Rabu, 15 Januari 2025
1. Untuk apa mempelajari Masa Lalu ?
Masa lalu itu adalah sejarah yang ditulis ulang, untuk kepentingan masa kini dan masa depan. Karena itu ada pepatah tua yang mengatakan : Tak ada masa kini, kalau tak ada masa lalu. Tak ada masa depan kalau tak ada masa kini. Pepatah ini menunjukkan bahwa masa lalu itu adalah guru yang paling hebat tempat belajar. Menjadi cermin bagi masa kini dan juga masa depan.
2. Karena itu ada juga yang mengatakan bahwa masa lalu itu adalah Pilar sebuah Tamaddun. Artinya, tak ada tamaddun masa kini yang dibangun tanpa landasan dan kekuatan pilar masa lalu. Semakin kokoh pilar masa lalu itu, maka semakin cemerlang capaian tamaddun masa kini, dan semakin besar harapan dan mimpi masa depan itu untuk diwujudkan. Memang sangat philosopis, karena kehidupan ini memang dibangun dengan semangat philosopis. Tak ada bangsa yang tak punya visi masa depannya.
3. Bagaimana masa lalu itu dipelajari ?
Terutama melalui Historiografi ( kesejarahan ) dan Kesusasteraaan. Karena kedua cabang kebudayan inilah yang menghasil teks-teks yang dapat disimpan, dan dipelajari. Yang dapat diwariskan dari masa kemasa. Yang menyimpan catatan tentang kejayaan dan juga kehancuran sebuah tamaddun. Tentu saja dalam hal ini warisan cerita rakyat, sastera lisan, dan lainnya penting dan berperan besar. Tetapi karya-karya non teks ini makin lama makin sulit diselamatkan, karena tergerus oleh waktu. Karena itu buku buku sejarah dan kesusasteraan , dan buku-buku keilmuan lainnya harus terus menerus ditulis. Karya karya besar sejarah dan sastera itu, yang unggul dan monumental, akan menjadi warisan yang melintasi zaman.
4. Kita menjadi tahu tentang kebesaran tamaddun Melayu misalnya, karena ada karya sejarah/sastera yang diwariskan kerajaan Melayu seperti Salalatus Salatin, Hikayat Siak, Tuhfat An Nafis, dan lainnya. Karena itu, karya karya besar warisan masa lalu itu harus terus menerus dikumpulkan, disimpan dan dilestarikan. Di Malaysia misalnya, sebuah lembaga kebudayaan disana, menerbitkan kembali buku Salalatus Salatin, Tuhfat An Nafis, Hikayat Hang Tuah, dll, dengan menggunakan kertas yang tahan lama, agar tidak cepat rusak dan dimakan waktu. (saya belum tahu apakah ada proses digitalisasi terhadap nasjah-naskah lama itu oleh perpustakaan di Indonesia, terutama di Riau dan Kepulauan Riau)
5. Bagaimana warisan masa lalu itu bisa dilestarikan dan bisa terusmenerus menyumbang bagi kehidupan masa kini dan masa depan ?
Melalui perpustakaan. Semakin hebat dan moderen sebuah perpustakaan maka semakin besar peran dan kontribusinya bagi kehidupan yang lebih baik. Sesungguhnya, perpustakaan itu, adalah gudang sejarah yang menyimpan sumber pemberdayaan masa kini, dan mimpi serta harapan masa depan. Pemahaman tentang “ sejarah “ dalam konteks perpustakaan itu, tentu bukan hanya dalam pengertian fisik, tetapi juga philosofis. Artinya, dalam konteks pemahaman yang philosofis, sebuah negeri, negara, bangsa yang tidak memberi ruang dan kehormatan pada keberadaan sebuah perpustakaan, samalah artinya dengan tidak memiliki warisan masa lalu yang bisa menjadi pelajaran, tidak punya masa kini yang bisa menghasilkan sesuatu yang cemerlang untuk diwariskan , dan juga tidak punya mimpi dan harapan masa depan.
