Senin, 14 Oktober 2024
TANJUNGPINANG – Acara peluncuran buku Mahmud Sang Pembangkang karya budayawan Melayu Kepri, Dato’ Sri Lela Budaya Rida K Liamsi berlangsung khidmat, Senin (17/7) malam. Kegiatan yang dilangsungkan di ruang multimedia Perpustakaan Provinsi Kepulauan Riau Raja Muhammad Yusuf Al-Ahmadi tersebut dijejali dengan undangan lintas jabatan.
Dari pantauan Tanjungpinang Pos, ratusan undangan tersebut terdiri dari pelajar Sekolah Menengah Atas, para guru, dosen, anggota dewan kota maupun Kepri, mantan Wali Kota Tanjungpinang, Suryatati A Manan hingga kepada kepala dinas dan Bupati Kabupaten Lingga, Alias Wello. Acara yang disejalankan dengan milad sang penulis ke-74 tersebut mampu menarik minat ingin tahu yang besar dari para undangan hingga memasuki larut malam.
Di hadapan undangan, Rida K Liamsi menyampaikan bahwa orang pertama yang menjadi sumber inspirasi lahirnya buku Mahmud Sang Pembangkang tersebut adalah Tengku Bon (Almarhum) yang diakuinya pernah memberikan sepotong sejarah yang masih penuh tandatanya. ”Dialah (Tengku Bon, red) yang mengatakan kepada kami-kame sewaktu masih muda dulu di salah satu kedai Kopi Dabosingkep, bahwa harus ada yang menelusuri musabab Mahmud (Sultan Mahmud ke-IV) itu mau membangkang. Alhamdulillah, sekarang sudah saya lunasi janji itu kepada beliau dengan kelahiran buku ini,” jelas Rida.
Di hadapan salah satu Zuriat keturunan Kesultanan Riau-Lingga, Tengku Husein (Raja Muhammad Saleh, red) Rida mengaku berterimakasih karena selama proses penulisan, berkenan memberikan referensi maupun rujukan yang sangat berarti. ”Perlu dicatat, buku ini siap dikritik dan direvisi demi kebenaran, karena ini bukanlah buku fiksi melainkan biografi sejarah yang nyata, yang pernah terjadi di kehidupan kita pada masa lampau,” ujar Rida yang juga merupakan anggota Kehormatan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) itu.
Rida berharap, buku setebal 300 halaman itu mampu menjadi rambu petunjuk agar sejarah kemelayuan tetap dalam poros kebenaran yang ada. ”Mahmud itu membangkang kepada Belanda karena baginya jabatan Sultan tidak dilantik oleh orang-orang Belanda yang merupakan kafir laknatullah ‘alaih, meski resikonya dia dimakzulkan (dipecat) sebagai Sultan. Tetapi hal itu bukanlah kendala bagi Sultan Mahmud untuk terus berjuang menegakkan kebenaran,” beber Pembina Utama Yayasan Jembia Emas ini.
Ungkapan Rida diakui Bupati Lingga, Alias Welo bahwa buku karyanya mampu membuka mata kebenaran baik di kalangan pejabat maupun di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Lingga. ”Saya pribadi mengucapkan terimakasih banyak kepada penulis atas pemaparan fakta yang selama ini hanya segelintir orang yang mengetahuinya. Ini sangat bermanfaat sebagai tolok ukur kemajuan Kabupaten Lingga ke depan,” terangnya yang berjanji akan mengupayakan program pembangunan Replika Istana Kota Baru sebagaimana yang tertuang dalam buku sang pembangkang.
Hal senada juga disampaikan oleh Rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Prof.Akhlus yang sependapat dengan fakta di karya Rida. ”Meski saya belum membaca bukunya, tetapi esensinya sudah membuat saya paham dan saya lebih percaya kepada insting saya terhadap penilaian sosok Mahmud ini. Karena faktanya, Belanda sangat mahir membuat strategi adudomba kepada rival-rivalnya termasuk Sultan yang berani membangkang ini. Insya Allah, kebenaran ini akan menyadarkan generasi ke depan tentang kekuatan Melayu itu sebenarnya,” ujarnya.
Buku yang dibedah langsung oleh tiga orang pakar antara lain, Dr. Abdil Malik, Zamzami A Karim dan Kadisbud Kab. Lingga, Amin Yakob yang dipandu oleh moderator, Rendra Setyadiharja. Semua ini menambah daya pukau pembaca dan para undangan yang hadir tentang perspektif Mahmud Sang Pembangkang. (cr33)