumat, 27 Mei 2022
Saya tak tahu kapan Gedung Aisyah Sulaiman didirikan. Tapi saya ingat , ketika saya kelas dua SGB ( Sekolah Guru B ) di Tanjungpinang, sekitar tahun 1959, saya pernah ikut main drama di gedung itu, drama yang dipentaskan siswa SGB. Judul dramanya : Menyesal. Sutradaranya pak Yose Rizal, guru bahasa Indonesia . Penata pentasnya , pak Mohd Effendi Kassim, guru senirupa. Saya ingat lukisan yang ada di layar pentas, adalah lukisan pulau Penyengat yang dilihat dari Gedung Daerah Tanjungpinang yang dilukis pak Effendi.
Saya dapat peran di anak babakan, yaitu babak pembuka. Semacam Prolog. Saya bersama dua teman lain sekelas ( Abbas MD dan Mustafa Yasin ) jadi anak sekolah yang sedang nongkorong di pinggir Pantai Gedung Daerah , dan ketemu tukang jual kacang goreng yang bercerita bagaimana dia menyesal dahulunya tidak sekolah sehingga pada masa tuanya dia hidup susah dan hanya jadi penjual kacang goreng. Saya membaca puisi Sanusi Pane : Menyesal .
Dulu gedung itu gedung opera, jadi arsitektur pentas dan properti lainnya adalah properti opera. Ada tempat musik opera di bawah panggung dan di sana Orkestra memainkan musiknya mengiringi drama atau opera yang di pentaskan.
Kini gedung itu sudah jadi gedung pertunjukan umum dan serba guna . Bisa untuk main drama , dan pertemuan lain. Dan ruang musik operanya sudah tak ada lagi. Karena itu gedung itu disebut aula. Aula SPG ( Sekolah Pendidikan Guru ). Dulu namanya SGA ( Sekolah Guru A ) tapi sejak SGB dihapus, Sekolah guru hanya ada satu tingkatan . Ya SPG , setingkat SLTA.
Seingat saya , KNPI ( Komite Nasional Pemuda Indonesia ) Kepri dideklarasi di gedung itu. Masih gedung opera. Dan saya ingat saya dapat tugas membacakan Pembukaan UUD 1945. Yang hadir ketika itu, Bupati Kepulauan Riau waktu itu , Firman Eddy, SH. Ketua KNPI Kepri yang pertama terpilih adalah Ir. Ben Burhanudin, tokoh pemuda asal Tembelan. Ketika itu dia sudah jadi Kepala Dinas Perikanan Kepri. Ada Sutarman SH, ada Drs Amhar Hamzah, ada Kapten ( TNI AL ) Syahbudin, Imam Sudarajad, Hanjoyo Putro, SH, dll. Tahun berapa itu ? Saya lupa . Tapi saya masih jadi guru SD di Tanjungpinang, dan di KNPI Kepri saya jadi pengurus bidang kaderisasi di bawah Kapten Syahbudin.
Gedung Aisyah Sulaiman itu dahulunya gedung kesenian sebagai fasilitas pendidikan Gedung SGA , dan SGA Tanjungpinang itu salah satu SGA yang ada di Propinsi Riau ketika itu, selain di Pekanbaru . Siswanya datang dari Bengkalis , Rengat , dll, selain dari Kepri. Karena itu dulu orang menyebutnya Gedung Aula SGA . Saya tak tahu kapan gedung ini berubah nama jadi Gedung Aisyah Sulaiman. Tapi gedung ini sudah waktu nya diusulkan jadi warisan benda purbakala karena sudah lebih 50 tahun keberadaanya. Sudah ada sejak zaman Dollar . .dan masih utuh.
Idealnya , gedung kesenian Aisyah Sulaiman dan kawasan sekitarnta dijadikan sebagai pusat kegiatan seni dan kebudayaan yang berperan menjadi pembentuk karakter bangsa Terutama generasi muda. Semacam Taman Kesenian. seperti Taman Ismail Marzuki ( TIM ) Jakarta. Letaknya bagus dan strategis dengan pemandangan lepas ke laut Tanjungpinang dan di seberangnya ada Pulau Penyengat yang bersejarah dan jalan lingkar Gurindam .
Kepada Walikota Ibu Rahma, Saya pernah mengusulkan sejumlah kegiatan untuk memeriahkan dan mengaktifkan gedung Aisyah Sulaiman, sebagai gerakan awal :
Menjadikan Gedung Aisyah Sulaiman sebagaib Pusat Kesenian Tanjung pinang . Kegiatan itu saya beri nama Resital Sastera . Konsepnya kira kira begini :
Begitulah. Melalui kegiatan di Gedung Aisyah Sulaiman ini, Tanjungpinang dapat mempertahankan dirinya sebagai jantung negeri melayu, sebagai dermaga sastra lndonesia . Sebagai negeri pantun dan gurindam. Negeri tempat lahirnya karya karya sastera besar, seperti Gurindam Dua Belas, dan lainnya.
Ok. Semoga bisa diujudkan.
Rida K Liamsi, penyair, budayawan Melayu.