6. Bagaimana Peran strategis Perpustakaan , sebagai pewaris masa lalu ? Perpustakaan harus menjadi sumber inspirasi.
Artinya,Perpustakaan tentulah tidak sebatas fisik berupa gedung yang megah , dan jumlah koleksi yang dimiliki dan tehnologi yang yang menjadi perangkat kerjanya. Tentu yang paling penting, adalah Sumber Daya Manusianya, para Pustakawan. Di tangan seorang pustakawan yang bijak dan kreatif, sebuah buku lapuk, bisa dihidangkan bagai segumpal emas, dan dengan hidangan itu, dia memberi peluang bagi munculnya gagasan dan kriya cipta untuk membangun masa depan yang lebih baik. Dunia tidak bisa diubah dengan perang dan senjata. Yang bisa mengubahnya, adalah Ilmu dan Tehnologi. Dan keduanya itu bersumber dari perpustakaan yang mewarisi masa lalu melalui karya-karya cemerlang. Karena itu pula, fungsi perpustakaan di masa kini, tidak hanya sebatas menjadi penyimpan, mengumpulkan dan menyediakan ruang untuk tempat mempelajari masa lalu itu, tetapi juga harus menjadi sumber inspirasi bagi daya kreatif suatu bangsa untuk merancang masa depannya.
7. Pepatah lama yang diajarkan pada anak-anak kita, bahwa Buku adalah jendela dunia, segera harus diubah. Buku adalah kekuatan yang bisa mengubah dunia. Menjadi dunia dan kehidupan semakin baik. Karena itu ada yang bilang : Orang yang menulis sebuah buku, dia telah mewariskan sesuatu untuk dunia. Kalau buku itu bermutu, dia akan terus menerus dikenang, melintasi zaman. Tun Seri Lanang yang menulis Salalatus Salatin 400 tahun lalu , masih diingat dan disebut namanya, dalam khazanah dan bentangan sejarah dan tamaddun Melayu. Juga Raja Ali Haji, dan para pujangga lainnya di rantau Melayu ini.
8. Bagaimana kita bisa menyatukan masa lalu, masa kini dan masa depan ?
Teruslah menulis buku sejarah, teruslah menulis buku-buku sastra dan buku-buku keilmuan yang lain. Sejarah misalnya, adalah masa lalu yang ditulis ulang. Menulis buku kesejarahan dalam versi manapun, adalah proses menggali, menambah, menyempurnakan, dan memberi roh yang baru bagi warisan masa masa lalu itu untuk masa depan . Sejarah dalam konteks historis, selalu berulang, terutama dalam, bidang politik dan kekuasaaan. Tetapi buku sejarah harus terus ditulis ulang, agar masa lalu itu terus menerus memberi inspirasi dan bisa menjadi guru yang arif sepanjang zaman . Sebahagian besar buku buku sejarah, kesejarahan, atau berlatar belakang sejarah di dunia ini, ditulis oleh orang-orang bukan sejarawan, tetapi para peminat dan penyuka sejarah. Mereka telah menyumbang nilai nilai kemanusiaan dari masa lalu itu, untuk masa kini dan masa depan melalui karya karya mereka .
9. Buku-buku itulah yang antara lain memenuhi rak-rak dan ruang koleksi perpustakan dunia. Buku buku yang lahir dari ketekunan mempelajari manuskrip, buku buku kuning dan tua, buku-buku yang penuh debu, buku yang dicari dan diburu kemana-mana sebagai sumber riset. Sebuah perpustakaan yang dikelola dengan semangat “ membangun hari depan yang lebih baik melalui warisan masa lalu “ adalah sumbangan terbesar untuk kemanusiaan. Tehnologi degitalisasi dan multi media yang berbasis internet dan berbagai flatform nya itu, hanya bahagian dari proses tehnologi pengumpulan, penyimpanan, dan pelestraian. Sebuah networking, yang menyempurnakan peran perpustakaan . Tetapi peran dan didikasi seorang pustakawan takkan bisa digantikan ( mungkin saja kalau era robotisasi sudah sampai ). Karena kecerdasan dan daya kreatifitasnya, adalah anugerah Tuhan yang tidak dimiliki mahluk lain.
10. Sebagai penutup saya ingin mengutip penggalan tulisan Sejarawan Indonesia Dr Susanto Zuhdy, yang dimuat di Harian Kompas, 5 September 2018 : Sejarah adalah ingatan kolektif kita tentang masa lalu, dan itu adalah modal yang besar bagi membangun masa kini dan masa depan.
Tanjungpinang, 20 Juni 2019
***) Rida K Liamsi, adalah seorang praktisi Budaya Melayu yang menetap di Tanjungpinang. Pokok-Pokok pikiran ini disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Pustawakan Indonesia, di Batam, 8 Juli 2019.